Kajian Hadits
Oleh: Ustadz Muhtarifin Sholeh.
Di mushola Nurul Huda, perumahan Gemah Permai, Semarang.
Assalamu'alaikum wa rahmatulah wa barakatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Rasulullaah Muhammad Saw bersabda tentang 3 golongan orang yang tidak diajak bicara oleh Allaah Ta'ala di hari qiyamat yaitu sebagai berikut:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ – قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ – وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ ».
Artinya:
Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ” Ada 3 golongan (manusia) yang Allaah tak akan berbicara kepada mereka pada hari qiyamat & tak mensucikan mereka (Abu Muawiyah berkata, dan tak melihat kepada mereka) & bagi mereka siksa yang sangat pedih, yaitu:
1. Orang tua yang berzina.
2. Raja (pemimpim) yang pendusta (pembohong)
3. Orang miskin yang sombong”.
(Hadits shahih riwayat Muslim 1/72 dari jalan Abu Hurairah, ia berkata: Telah bersabda Rasulullaah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti diatas)
1. ORANG TUA YANG BERZINA.
Perzinahan adalah hubungan seksual yang tidak sah antara lelaki dan wanita yang bukan suami istri.
Allaah Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an surat ke-17 Al Israa ayat 32 sebagai berikut:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Artinya:
"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."
Zina itu perbuatan dosa besar, oleh sebab itu kita tidak boleh melakukan hal-hal yang bisa memicu terjadinya zina. Mata harus dijaga, jangan memandang yang haram yang bisa memicu terjadinya zina. Mulut harus dijaga, jangan mengucapkan yang haram yang bisa memicu terjadinya zina. Telinga harus dijaga, jangan mendengar hal-hal yang bisa memicu terjadinya zina. Tangan dan kaki juga. Dan lain sebagainya di kita harus dijaga dari hal-hal yang bisa memicu terjadinya zina.
Semua harus menjaga diri, mulai dari yang muda sampai yang tua. Memang lelaki itu syahwatnya besar terutama syahwat seksual, apalagi lelaki muda, tetapi tidak bisa dijadikan alasan untuk berzina atau melakukan berbagai hal yang bisa memicu terjadinya zina. Syahwat kita harus dikontrol, meski kita masih muda. Bagi yang sudah tua, harusnya memberikan teladan yang baik kepada yang muda, tidak malah kemudian berzina.
Berzina dengan sembunyi-sembunyi saja dilarang, apalagi jelas terang-terangan tanpa malu berzina. Dosa besar bagi mereka yang melakukan. Rasulullaah Muhammad Saw menjelaskan barang siapa berzina dengan terang-terangan, maka mereka akan terjangkiti penyakit yang belum pernah ada sebelumnya, dan ini mewabah luas, serta rejeki mereka tidak barokah.
Allaah Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah ayat 223 sebagai berikut:
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ ۖ
Artinya:
“Istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja, dengan cara yang kamu sukai...”.
Bagi lelaki, wanita yang sah secara agama saja yang boleh "dikumpuli" dengan cara yang mereka sukai. Berzina itu sama saja dengan "menggarap ladang" orang lain dengan atau tanpa ijin, karena ada kasus suami yang rela istrinya dizinai lelaki lain. Na'udzu billah. Itu perbuatan yang keji dan sangat buruk, sebagaimana yang dimaksud surat Al Israa ayat 32 di atas.
Oleh sebab itu, hal-hal yang bisa memicu terjadinya zina dilarang, ini artinya kita harus bisa mengontrol syahwat kita. (Apa itu syahwat? Silahkan klik di sini).
Orang-orang tua yang berzina dan tidak taubat sebelum mereka meninggal dunia, maka kelak Allaah Ta'ala:
1. Tidak diajak bicara oleh Allaah Ta'ala.
2. Tidak diampuni dosa-dosanya.
3. Tidak akan dilihat oleh Allaah Ta'ala.
Ini merupakan siksa yang sangat pedih. Di hadits lain disebutkan bahwa pedihnya siksaan ini sehari akhirat sebanding dengan pedihnya siksaan 50.000 tahun bumi. Ini pun akan dirasakan oleh 2 golongan yautu pemimpin yang berdusta dan orang miskin yang sombong.
2. PEMIMPIN (ORANG) YANG SOMBONG
Pemimpin di sini dalam artian yang luas, mulai pemimpin dalam wilayah kecil seperti pemimpin rumah tangga atau RT atau RW sampai wilayah luas kelurahan, kecamatan, pemimpin negara dan seterusnya, yang terpenting adalah tidak boleh sombong.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Artinya:
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab bahwa sesungguhnya Allaah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“.
