Friday, January 10, 2020

Taubat & Pasrah




Oleh: Ustadz Muhtarifin Sholeh.
Di mushola Nurul Huda, perumahan Gemah Permai Semarang.


Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Di dalam salah satu hadits dijelaskan sebagai berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: يَضْحَكُ اللَّهُ إِلَى رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ يَدْخُلَانِ الْجَنَّةَ، يُقَاتِلُ هَذَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيُقْتَلُ، ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَى الْقَاتِلِ فَيُسْتَشْهَدُ

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Allah tertawa kepada dua orang yang salah satunya membunuh yang lain, sedangkan kedua-duanya (akhirnya) masuk surga. Orang yang satu berperang di jalan Allah, lantas ia terbunuh (di tangan laki-laki kedua). Kemudian Allah menerima taubat si pembunuh (karena masuk Islam), lalu si pembunuh tadi akhirnya juga mati syahid (di jalan Allah)”.

[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 2826, Muslim no. 1890, An-Nasaa’iy no. 3165, dan yang lainnya].

Di sini dikisahkan ada si A yang kafir perang dengan si B yang muslim, si B meninggal di jalan Allah (syahid) dan dikaruniai Syurga. Si A yang membunuh akhirnya taubat dan masuk Islam. Kemudian setekah masuk Islam, si A ikut perang jihad di jalan Allah Ta'ala maka Allah Ta'ala menerima taubatnya dan mengkaruniakan Syurga pula.

Ada hikmah yang disampaikan yaitu jika kita berperang jihad di jalan Allah Ta'ala dengan niat dan cara yang benar sesuai tuntunan Rasulullah Muhammad Saw, in sya Allah dikaruniai Syurga.

Kemudian hikmah selanjutnya adalah tentang taubat, barang siapa yang taubat menyesal atas semua kesalahannya dan tidak mengulangi lagi, in sya Allah juga akan dikaruniai Syurga.

Yang pertama tentang membunuh, membunuh dalam Islam asalkan alasanya benar sesuai tuntunan Rasulullah Muhammad Saw. Misal dalam perang, inipun tidak sembarangan perang tapi karena membela diri. Jadi membunuhnya hanya di saat perang saja dan tetap harus mengendalikan nafsunya meski sedang perang.

Saya akan menggarisbawahi tentang taubat ini, di dalam Al Qur'an surat At Tahrim: 8 dijelaskan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).”.

Bagaimana taubat nasuha (taubat yang semurninya itu? Caranya sebagai berikut:

1. Menyadari kesalahan-kesalahannya.
Sadar tanpa paksaan bahwa dia punya salah, bisa jadi salah kepada sesama manusia atau salah kepada Allah Ta'ala. Jika salah kepada sesama manusia, ini bisa saja kita melakukannya secara tidak sengaja ataupun mungkin sengaja. Maka kita harus jujur mengaku, tidak menyembunyikan kesalahan, dan tidak boleh pura-pura mengaku salah padahal tidak bersalah.

2. Jika salahnya kepada Allah Ta'ala maka segeralah mohon ampunan misal dengan lesan mengucapkan kalimat "astaghfirullahal adlim", jadi sering-seringlah beristighfar baik setelah sholat ataupun di luar sholat.

Ada ulama ketika ditanya solusi dari semua masalah, beliau menyuruh untuk memperbanyak istighfar. Ada orang datang mengadu rejeki sulit, disuruh istighfar, ada orang mengeluh tidak juga dapat jodoh juga disuruh istighfar. Semua masalah kehidupan itu solusinya adalah pertama istighfar, mengaku banyak salah pada Allah Ta'ala.

Jadi akui semua salah dengan hati kita, dengan pikiran kita, dengan lesan kita dan dengan perbuatan kita juga harus menunjukkan kita berubah menjadi lebih baik. Tidak sekedar lesan mengucapkan kalimat istighfar, tapi hati dan pikiran juga menyesal.

Dalam sebuah hadits, umat muslim dianjurkan untuk berdoa dengan Sayyidul istighfar setiap selesai shalat sebanyak tiga kali, sebagaimana Rasul mencontohkannya. Berikut doa tersebut

اللَّهُمَّ أنْتَ رَبّي لا إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ خَلَقْتَنِي وأنا عَبْدُكَ وأنا على عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ ما اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرّ مَا صَنَعْتُ أبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عليَّ وأبُوءُ بِذَنْبي فاغْفِرْ لي فإنَّهُ لا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أنْتَ

Artinya:
YaAllah, Engkaulah Tuhanku, tiada Tuhan selain Engkau yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu, aku akan setia pada janjiku pada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang aku perbuat. Kuakui segala nikmat-Mu atasku dan aku akui segala dosaku (yang aku perbuat). Maka ampunilah aku, sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni dosa kecuali Engkau.

3. Jika salah kita kepada sesama manusia, maka kita harus meminta maaf kepadanya. Jadi orang yang bersalah harus minta maaf, dan yang dimintai maaf harus memaafkannya. Itu ajaran Rasulullah Saw.

4. Kemudian berjanji tidak mengulangi kesalahannya lagi dan diikuti dengan meninggalkan kesalahannya. Setelah itu dawamkan, rutinkan atau istiqomah dalam berbuat kebaikan. Ini akan mendatangkan ridlo Allah Ta'ala.

Di Al Qur'an surat Az Zumar: 53 dijelaskan sebagai berikut:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Artinya:
Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Kemudian di Al Qur'an surat Yusuf : 87 dijelaskan:

يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

Artinya:
"Wahai anak-anakku, pergilah kalian dan carilah berita mengenai Yusuf dan saudaranya, dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidaklah ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir.”

