Oleh: Ustadz Muhtar.
Di mushola Nurul Huda, Gemah Permai, Semarang.
Kita akan membahas tentang perayaan tahun baru yang mana berhubungan dengan aqidah. Tentang waktu, juga dipakai di dalam Al Qur'an. Selain itu, waktu dibagi jadi 3 yaitu:
1. Masa lalu.
2. Masa sekarang.
3. Masa akan datang.
Menurut Einstein, waktu itu relatif, ada relatifitas waktu khusus dan waktu relatifitas umum. Relatifitas umum misal masa sekarang, di Indonesia jam 5 pagi, tapi sekarang di Bali tidak jam 5 pagi, di Amerika juga tidak, di Afrika juga tidak, jadi tidak sama dan sangat relatif. Kemudian relatifitas khusus seperti ini, kita berjalan kaki tentu punya kecepatan, misal kecepatan berjalan kita 0.25 meter per jam, kita berjalan di jalan raya dan kita berjalan di dalam kereta api (yang sedang berjalan) dengan kecepatan yang sama maka hasilnya akan berbeda karena meski 0.25 meter per jam tetapi dilakukan di dalam kereta api yang sedang berjalan, tentu hasilnya akan lebih cepat. Menurut Einstein, waktu sekarang tidak ada karena sangat relatif, yang ada adalah waktu lalu dan yang akan datang.
Waktu di bumi tidak lepas dari rotasi bumi di tempatnya, revolusi bumi terhadap matahari, juga rotasi dan revolusi bulan terhadap bumi Dan matahari dst.
Di Al Qur'an surat Yunus ayat kelima, dijelaskan bahwa Allah Ta'ala yang menghendaki bintang-bintang bergerak sesuai jalurnya masing-masing dan dengan tempat serta waktunya masing-masing sehingga tidak bertabrakan, itu semua agar manusia tahu perhitungan waktu. Tidaklah yang Allah Ta'ala ciptakan itu ada hikmahnya.
Semua kehendak Allah Ta'ala hanya bisa dipahami oleh manusia yang berpikir.
Kemudian ada 5 waktu yang harus dijaga sbb:
1. Manfaatkan waktu senggang sebelum waktu sibuk.
2. Manfaatkan waktu muda sebelum waktu tua.
3. Manfaatkan waktu sehat sebelum waktu sakit.
4. Manfaatkan waktu kaya sebelum waktu miskin.
5. Manfaatkan waktu hidup sebelum waktu mati.
Waktu yang terlewat harus dimanfaatkan sebaik mungkin karena tidak bisa kita ulangi lagi, manfaatkan agar tidak menyesal kita di kemudian hari.
Perubahan tiap waktu itu biasa saja, senin berganti selasa, selasa berganti rabu dst. Karena moment maka waktu menjadi bermakna, menjadi penting, menjadi sebab dikenang. Misal tanggal 12 Rabi'ul awal menjadi penting? Karena ada moment kelahiran Rasulullah Muhammad Saw pada tanggal itu. Moments itulah yang menyebabkan waktu itu menjadi penting bahkan sangat penting.
Seperti perubahan waktu dari tanggal 31 Desember ke tanggal 1 Januari itu biasa saja, tetapi kenapa menjadi penting? Karena ada moment pergantian tahun.
Menurut saya, moment pergantian tahun itu biasa saja, tidak penting untuk dirayakan, karena 1 Januari itu sejarahnya dulu merayakan dewa Janus.
Sejarah perayaan tahun baru bermula dari tradisi orang-orang Romawi pada era Julius Caesar untuk menghormati Dewa Janus dan berbagi kegembiraan dengan sesama. Setiap malam pergantian tahun masehi dirayakan dengan berbagai cara, termasuk untuk Tahun Baru 2019 ini.
Cikal-bakal sejarah perayaan tahun baru sebenarnya berawal sejak zaman Kekaisaran Romawi, tepatnya pada era pemerintahan Julius Caesar, meskipun saat itu masih terhitung masa Sebelum Masehi (SM).
Tahun 45 SM, tidak lama setelah dinobatkan sebagai kaisar, Julius Caesar memberlakukan penanggalan baru untuk menggantikan kalender tradisional yang sudah digunakan sejak abad ke-7 SM.
Julius Caesar dan Senat Romawi kemudian memutuskan tanggal 1 Januari sebagai hari pertama dalam kalender baru itu. Istilah Januari diambil dari nama salah satu dewa dalam mitologi bangsa Romawi, yakni Dewa Janus.
Aasan dipilihnya nama Dewa Janus sebagai awal tahun baru dalam kalender anyar Romawi itu, serta tradisi awal masyarakat Romawi untuk merayakan pergantian tahun.
Dijelaskan, dewa Janus memiliki dua wajah yang menghadap ke depan dan belakang. Dalam kepercayaan orang Romawi, Janus diyakini sebagai dewa permulaan sekaligus dewa penjaga pintu masuk.
Maka, sejak diberlakukan kalender anyar itu, setiap tengah malam jelang pergantian tahun, yakni 31 Desember, orang-orang Romawi menggelar perayaan untuk menghormati dewa Janus yang satu wajah Janus melihat ke tahun lama dan wajah lainnya menatap hari-hari ke depan di tahun baru.
Oleh karena itu, barang siapa orang Islam yang berTuhankan tunggal berlaku sebagaimana orang yang berTuhankan banyak maka ini tidak benar. Seperti halnya biasanya ada ramalan-ramalan oh tahun depan akan terjadi sepeti ini itu dsb, jangan percaya mereka! Karena semua itu rahasia Allah Ta'ala. Jadi jika ada orang yang berkata oh jodohmu begini begitu, oh rejekimu bakal susah, oh karirmu bakal lancar dsb itu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Jangan diyakini!
Allah Ta'ala tempat bergantungnya makhluq, semua hal yang terjadi pada makhkuq harus digantungkan pada Allah Ta'ala, jangan percaya pada peramal! Tidak ada yang mengetahui yang ghaib kecuali Allah Ta'ala.
Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Subhaana kallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”
Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu
No comments:
Post a Comment
Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.