(HR. Muslim no. 91)
Sebenarnya tidak hanya pimpinan saja yang tidak boleh sombong, tidak seorang pun boleh sombong karena sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. Hanya Allaah Ta'ala saja yang berhak untuk sombong.
Rasulullaah Muhammad Saw bersabda:
“Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.”
(HR Ibnu Asakir, Abu Nu’aim)
Pemimpin itu pelayan masyarakat, maksudnya adalah pemimpin itu seharusnya mensejahterakan masyakat, tidak menyusahkan masyarakat, meringankan beban masyarakat, membantu masyarakat dan seterusnya. Itu tugas pemimpin.
Adapun tugas rakyat adalah menghormati pemimpin mereka dan mematuhi perintahnya. Dari sabahat Ibnu ‘Umar radhiyallahu 'anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى المَرْءِ المُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
Artinya:
“Mendengar dan taat (kepada pemimpin) adalah wajib bagi setiap muslim, baik (terhadap perkara) yang dia sukai maupun yang tidak dia sukai, selama dia tidak diperintahkan melakukan kemaksiatan. Adapun jika dia diperintahkan melakukan maksiat, maka tidak ada kewajiban untuk mendengar dan taat (dalam perkara maksiat tersebut saja).”
(HR. Bukhari no. 7144 dan Muslim no. 4740)
Adalah sangat ideal jika semua menempatkan diri sesuai tempatnya, pemimpin melakukan tugasnya sesuai yang diajarkan oleh Rasulullaah Muhammad Saw dan rakyat melakukan tugasnya sebagai rakyat sebagaimana diajarkan juga oleh Rasulullaah Muhammad Saw.
Nanti akan timbul saling menghargai, saling menghormati, saling mengingatkan dan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran di semua pihak.
Selain sifat sombong, riya' juga harusnya dihindari karena dikatakan riya' itu as syirkul ashghor (syirik kecil).
Apa itu riya'?
Riya' adalah perbuatan yang dilakukan dengan niat hanya agar sehingga terlihat, terdengar atau diketahui oleh orang banyak saja. Jadi niatnya bukan karena Allaah Ta'ala, oleh sebab itu dikatakan riya' itu syirkul ashghor (syirik kecil).
Memamerkan perbuatan kita agar diketahui oleh orang lain itu bisa tidak dihukumi riya' jika niatnya karena Allaah Ta'ala semata-mata. Misal dzikiran di masjid dengan pengeras suara, jika niatnya melakukannya karena Allaah Ta'ala semata-mata, yaitu agar orang-orang tertarik dan tergerak hatinya untuk ikut berdzikir maka boleh. Tapi jika khawatir timbul riya' maka jangan lakukan.
Kalau tujuannya hanya Allaah Ta'ala maka bukan riya', memamerkan perbuatan kepada orang lain hanya sebagai dakwah, washilah (perantara) agar orang lain tergerak hatinya.
Ghoyah (tujuan) harus Allaah Ta'ala, selainNya hanya washilah (perantara). Kalau selain Allaah Ta'ala, apapun macamnya, dijadikan sebagai ghoyah (tujuan) maka inilah syirik.
Perhatikan hal ini agar paham mana syirik dan mana yang bukan. Itu point utama, untuk detail harus diteliti masing-masing kejadian.
Agar tidak timbul kesombongan dan riya' pada kita baik yang pemimpin atau bukan, bisa dilatih, misal dengan memahami makna kalimat "Allaahu akbar" (takbiratul ihrom) dalam sholat. Kalimat itu maknanya mengakui bahwa hanya Allaah Ta'ala yang Maha Besar, selainNya itu kecil dan tiada artinya dibanding Allaah Ta'ala. Kalimat "Allaahu akbar" akan merendahkan nafsu kita karena hakikatnya kita ini sangat lemah dan sangat tidak bisa apa-apa dibandingkan Allaah Ta'ala. In syaa Allaah terhindar dari sifat sombong dan riya'.
Semoga Allaah Ta'ala menghindarkan kita dari zina dan semua hal yang memicu timbilnya zina, serta menghindarkan kita dari sifat sombong juga riya'.
Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu."
Untuk kumpulan resume kajian di mushola Nurul Huda, silahkan klik di sini.