Sebesar apapun salah kita, asal mau taubat nasuha in sya Allah diampuni oleh Allah Ta'ala. Tidak boleh berputus asa dalam hidup, dijelaskan di Al Qur'an di atas bahwa orang berputus asa itu sama dengan dia kufur kepada Allah Ta'ala.

Orang beriman itu tidak boleh putus asa, karena salah satu tanda iman kepada Allah Ta'ala itu adalah tidak putus asa.

Orang beriman itu yakin bahwa semuanya ini Allah Ta'ala yang mengatur, ingatlah kita dulu lahir juga tidak membawa apa-apa, lalu makin dewasa Allah Ta'ala mengkaruiai rejeki pada kita baik yang kita butuhkan atau kita inginkan, semua dijamin oleh Allah.

Berputus asa saja tidak boleh, apalagi sampai bunuh diri tentu sangat dilarang. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa kematian tidak boleh diangan-angankan, bagaimana pun keadaan atau kondisi seseorang.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

لاَ يَتَمَنَّيَنَ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ لِضُرٍّ أَصَابَهُ، فَإِنْ كَانَ لاَ بُدَّ فَاعِلًافَلْيَقُلْ: اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي، وَتَوَفَّنِي إِذَاكَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي

Artinya:
“Janganlah sekali-kali salah seorang dari kalian mengangankan kematian karena suatu kemudaratan yang menimpanya. Kalaupun dia terpaksa menginginkan mati, maka hendaknya dia berdoa, ‘Ya Allah! Hidupkanlah aku apabila kehidupan itu lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku apabila kematian itu lebih baik bagiku’.”.
(HR. al-Bukhari dan Muslim)

Apapun masalah kita, kuatkan keyakinan kita bahwa semua ini milik Allah Ta'ala, bukan milik kita. Kalau mobil kita misal hilang, hakekatnya Allah Ta'ala menghendaki itu terjadi pada kita. Begitu juga dengan masalah lainnya, kembalikan semua kepada Allah Ta'ala.

Setelah semua dikembalikan pada Allah Ta'ala, maka tugas kita berikutnya adalah tawakal pasrah pada semua ketentuan Allah Ta'ala dan maksimalkan usaha serta berdoa.

Pasrah pada Allah Ta'ala itu berarti kita mengikuti hukum-hukum dan sunnatullah. Misal api itu padamnya kalau disiram dengan air, maka kalau ada kebakaran siramlah dengan air. Lalu, air itu bagaiamana bisa sampai ke tempat kebakaran? Air tidka bisa berjalan sendiri ke tempat kebakaran, harus kita ambil dengan alat seperti ember dan kita bawa ke api.

Itu pasrah pada ketetapan Allah Ta'ala.

Jadi tidak doing nothing, tidak melakukan sesuatu apapun. Tawakal pada Allah Ta'ala itu berarti mematuhi semua hukum alam dan sunnatullah.

Contoh bentuk kepasrahan pada Allah Ta'ala adalah kalau butuh uang maka bekerjalah, karena itu sunnatullah-nya, untuk dapat uang ya kerja. Jangan doing nothing dan sekedar berangan-jangan dapat uang, bukan begitu sunnatullah manusia. Meskipun ada manusia yang doing nothing tapi dapat uang, ini disebut keberuntungan, keberuntungan tidak bisa ditunggu-tunggu. Begitulah sunnatullah.

Itu untuk golongan orang asbab. Berusahalah semaksimal mungkin dengan niat yang benar, tapi waspada jangan mencintai dunia melebihi cinta kita pada Allah Ta'ala.

Dalam kitab Riyadh al-Shalihin dijelaskan hadits sebagai berikut:

عَنْ أبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قََالَ :

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى مُسْتَخْلِفِكُم فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءِ .

رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya:
Dari Abu Said ra, Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya dunia adalah manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah di bumi. Maka Allah akan melihat apa yang kalian perbuat. Maka takutlah kepada dunia, dan takutlah kepada wanita."
(HR Muslim)

Dijelaskan bahwa dunia manis dan hijau, maksudnya dunia itu menyenangkan sekali, bahkan banyak manusia terlena dengan nikmatnya dunia sehingga melupakan Allah Ta'ala.

Hendaknya manusia tidak terlena dengan manisnya dunia, dunia memang manis dan indah tapi ada yang jauh lebih indah lagi yaitu urusan akhirat taat pada Allah Ta'ala dan Rasulullah Saw.

Manusia itu khalifah di bumi, khalifah itu artinya wakil Allah Ta'ala di bumi untuk menjaga merawat memakmurkan bumi, untuk itu manusia dikaruniai ilmu, kita disuruh belajar ilmu pengetahuan agar punya kemampuan untuk menjadi khalifah. Tanpa ilmu maka manusia akan susah menjadi khalifah.

Tanpa ilmu, manusia akan lebih terpikat kepada dunia daripada urusan akhirat taat pada Allah Ta'ala dan Rasulullah Saw. Ketika manusia sudah punya ilmu, maka harus diamalkan.

Sesungguhnya Allah Ta'ala melihat semua perilaku manusia. Kemudian hendaknya juga manusia itu mengendalikan nafsu mereka, menahan diri mereka dari perkara buruk sepeti dunia dan wanita dengan mengikuti perintah Rasulullah Saw dalam semua aspek kehidupan manusia.

Di hadits disebut agar lelaki waspada dengan wanita, maksudnya lelaki menjaga hasrat mereka terhadap wanita, tidak boleh sembarangan memperturutkan nafsu. Demikian juga dengan wanita, harus menjaga hasrat mereka terhadap lelaki. Jika sudah saling cocok, segera dilamar dan menikahlah.

Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

“Subhaana kallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”

Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu.

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.