Oleh: Alhabib Shodiq bin Abubakar Baharun
Rodhinabillaahi Robba... Sudah semestinya kita merasa rela untuk mematuhi semua keputusan dari Allaah Swt, semua keputusan Allaah Swt adalah semua yang terjadi pada kita dan sekitar kita baik dulu, sekarang atau pun besok, baik yang kita sebut sebagai kesenangan atau pun yang kita sebut sebagai kesusahan. Kalau senang yang kita terima, maka kita akan lebih baik bersyukur pada Allaah Swt. Demikian pula kalau kita sedang berada dalam kesusahan.
Bersyukur itu lebih baik bagi kita karena itu yang dikehendaki Allaah Swt dan Rasulullaah Muhammad Saw. Barang siapa bersyukur pada Allaah Swt atas semua yang dia terima maka Allaah Swt akan menambah karunia-Nya padanya, akan menambah nikmat padanya, tetapi kalau kita tidak bersyukur maka adzab yang pedih akan kita terima baik di dunia atau pun di akhirat kelak.
Adzab yang disegerakan di dunia antara lain adalah kita akan selalu merasa kurang, cinta dunia (dunia adalah semua kegiatan yang tidak ada usaha mengingat Allaah Swt), tidak bisa merasakan nikmat-Nya, selalu diperbudak oleh harta. Sementara adzab yang akan kita terima di akhirat kelak jika kita tidak bersyukur antara lain adalah siksaan yang sangat pedih, minum sesuatu yang sangat panas yang merontokkan badan, menginjak bara api yang sanggup merontokkan otak dsb.
Berhati-hatilah dan jagalah diri kita agar selalu bertaqwa pada Allaah Swt, bertaqwa pada saat kita sendirian atau di keramaian. Jagalah perkara-perkara yang diwajibkan bagi kita dan jauhi yang dilarang. Kemudian bersabar atas semua cobaan Allaah Swt. Sesungguhnya hamba Allaah Swt akan diuji oleh Allaah Swt.
Bersabar itu bermakna kita menerima semua keputusan Allaah Swt (tentu harus disertai usaha sebab menerima tanpa ikhtiar adalah tidak sempurna). Dalam kesabaran tentu didasari oleh kecintaan kita kepada Allaah Swt, cinta Allaah itu bermakna kita ingin bertemu dengan Allaah Swt yaitu dalam artian kita tidak takut apapaun (termasuk kematian) kecuali kepada Allaah Swt saja kita takut.
Kita wajib takut kepada Allaah Swt, takut akan kemarahan Allaah Swt, takut akan kemurkaan Allaah Swt. Ketika Allaah Swt murka pada kita, maka di saat itu kita pasti tidak melakukan perintah-perintah-Nya, musibah akan datang kepada kita. Tetapi jika kita melakukan perintah-perintah Allaah Swt maka musibah akan pergi dari kita dan berganti dengan kemudahan bagi kita dalam semua urusan kita, ketentraman meski kita sedang susah dsb. Hanya kepada Allaah Swt saja kita bergantung, makhluq hanya perantara saja.
Sunday, October 17, 2010
Saturday, October 16, 2010
Allaah Swt Memperlihatkan Semua Jawaban Atas Semua Pertanyaan
Oleh: Alhabib Ghozi bin Ahmad Shihab
Syaikh Muhammad Sya'roni berkata bahwa tiupan sangkakala bunyinya bergemuruh tiada tara, menghancurkan semuanya. Sangkakala ditiupkan setelah kiamat terjadi dimana semua makhluq-Nya kemudian dibangkitkan.
Adapaun yang dituju dengan ditiupkannya sangkakala ini adalah telinga kita, kenapa dan ada apa dengan telinga kita? Yaitu agar telinga kita mendengar. Telinga ini sangat indah susunannya, begitu lembut tetapi mampu menangkap suara kemudian membedakan berbagai jenis suara.