Oleh: Ustadz Muhtarifin Sholeh.
Di mushola Nurul Huda, perumahan Gemah Permai, Semarang.
Assalamu'alaikum wa rahmatulah wa barakatuh.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Rasulullaah Muhammad Saw bersabda tentang 3 golongan orang yang tidak diajak bicara oleh Allaah Ta'ala di hari qiyamat yaitu sebagai berikut:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ – قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ – وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ ».
Artinya:
Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ” Ada 3 golongan (manusia) yang Allaah tak akan berbicara kepada mereka pada hari qiyamat & tak mensucikan mereka (Abu Muawiyah berkata, dan tak melihat kepada mereka) & bagi mereka siksa yang sangat pedih, yaitu:
1. Orang tua yang berzina.
2. Raja (pemimpim) yang pendusta (pembohong)
3. Orang miskin yang sombong”.
(Hadits shahih riwayat Muslim 1/72 dari jalan Abu Hurairah, ia berkata: Telah bersabda Rasulullaah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti diatas)
1. ORANG TUA YANG BERZINA.
Perzinahan adalah hubungan seksual yang tidak sah antara lelaki dan wanita yang bukan suami istri.
Allaah Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an surat ke-17 Al Israa ayat 32 sebagai berikut:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Artinya:
"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."
Zina itu perbuatan dosa besar, oleh sebab itu kita tidak boleh melakukan hal-hal yang bisa memicu terjadinya zina. Mata harus dijaga, jangan memandang yang haram yang bisa memicu terjadinya zina. Mulut harus dijaga, jangan mengucapkan yang haram yang bisa memicu terjadinya zina. Telinga harus dijaga, jangan mendengar hal-hal yang bisa memicu terjadinya zina. Tangan dan kaki juga. Dan lain sebagainya di kita harus dijaga dari hal-hal yang bisa memicu terjadinya zina.
Semua harus menjaga diri, mulai dari yang muda sampai yang tua. Memang lelaki itu syahwatnya besar terutama syahwat seksual, apalagi lelaki muda, tetapi tidak bisa dijadikan alasan untuk berzina atau melakukan berbagai hal yang bisa memicu terjadinya zina. Syahwat kita harus dikontrol, meski kita masih muda. Bagi yang sudah tua, harusnya memberikan teladan yang baik kepada yang muda, tidak malah kemudian berzina.
Berzina dengan sembunyi-sembunyi saja dilarang, apalagi jelas terang-terangan tanpa malu berzina. Dosa besar bagi mereka yang melakukan. Rasulullaah Muhammad Saw menjelaskan barang siapa berzina dengan terang-terangan, maka mereka akan terjangkiti penyakit yang belum pernah ada sebelumnya, dan ini mewabah luas, serta rejeki mereka tidak barokah.
Allaah Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah ayat 223 sebagai berikut:
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ ۖ
Artinya:
“Istrimu adalah ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu kapan saja, dengan cara yang kamu sukai...”.
Bagi lelaki, wanita yang sah secara agama saja yang boleh "dikumpuli" dengan cara yang mereka sukai. Berzina itu sama saja dengan "menggarap ladang" orang lain dengan atau tanpa ijin, karena ada kasus suami yang rela istrinya dizinai lelaki lain. Na'udzu billah. Itu perbuatan yang keji dan sangat buruk, sebagaimana yang dimaksud surat Al Israa ayat 32 di atas.
Oleh sebab itu, hal-hal yang bisa memicu terjadinya zina dilarang, ini artinya kita harus bisa mengontrol syahwat kita. (Apa itu syahwat? Silahkan klik di sini).
Orang-orang tua yang berzina dan tidak taubat sebelum mereka meninggal dunia, maka kelak Allaah Ta'ala:
1. Tidak diajak bicara oleh Allaah Ta'ala.
2. Tidak diampuni dosa-dosanya.
3. Tidak akan dilihat oleh Allaah Ta'ala.
Ini merupakan siksa yang sangat pedih. Di hadits lain disebutkan bahwa pedihnya siksaan ini sehari akhirat sebanding dengan pedihnya siksaan 50.000 tahun bumi. Ini pun akan dirasakan oleh 2 golongan yautu pemimpin yang berdusta dan orang miskin yang sombong.
2. PEMIMPIN (ORANG) YANG SOMBONG
Pemimpin di sini dalam artian yang luas, mulai pemimpin dalam wilayah kecil seperti pemimpin rumah tangga atau RT atau RW sampai wilayah luas kelurahan, kecamatan, pemimpin negara dan seterusnya, yang terpenting adalah tidak boleh sombong.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Artinya:
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab bahwa sesungguhnya Allaah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.“.
