Thursday, December 26, 2019

Tauhid

KAJIAN HADITS



Oleh: Ustadz Muhtar
Di mushola Nurul Huda, Gemah Permai Semarang.

Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Pagi ini kita akan mengkaji hadits-hadits tentang tauhid atau keutamaan tauhid.

Tauhid itu diibaratkan pondasi dari suatu bangunan, kalau pondasinya kuat maka bangunannya in sya Allah akan kuat, tapi kalau pondasinya tidak kuat maka bangunan akan mudah roboh. Jadi tauhid ini sangat penting dalam kehidupan kita. Tauhid itu harga mati, tidak bisa ditawar-tawar.

Tauhid itu mengesakan Allah Ta'ala, meyakini bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Ta'ala. Di Al Qur'an surat Al Ikhlas menjelaskan tentang tauhid, ini harus dijaga.

Kalau ada orang yang tidak mengakui keesaan Allah Ta'ala, maka amalnya tidak akan diterima, karena dia beranggapan ada Tuhan selain Allah Ta'ala. Lalu bagaimana jika ada pendapat "Ah saya hanya mulut yang mengucapkan Allah Ta'ala itu tidak satu, ada banyak, tapi di hati tetap yakin Allah Ta'ala itu satu."? Itu namanya munafik.

Rasulullah Saw bersabda, "Telah datang kepadaku utusan Allah Ta'ala yang menyampaikan kabar bahwa barang siapa dari umatku mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah Ta'ala dengan sesuatu lainnya, niscaya dia akan masuk Syurga.".

Kemudian sahabat Rasulullah Saw bertanya bagaimana jika ada yang pernah berzinah, pernah mencuri?

Kemudian Rasulullah Saw menjawab, iya benar sekalipun dia pernah berzinah dan pernah mencuri.

Hadits ini menunjukkan pentingnya mengakui bahwa Allah Ta'ala itu tunggal, tidak dua atau lebih, artinya harus menjauhi syirik. Syirik itu menyekutukan Allah Ta'ala dengan membuat tandingan terhadap Allah Ta'ala.

Sebagaimana di surat Al Ikhlas tadi menjelaskan Allah Ta'ala itu tunggal, maka jika kemudian kita mengakui bahwa ada Tuhan lain, ada dua Tuhan atau tiga dst maka ini jelas syirik. Jadi waspadalah, hindari syirik!

Di dalam hadits lain, Rasulullah Saw bersabda bahwa riya' (pamer dengan maksud jelek) itu syirik kecil. Kenapa dikatakan syirik? Karena riya' itu biasanya memiliki rasa memiliki, kemudian membandingkan dengan orang lain sehingga akhirnya dia merasa miliknya lebih baik dari orang lain. Jika riya' dilanjutkan, akan melahirkan takabur (sombong).

Orang takabur ini kalau bahasa saya, dia menyaingi Allah Ta'ala, menempatkan dirinya sama kedudukannya dengan Allah Ta'ala. Tidak ada makhkuq yang berhak untuk takabur, hanya Allah Ta'ala saja yang berhak. Di salah satu hadits dijelaskan bahwa takabur itu pakaian Allah Ta'ala, maka jika makhkuq memakai pakaian Allah Ta'ala dia tidak akan masuk Syurga. Di hadits lain juga dijelaskan bahwa jika di hati ada takabur meski kecil sekali, tetap dia tidak akan masuk Syurga.

Jagalah tauhid kita, setelah itu beribadahlah kepada Allah Ta'ala, baik ibadah mahdloh atau pun ghairu mahdloh. Juga tidak sekedar diucapkan di lesan saja, atau di hati saja, tetapi semuanya (hati, pikiran, lesan dan perbuatan) juga harus sama mewujudkan bahwa Allah Ta'ala Maha Tunggal dengan melakukan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw bahwa iman adalah menyakini di dalam hati, mengucapkan lewat lesan dan melakukan dalam perbuatan.