Telinga adalah yang pertama kali mengenal kehidupan, bayi begitu terlahir pertama kali bukan melihat tetapi mendengar yang bayi mampu. Dan kita beribadah juga diawali salah satunya dengan mendengar dahulu, mendengar ajaran ulama kemudian mengamalkannya, mendengar adzan kemudian sholat, teman bercerita tentang kebaikan lalu kita dengarkan kemudian kita amalkan dst.
(Alhabib Muhammad bin Abdullaah Al'aydrus berkata dalam kitab beliau bahwa kita mesti menerapkan adab ketika mendengarkan pembicaraan teman bicara kita. Beliau melarang kita menghentikan atau menyangkal ucapan seseorang di hadapan khalayak ramai karena ini perbuatan yang sangat buruk. Jika ucapannya salah dan kesalahannya itu tidak membahayakan orang banyak maka maafkanlah, jangan lalu kita tunjukkan kesalahannya di hadapan orang banyak! Jika kita ingin menegurnya maka tegurlah pada saat kita sedang berdua. Tetapi jika kesalahannya membahayakan khalayak ramai (misal dalam hal tauhid dsb) maka tegurlah dengan cara yang lembut dan baik serta penuh kasih sayang, jangan kasar!).
Begitu pentingnya mendengar sehingga ketika kita dibangkitkan kelak adalah telinga yang pertama dituju yaitu oleh tiupan sangkakala yang pertama kalinya. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa tiupan sangkakala itu menghancurkan semuanya kecuali para Nabi, para Rasulullaah, para malaikat, orang-orang yang meninggal syahid dsb, mereka diselamatkan 0leh Allaah Swt.
Ulama menjelaskan bahwa antara tiupan sangkakala pertama dan kedua ada jeda waktunya, menurut Abu Hurairah Ra dari Rasulullaah Muhammad Saw bahwa jeda waktu antara dua tiupan sangkakala itu 40, tidak dijelaskan itu 40 apa sebab Abu Hurairah tidak bertanya kepada Rasulullaah Muhammad Saw.
Jika tiupan sangkakala yang pertama adalah telinga yang dituju, maka tiupan sangkakala yang kedua adalah mata yang dituju. Kenapa? Karena setelah setelah mendengar biasanya kita baru percaya setelah melihat buktinya, dijelaskan ini terjadi pada orang-orang yang tidak percaya kepada Allaah Swt sering kali menolak kebenaran jika mereka tidak melihat sendiri, padahal tidak semua kebenaran bisa terlihat dengan mata biasa ini, ada banyak kebenaran yang membutuhkan keimanan untuk kemudian dipercayai. Mereka lalu menolak kebenaran adanya Allaah Swt, maka inilah yang dituju dengan tiupan sangkakala yang kedua yaitu mata agar mereka bisa langsung menyaksikan ke-Maha-Besar-an Allaah Swt yang mampu menghancurkan semua makhluq-Nya tanpa kesulitan sama sekali, mampu memnghancurkan makhluq sejak awal penciptaan hingga akhir penciptaan, mampu membangkitkan semua yang sudah berserakan yang sudah dihancurkan dan kemudian dikumpulkan di suatu tempat dsb sehingga saat itu tidak perlu lagi dalil-dalil sebab semuanya sudah terpampang di depan mata mereka, mata kita, Allaah Swt memperlihatkan semua jawaban atas semua pertanyaan mereka yaitu mereka yang tidak percaya atas ke-Tuhan-an Allaah Swt.
Kemudian, setelah semua makhluq dibangkitkan maka dikumpulkan di padang Mahsyar di yaumul mahsyar. Kata Mahsyar ini diambil dari kata Al Asyhr yang secara bahasa maksudnya adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan yang berserakan sehingga menjadi satu di dalam satu tempat. Jadi yaumul mahsyar adalah hari dimana kita semua dibangkitkan dan dikumpulkan oleh Allaah Swt dalam tempat yang sempit (tidak dijelaskan sempit yang bagaimana yang dimaksudkan) yaitu di padang Mahsyar.