(HR. Muslim no. 91)
Sebenarnya tidak hanya pimpinan saja yang tidak boleh sombong, tidak seorang pun boleh sombong karena sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. Hanya Allaah Ta'ala saja yang berhak untuk sombong.
Rasulullaah Muhammad Saw bersabda:
“Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka.”
(HR Ibnu Asakir, Abu Nu’aim)
Pemimpin itu pelayan masyarakat, maksudnya adalah pemimpin itu seharusnya mensejahterakan masyakat, tidak menyusahkan masyarakat, meringankan beban masyarakat, membantu masyarakat dan seterusnya. Itu tugas pemimpin.
Adapun tugas rakyat adalah menghormati pemimpin mereka dan mematuhi perintahnya. Dari sabahat Ibnu ‘Umar radhiyallahu 'anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى المَرْءِ المُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ
Artinya:
“Mendengar dan taat (kepada pemimpin) adalah wajib bagi setiap muslim, baik (terhadap perkara) yang dia sukai maupun yang tidak dia sukai, selama dia tidak diperintahkan melakukan kemaksiatan. Adapun jika dia diperintahkan melakukan maksiat, maka tidak ada kewajiban untuk mendengar dan taat (dalam perkara maksiat tersebut saja).”
(HR. Bukhari no. 7144 dan Muslim no. 4740)
Adalah sangat ideal jika semua menempatkan diri sesuai tempatnya, pemimpin melakukan tugasnya sesuai yang diajarkan oleh Rasulullaah Muhammad Saw dan rakyat melakukan tugasnya sebagai rakyat sebagaimana diajarkan juga oleh Rasulullaah Muhammad Saw.
Nanti akan timbul saling menghargai, saling menghormati, saling mengingatkan dan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran di semua pihak.
Selain sifat sombong, riya' juga harusnya dihindari karena dikatakan riya' itu as syirkul ashghor (syirik kecil).
Apa itu riya'?
Riya' adalah perbuatan yang dilakukan dengan niat hanya agar sehingga terlihat, terdengar atau diketahui oleh orang banyak saja. Jadi niatnya bukan karena Allaah Ta'ala, oleh sebab itu dikatakan riya' itu syirkul ashghor (syirik kecil).
Memamerkan perbuatan kita agar diketahui oleh orang lain itu bisa tidak dihukumi riya' jika niatnya karena Allaah Ta'ala semata-mata. Misal dzikiran di masjid dengan pengeras suara, jika niatnya melakukannya karena Allaah Ta'ala semata-mata, yaitu agar orang-orang tertarik dan tergerak hatinya untuk ikut berdzikir maka boleh. Tapi jika khawatir timbul riya' maka jangan lakukan.
Kalau tujuannya hanya Allaah Ta'ala maka bukan riya', memamerkan perbuatan kepada orang lain hanya sebagai dakwah, washilah (perantara) agar orang lain tergerak hatinya.
Ghoyah (tujuan) harus Allaah Ta'ala, selainNya hanya washilah (perantara). Kalau selain Allaah Ta'ala, apapun macamnya, dijadikan sebagai ghoyah (tujuan) maka inilah syirik.
Perhatikan hal ini agar paham mana syirik dan mana yang bukan. Itu point utama, untuk detail harus diteliti masing-masing kejadian.
Agar tidak timbul kesombongan dan riya' pada kita baik yang pemimpin atau bukan, bisa dilatih, misal dengan memahami makna kalimat "Allaahu akbar" (takbiratul ihrom) dalam sholat. Kalimat itu maknanya mengakui bahwa hanya Allaah Ta'ala yang Maha Besar, selainNya itu kecil dan tiada artinya dibanding Allaah Ta'ala. Kalimat "Allaahu akbar" akan merendahkan nafsu kita karena hakikatnya kita ini sangat lemah dan sangat tidak bisa apa-apa dibandingkan Allaah Ta'ala. In syaa Allaah terhindar dari sifat sombong dan riya'.
Semoga Allaah Ta'ala menghindarkan kita dari zina dan semua hal yang memicu timbilnya zina, serta menghindarkan kita dari sifat sombong juga riya'.
Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu."
Untuk kumpulan resume kajian di mushola Nurul Huda, silahkan klik di sini.
No comments:
Post a Comment
Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.