Jaga itu dengan baik!

Jagalah diri dari syirik (hati menjauhi, lesan juga dan juga perbuatan menunjukan bahwa dia tidak melakukan perbuatan syirik), meski pernah berzinah atau mencuri atau perbuatan jelek lainnya, selama tidak syirik maka in sya Allah dosa-dosanya akan diampuni, dia akan masuk Syurga.

Jika tauhid tertancap kuat, meski suatu saat melakukan perbuatan jelek, maka akan lebih mudah taubat. Taubatnya akan diterima, dosa-dosanya akan diampuni dan in sya Allah masuk Syurga. Jika tauhid tidak kuat tertancap maka akan sering melakukan perbuatan jelek dan susah taubat. Jagalah selalu tauhid!

Di hadits lain dijelaskan bahwa malaikat maut mendatangi orang yang akan mati, lalu mencari di seluruh tubuhnya untuk mencari adakah anggota badannya pernah melakukan amal kebaikan atau tidak. Ternyata malaikat maut tidak menemukannya (setiap anggota badannya tidak pernah melakukan kebaikan), lalu malaikat maut mencari di hatinya mencari apakah hatinya pernah melakukan kebaikan atau tidak, ternyata hatinya pun tidak pernah melakukan kebaikan. Lalu malaikat maut mencari di mulutnya, di situ ada kebaikan yaitu orang ini pernah mengucapkan kalimat "laa ilaha illallaah". Maka orang ini mendapat ampunan karena pernah mengucapkan kalimat tersebut.

Kalimat "laa ilaaha illallaah" disebut kalimat thayibah (kalimat itu adalah kalimat baik, bahkan kalimat terbaik) juga disebut kalimat ikhlas (maksudnya adalah kalimat itu murni asli, juga kalimat ini merupakan ungkapan surat Al Ikhlas.

Kata "laa" di awal kalimat "laa ilaaha illallaah" dibaca panjang, jangan dibaca pendek karena artinya beda. Laa artinya tidak, la pendek artinya sungguh. Perhatikan penjualannya!

Lihat betapa dahsyatnya kalimat tersebut, hanya mengucapkan tapi mendapat ampunan dosa, apalagi kalau semua tubuhnya melakukan kebaikan atas dasar kalimat tersebut, in sya Allah Ta'ala akan diampuni lebih.

Ini maksudnya bukan berarti kita sengaja mengucapkan kalimat itu saja, tidak mau melakukan kebaikan lainnya, "Ah mengucapkan saja dapat ampun, ngapain melakukan kebaikan lainnya?". Tidak begitu maksudnya! Itu bermain-main, melecehkan.

Maksudnya adalah lesan mengucapkan kalimat tersebut, kesannya mengucapkan "laa ilaaha illallaah" dengan niat benar, tapi dalam perjalanan hidupnya susah baginya untuk meninggalkan semua kejelekan atau banyak khilafnya. Tapi dulu dia mengucapkannya dengan niat yang sungguh-sungguh, tidak bersandiwara atau main-main.

Ketika kita berniat mentaati Allah Ta'ala maka lakukan dalam berbagai keadaan. Ketika bekerja maka mentaati perintah atasan niatkan karena melakukan perintah Allah Ta'ala, ketika sedang berdagang maka niatkan berdagang karena melakukan perintah Allah Ta'ala, ketika sedang makan maka niatkan makan karena melakukan perintah Allah Ta'ala dst.

Jadi jangan bermain-main berniat hanya mengucapkan kalimat "laa illaaha illallaah" saja, tanpa berniat melakukan kebaikan. Tidak boleh! Mungkin manusia tidak tahu niat pelaku, tapi Allah Ta'ala Maha Mengetahui segalanya, Allah Ta'ala tahu oh si fulan maian-main saja, oh si fulanah bersandiwara dst.

