Tuesday, January 04, 2011

Tabligh Akbar Bersama Alhabib Umar bin Hafidh di Bandung

Oleh: Hamim Ahmad

Tabligh Akbar Bersama Al Habib Umar bin Hafidz

================================

Bandung, 4 Januari 2011

Ribuan umat muslim di Jawa Barat hadir di Masjid Raya Bandung kemarin Senin, 3 Januari 2011. Kedatangan mereka untuk mengikuti kegiatan Doa Bersama dan Tabligh Akbar Internasional bersama Al Habib Umar bin Hafiz. Kegiatan ini dipandegani oleh Majelis Taklim As Syifa wal Mahmudiyyah Sumedang pimpinan KH. Muhyiddin Abdul Qodir Al-Manafi. Nampak hadir laki-laki, perempuan, orang tua maupun anak-anak, yang didominasi dengan baju yang serba putih.

Tabligh dimulai setelah sholat Maghrib hingga sekitar pukul 10.00 malam. Diawali dengan membaca sholawat Nariyah secara bersama-sama yang dipimpin oleh seorang ustadz dari Majelis Ta'lim tersebut lalu dilanjutkan sholat Isya berjamaah. Seusai sholat Isya acara dilanjutkan dengan membaca sholawat dan Maulid Ad Dhiyaul Lami' yang merupakan kitab maulid gubahan guru mulia, Al Habib Umar. Pembacaan Maulid ini dipimpin oleh Habib Ahmad bin Novel yang hadir lebih dahulu bersama beberapa habib dan para kyai. Sementara kakak beliau Habib Jindan bin Novel datang bersama sang Guru, Habib Umar beserta rombongan para habib dari hadramaut Yaman. Dalam acara ini Habib Jindan di daulat sebagai penerjemah tausiyah Habib Umar yang menggunakan Bahasa Arab.

Setelah maulid selesai dan dibacakan doa oleh Habib Umar, acara dilanjutkan dengan muqoddimah atau sambutan oleh pimpinan majelis ta'lim As Syifa wal Mahmudiyah yaitu KH. Muhyidin Abdul Qodir Al Manafi. Dalam sambutannya, Kyai Muhyidin mendoakan Habib Umar agar senantiasa diberikan panjang umur, sehat wal afiyat sehingga bisa berkumpul bersama-sama kembali. Kyai Muhyidin juga menyampaikan bahwa kedatangan Habib Umar merupakan cahaya keberkahan bagi kaum muslimin terutama yang hadir pada malam itu dan bagi bangsa Indonesia pada umumnya. Oleh karena itu beliau menghimbau kepada para jamaah agar memanfaatkan kesempatan tersebut dengan sebaik-baiknya dengan mengambil barokah ilmu yang akan disampaikan oleh habib Umar bin Hafidz.

Setelah sambutan berakhir, tibalah saat yang dinantikan oleh para hadirin yakni Mauidhoh Hasanah atau tausiyah oleh Habib Umar bin Hafidz. Jamaah yang hadir nampak khusuk mendengarkan ceramah beliau. Beberapa jamaah menggunakan handphone untuk mengabadikan gambar guru mulia dengan memfotonya. Ada juga yang memakai handicam untuk merekam ceramah beliau.

Dalam tausiyahnya, Habib Umar menyampaikan diantaranya tentang makna Islam. Beliau mengingatkan bahwa makna Islam yang sebenarnya bukanlah dilihat dari pribadi nabi yang sesuai dengan akal pemikiran semata para Nabi dan Rasul terdahulu dari Nabi Adam sampai Sayyidina Muhammad SAW. Bukan buah pemikiran manusia yang sewaktu-waktu akan terungkap kekeliruannya. Bukan demikian. Makna keislaman yang sebenarnya adalah apa yang disampaikan oleh Nabi dan Rasul terdahulu yang datang dari cahaya wahyu Allah SWT dengan kebenaran sepenuhnya, dengan akalnya, tubuhnya dan hatinya. Dengan demikian kita akan tunduk kepada Allah SWT dan hanya Allah SWT yang patut kita sembah karena Dialah “majikan” kita yang sebenarnya. Umat Isam terdahulu, para Nabi, Ulama dari zaman dahulu hingga sekarang tetap tersambung cahaya keilmuannya. Akal seseorang bisa diterima jika sesuai dengan cahaya wahyu dari Allah SWT, bukan sebaliknya. Beliau mencotohkan seandainya agama Islam itu berdasarkan akal, maka ketika seseorang berwudhu akan mengusap telapak kaki bagian bawahnya saja, bagian atasnya tidak karena yang kotor adalah bagian bawah telapak kaki. Maka hendaklah kaum muslimin waspada terhadap orang islam atau orang yang mengaku Islam yang mengambil dan memaknai Islam dari luarnya saja atau kulitnya saja.