Sebagaimana bumi sekarang dipenuhi oleh cahaya matahari, maka di padang Mahsyar dipenuhi juga oleh cahaya Allaah Swt yang mana setelah itu diserahkan pada kita kitab catatan amal kita selama hidup di dunia sekaligus beserta saksi-saksinya.
Syaikh Muhammad Sya'roni berkata bahwa tiupan sangkakala bunyinya bergemuruh tiada tara, menghancurkan semuanya. Sangkakala ditiupkan setelah kiamat terjadi dimana semua makhluq-Nya kemudian dibangkitkan.
Adapaun yang dituju dengan ditiupkannya sangkakala ini adalah telinga kita, kenapa dan ada apa dengan telinga kita? Yaitu agar telinga kita mendengar. Telinga ini sangat indah susunannya, begitu lembut tetapi mampu menangkap suara kemudian membedakan berbagai jenis suara.
Telinga adalah yang pertama kali mengenal kehidupan, bayi begitu terlahir pertama kali bukan melihat tetapi mendengar yang bayi mampu. Dan kita beribadah juga diawali salah satunya dengan mendengar dahulu, mendengar ajaran ulama kemudian mengamalkannya, mendengar adzan kemudian sholat, teman bercerita tentang kebaikan lalu kita dengarkan kemudian kita amalkan dst.
(Alhabib Muhammad bin Abdullaah Al'aydrus berkata dalam kitab beliau bahwa kita mesti menerapkan adab ketika mendengarkan pembicaraan teman bicara kita. Beliau melarang kita menghentikan atau menyangkal ucapan seseorang di hadapan khalayak ramai karena ini perbuatan yang sangat buruk. Jika ucapannya salah dan kesalahannya itu tidak membahayakan orang banyak maka maafkanlah, jangan lalu kita tunjukkan kesalahannya di hadapan orang banyak! Jika kita ingin menegurnya maka tegurlah pada saat kita sedang berdua. Tetapi jika kesalahannya membahayakan khalayak ramai (misal dalam hal tauhid dsb) maka tegurlah dengan cara yang lembut dan baik serta penuh kasih sayang, jangan kasar!).
Begitu pentingnya mendengar sehingga ketika kita dibangkitkan kelak adalah telinga yang pertama dituju yaitu oleh tiupan sangkakala yang pertama kalinya. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa tiupan sangkakala itu menghancurkan semuanya kecuali para Nabi, para Rasulullaah, para malaikat, orang-orang yang meninggal syahid dsb, mereka diselamatkan 0leh Allaah Swt.
Ulama menjelaskan bahwa antara tiupan sangkakala pertama dan kedua ada jeda waktunya, menurut Abu Hurairah Ra dari Rasulullaah Muhammad Saw bahwa jeda waktu antara dua tiupan sangkakala itu 40, tidak dijelaskan itu 40 apa sebab Abu Hurairah tidak bertanya kepada Rasulullaah Muhammad Saw.
Jika tiupan sangkakala yang pertama adalah telinga yang dituju, maka tiupan sangkakala yang kedua adalah mata yang dituju. Kenapa? Karena setelah setelah mendengar biasanya kita baru percaya setelah melihat buktinya, dijelaskan ini terjadi pada orang-orang yang tidak percaya kepada Allaah Swt sering kali menolak kebenaran jika mereka tidak melihat sendiri, padahal tidak semua kebenaran bisa terlihat dengan mata biasa ini, ada banyak kebenaran yang membutuhkan keimanan untuk kemudian dipercayai. Mereka lalu menolak kebenaran adanya Allaah Swt, maka inilah yang dituju dengan tiupan sangkakala yang kedua yaitu mata agar mereka bisa langsung menyaksikan ke-Maha-Besar-an Allaah Swt yang mampu menghancurkan semua makhluq-Nya tanpa kesulitan sama sekali, mampu memnghancurkan makhluq sejak awal penciptaan hingga akhir penciptaan, mampu membangkitkan semua yang sudah berserakan yang sudah dihancurkan dan kemudian dikumpulkan di suatu tempat dsb sehingga saat itu tidak perlu lagi dalil-dalil sebab semuanya sudah terpampang di depan mata mereka, mata kita, Allaah Swt memperlihatkan semua jawaban atas semua pertanyaan mereka yaitu mereka yang tidak percaya atas ke-Tuhan-an Allaah Swt.