Di dalam hadits lain dijelaskan bahwa Rasulullah Saw memerintahkan kita untuk memperbanyak ucapan "laa ilaaha illallaah" dan memohon ampunan atas dosa-dosa kita, karena iblis berkata bahwa dia membinasakan manusia dengan dosa-dosa tapi manusia membinasakan iblis dengan kalimat "laa ilaaha illallaah" dan kalimat istighfar. Kemudian iblis membinasakan manusia melalui hawa nafsu manusia, dengan itu manusia mengira bahwa diri mereka benar.

Ulama berpesan, apabila kita bermasalah maka perbanyak istighfar, apabila kita sedang sakit maka perbanyak istighfar, dst perbanyak istighfar, in sya Allah kita akan dimudahkan.

Kemudian di hadits lain, Rasulullah Saw bersabda bahwa seorang hamba yang mengucapkan kalimat "laa ilaaha illallaah" seraya berharap pahala dari Allah Ta'ala maka kelak di akhirat tidak ada balasan yang pantas baginya kecuali diharamkan atasnya dari Neraka.

Jadi di sini diketahui bahwa Neraka itu anti terhadap kalimat "laa ilaaha illallaah", Neraka tidak akan membakar dan tidak akan membekukan (ada Neraka dingin juga) orang yang ada kalimat "laa ilaaha illallaah".

Tetapi sekali lagi, mengucapkan kalimat tersebut jangan dilakukan dengan asal bunyi, karena ini percuma, tidak bermanfaat dan tidak akan membekas. Harus diwujudkan dalam perbuatan.

Mengucapkan kalimat "laa ilaaha illallaah" itu sama saja siap melaksanakan semua perintah Allah Ta'ala dan menjauhi semua larangan Allah Ta'ala.

Wassalam 'alaikum salam wa rahmatullah wa barakatuh.



Tanya:
Bagaimana jika kita mengucapkan kalimat tersebut salah, bukan laa (tidak) tapi la (sungguh-sungguh) sebagaimana dijelaskan 2 kalimat tersebut beda arti, apakah diterima jika itu dilakukan karena tidak tahu?

Jawab:
Itulah pentingnya ilmu, untuk persoalan jika dilakukan karena tidak tahu ilmunya atau belum tahu, maka dimaafkan in sya Allah. Hanya saja, harus terus belajar agar punya ilmunya dan menjadi lebih tahu. Setelah tahu, maka harus diamalkan. Perbanyak istighfar saja bermohon agar Allah Ta'ala mengampuni.

Tanya:
Tadi disuruh memperbanyak istighfar, berapa kali ya?

Jawab:
Di dalam hadits tidak dijelaskan jumlahnya, hanya memperbanyak saja, semampu kita, lebih banyak maka lebih baik.

Tanya:
Bagaimana dengan tahlilan?

Jawab:
Kalimat tahlil itu kalimat "laa ilaaha illallaah", tahlilan itu memperbanyak kalimat itu dalam kehidupan, tentang rangkaian kalimat yang dibaca dalam tahlilan itu ulama yang merangkainya. Perbanyak dzikir mengingat Allah Ta'ala dalam keadaan apapun, saat bekerja, saat mencuci piring dsb lakukan sambil dzikirullaah wa dzikiru rasul saw.

Tanya:
Bagaimana mengucapkan kalimat dzikir di dalam kamar mandi?

Jawab:
Imam Ghazali mendefinisikan ahlaq itu tertanamnya ruh dan jiwa ke dalam diri kita secara otomatis tanpa di pikiran dulu. Jadi kalau secara refleks itu baik perbuatannya maka ahlaqnya in sya Allah baik. Jika secara refleks yang dilakukan buruk maka begitulah ahlaqnya. Refleks perbuatan kita itu dibangun atas dasar kebiasaan. Secara ahlaq, tidak baik mengucapkan kalimat dzikir di dalam kamar mandi, biasanya keluar karena refleks itu tadi. Perbanyak istighfar saja kalau terlanjur.



سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

“Subhaana kallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”

Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu.”

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.