Habib Umar bercerita, ketika Sayyidina Hasan cucu Rasulullah SAW sakaratul maut beliau menangis. Maka ditanya, kenapa engkau menangis wahai Hasan? Maka Sayyidina Hasan menjawab. “ Aku menangis bukan karena takut atau sakit akan kematian ini, aku menangis karena aku khawatir akan dibawa ke suatu tempat dimana aku tidak bisa berkumpul dengan kakekku, ayahku dan ibundaku”. Padahal beliau sayyidina Hasan adalah orang yang paling deket dengan Rasulullah SAW baik dhohir maupun bathin. Anas bin Malik bercerita, suatu hari aku masuk ke rumah Fatimah binti Rasulullah SAW . Maka datang sayyidina Husain kepada Rasulullah dan berkata: “Beri aku minum wahai kakekku”. Saat itu sayyidina Ali sedang tidur di pojok, diruangannya. Maka Rasulullah memerah susu kambing yang ada di pekarangan. Datang sayyidina Hasan kepada Rasulullah minta susu tersebut akan tetapi dipinggirkan oleh beliau, dan beliau mendahulukan Sayyidina Husain. Melihat itu Sayyidatina Fatimah berkata kepada Rasulullah, “Engkau lebih mencintai Husain daripada Hasan?”. Rasulullah menjawab, “Tidak wahai Fatimah, akan tetapi dia (Husain) dulu yang meminta kepadaku maka aku beri dia lebih dahulu. Kemudian Rasulullah menoleh kepada Sayyidina Anas dan berkata, “Wahai Anas, sesungguhnya aku dan kedua cucuku ini, dan ibunya, dan orang yang lagi tidur itu (Sayyidina Ali) besok di hari kiamat berada di satu tempat. “Kami berada di tempat yang sama di hari kiamat”. “Kami berada di satu tempat yang sama di hari kiamat”. Diantara ummat ada yang dekat dengan tempat itu dan ada yang jauh.

Habib umar bertanya kepada jamaah,

“Kira-kira kita dimana saat itu?”

“Saat itu kita dimana wahai hadirin?”

“Kita dimana saat itu???’’

Habib Umar mengakhiri tausiyahnya dengan mengajak jamaah berdoa kepada Allah SWT. Hadirin menirukan ucapan beliau: “Ya Allah...Ya Allah...Ya Allah”. “ Ya Rohman...Ya Rohiim”. Beberapa kali: “Ya Allahu ya Allah...”. Banyak diantara jamaah yang meneteskan air mata, menangis memohon ampun kepada Allah atas segala dosa. Habib mendoakan semoga kita bisa berkumpul kembali dalam majelis yang mulia seperti ini, dan kelak di hari kiamat bisa bersama-sama kembali dengan orang yang dicintainya selama di dunia. Amin ya Allah ya Robb.

Majelis ditutup dengan do’a oleh Habib Abu Bakar Al Atthos. Seperti biasa para jamaah berebut salaman ingin mencium tangan guru mulia. Duuh... teman-teman, guru kita capek, letih. Jangan menambah dengan menarik-narik tangan beliau, meski beliau ikhlas.

Bil golb ya habib.

Ma’assalamah, semoga kita bisa berjumpa kembali.

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.