Kemudian, setelah semua makhluq dibangkitkan maka dikumpulkan di padang Mahsyar di yaumul mahsyar. Kata Mahsyar ini diambil dari kata Al Asyhr yang secara bahasa maksudnya adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan yang berserakan sehingga menjadi satu di dalam satu tempat. Jadi yaumul mahsyar adalah hari dimana kita semua dibangkitkan dan dikumpulkan oleh Allaah Swt dalam tempat yang sempit (tidak dijelaskan sempit yang bagaimana yang dimaksudkan) yaitu di padang Mahsyar.
Sebagaimana bumi sekarang dipenuhi oleh cahaya matahari, maka di padang Mahsyar dipenuhi juga oleh cahaya Allaah Swt yang mana setelah itu diserahkan pada kita kitab catatan amal kita selama hidup di dunia sekaligus beserta saksi-saksinya.
Pergunakan Anggota Badan Kita Sesuai Fungsinya Agar Baik Bagi Kita
Oleh: Alhabib Hasan bin Abdurrahman Aljufri
Pergunakan semua anggota badan kita sesuai fungsinya agar baik bagi kita. Lalu hindari perkataan yang tidak ada gunanya seperti ghibah (*) atau pun fitnah, serta hindari pula terlalu banyak makan.
Makan boleh, apalagi jika diniati mengikuti Rasulullaah Muhammad Saw, tapi jangan berlebihan karena bisa mengakibatkan timbulnya penyakit pada diri kita, lalu membuta kita cepat mengantuk, susah menghafal ilmu, membuat kita enggan melakukan berbagai ibadah dan enggan menuntut ilmu, menyerupai pengikut syethan, menguatkan syahwat dan ilmu kita menjadi tidak bermanfaat. Makanlah secukupnya, tetapi ketika diniati untuk ber-tabaruk-an (ngalap barokah - bahasa Jawa), maka boleh makan banyak.
Demikian pula jangan pergunakan pakaian yang didapatkan dengan cara yang haram, yang didapatkan dari rizqi yang haram karena akan membuat do'a kita tidak dikabulkan oleh Allaah Swt. Salah satu penyebab do'a kita terkabul adalah dengan membaca "Ya Robb" 3x, tapi ini percuma kalau pakaian kita dan makanan kita didapatkan dari cara yang haram.
(*) :Alhabib Ghozi bin Ahmad Shihab pernah menjelaskan dalam majelisnya tentang ghibah ini, ghibah adalah membicarakan keburukan orang lain yang tidak bermanfaat atau sekedar menggunjing saja. Jika yang dibicarakan keburukan yang benar terjadi maka ini ghibah, jika yang dibicarakan keburukan yang tidak pernah terjadi maka ini fitnah. Membicarakan keburukan orang lain (ghibah) terlarang kecuali untuk mengungkapkan keadilan maka membicarakan orang lain menjadi boleh. Atau ketika dalam situasi menuntut ilmu atau ketika kita menasehati orang lain maka boleh membicarakan keburukan orang lain, cukup jelaskan saja jenis keburukannya, jangan sebutkan nama pelakunya kecuali mereka-mereka yang di dalam Alqur'an sudah dijelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang buruk perbuatannya seperti Fir'aun dsb.
Pergunakan semua anggota badan kita sesuai fungsinya agar baik bagi kita. Lalu hindari perkataan yang tidak ada gunanya seperti ghibah (*) atau pun fitnah, serta hindari pula terlalu banyak makan.
Makan boleh, apalagi jika diniati mengikuti Rasulullaah Muhammad Saw, tapi jangan berlebihan karena bisa mengakibatkan timbulnya penyakit pada diri kita, lalu membuta kita cepat mengantuk, susah menghafal ilmu, membuat kita enggan melakukan berbagai ibadah dan enggan menuntut ilmu, menyerupai pengikut syethan, menguatkan syahwat dan ilmu kita menjadi tidak bermanfaat. Makanlah secukupnya, tetapi ketika diniati untuk ber-tabaruk-an (ngalap barokah - bahasa Jawa), maka boleh makan banyak.
Demikian pula jangan pergunakan pakaian yang didapatkan dengan cara yang haram, yang didapatkan dari rizqi yang haram karena akan membuat do'a kita tidak dikabulkan oleh Allaah Swt. Salah satu penyebab do'a kita terkabul adalah dengan membaca "Ya Robb" 3x, tapi ini percuma kalau pakaian kita dan makanan kita didapatkan dari cara yang haram.
(*) :Alhabib Ghozi bin Ahmad Shihab pernah menjelaskan dalam majelisnya tentang ghibah ini, ghibah adalah membicarakan keburukan orang lain yang tidak bermanfaat atau sekedar menggunjing saja. Jika yang dibicarakan keburukan yang benar terjadi maka ini ghibah, jika yang dibicarakan keburukan yang tidak pernah terjadi maka ini fitnah. Membicarakan keburukan orang lain (ghibah) terlarang kecuali untuk mengungkapkan keadilan maka membicarakan orang lain menjadi boleh. Atau ketika dalam situasi menuntut ilmu atau ketika kita menasehati orang lain maka boleh membicarakan keburukan orang lain, cukup jelaskan saja jenis keburukannya, jangan sebutkan nama pelakunya kecuali mereka-mereka yang di dalam Alqur'an sudah dijelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang buruk perbuatannya seperti Fir'aun dsb.
Wednesday, October 13, 2010
Simpang Lima Bersholawat
Hati pikiran serasa sejuk bak diguyur air es setelah berjalan di padang pasir ketika melihat ribuan orang yang kebanyakan berpakaian putih-putih yang berkumpul di lapangan Pancasila kawasan Simpang Lima Semarang malam tadi (10-10-'10) dalam acara Simpang Lima Bersholawat bersama Alhabib Syekh bin Abdulqadir Assegaf (Solo), habaib, ulama, Walikota Semarang dsb.
Ribuan Syekher (pecinta Alhabib Syekh) membanjiri lapangan Pancasila dengan membawa bermacam-macam pernak-pernik seperti bendera yang bertuliskan "Syekher Mania" atau pun "Ahbabul Musthofa" (nama majelis sholawat dan maulid Alhabib Syekh) -bahkan ada yang membawa bendera merah putih- yang kemudian bendera-bendera itu dikibar-kibarkan mengikuti alunan qoshidah-qoshidah yang dibawakan oleh Alhabib Syekh yang diiringi hadroh dari Ahbabul Musthofa.
Alhabib Syekh memulai acara sekitar pukul 20.00 setelah dibuka oleh pembawa acara dari TvKU (stasiun TV lokal Semarang) -karena memang acara tadi malam disiarkan langsung di TvKU dan disiarkan ulang nanti malam (11-10-'10) di stasiun yang sama pukul 19.00- kemudian Walikota Semarang dan wakil Gubernur Jawa Tengah memberikan sambutannya.
Seperti biasa, Alhabib Syekh membacakan kitab Shimthud Durrar (kitab sejarah Nabi Muhammad Saw) diselingi dengan berbagai qoshidah yang menawan, Syekher Mania terus saja mengibarkan bendera-bendera mengikuti qoshidah tersebut. Setelah selesai, K.H. Kharis Shodaqoh pengasuh Ponpes Al-Itqon, Bugen - Semarang) berdiri menyampaikan nasehat beliau.
K.H. Kharis Shodaqoh memulai nasehat beliau dengan menyampaikan bahwa acara tadi malam selain bersholawat kepada Rasulullaah Muhammad Saw, juga sekaligus ber-halal-bi-halal masyarakat bersama ulama dan pemimpin setempat (Ulama - Umara' - Umat). Beliau berdoa semoga setelah acara ini kita semua menjadi lebih baik lagi, menjadi lebih rukun terhadap sesama kita.
Sebagaimana Rasulullaah Muhammad Saw bersabda bahwa orang yang bertaqwa adalah orang yang mau memaafkan kekeliruan temannya, saudaranya, kenalannya bahkan mungkin orang tuanya. Jangan merasa sombong dengan berbagai amal baik kita, sebab sering kali kita berpura-pura berbuat baik agar orang mengatakan kita adalah orang baik. Kita sering kali tidak mau kejelekan kita diketahui orang lain, kita sering kali mau agar dikenal baik saja dengan menutupi segala kejelekan kita tanpa merasa bahwa diri kita sesungguhnya hanya berpura-pura saja, kita takut pada orang bukan takut pada Allaah Swt. Sudah berpura-pura, kita justru senang mengumbar kejelekan orang lain. Ini adalah hal yang buruk!
Kemudian, K.H. Kharis Shodaqoh melanjutkan, orang yang bertaqwa adalah orang yang mencintai orang lain karena demikianlah Allaah Swt yang mencintai makhluq-Nya, Allaah Swt saja masih memberikan kita kesempatan untuk bertaubat maka seharusnyalah kita memaafkan kekeliruan orang lain. Demikian yang diteladankan oleh Rasulullaah Muhammad Saw dan ulama salaf. K.H. Kharis Shodaqoh mengakhiri nasehat beliau dengan mengatakan jika kita semua bisa berlaku demikian maka kita akan damai, Semarang akan damai dan Indonesia akan damai.
Nasehat berikutnya disampaikan oleh Alhabib Hasan bin Abdurrahman Aljufri (Semarang). Alhabib Hasan memulai nasehat beliau dengan mendoakan agar dengan berkumpulnya kita semoga Allaah Swt mententramkan hati kita, pikiran kita dan memudahkan semua urusan kita. Sejak awal hingga akhir acara banyak dikumandangkan sholawat kepada Rasulullaah Muhammad Saw, bersholawat adalah amal yang sangat dianjurkan untuk kita lakukan sebab hanya sholawat yang merupakan ibadah yang pasti diterima Allaah Swt meski kita lakukan dengan sombong. Ini terjadi karena keagungan Rasulullaah Muhammad Saw.
Rasulullaah Muhammad Saw meneladan memaafkan orang lain, merahmati orang lain dan membantu orang lain. Dan ketika kita mencinta Rasulullaah Muhammad Saw maka sudah seharusnya kita mengikuti Rasulullah Saw dengan memaafkan orang lain, merahmati orang lain dan membantu orang lain.
Pernah suatu ketika Rasulullaah Muhammad menyuruh para sahabat untuk berterus-terang apakah Rasulullaah Saw pernah berbuat kesalahan kepada mereka atau tidak, kalau pernah meski kecil, Rasulullaah Saw meminta agar mereka mengatakannya sebelum Rasulullaah Saw wafat. Lihat keagungan dan keredah-dirian beliau, Rasulullaah Saw yang sudah terjaga dari semua kekeliruan pun masih saja demikian tawadlu'nya untuk meminta maaf kepada para sahabat beliau Saw. Ini Rasulullaah Saw lakukan karena berharap rahmat Allaah Swt.
Semua ini ada dan terjadi karena rahmat Allaah Swt, mulai dari akhlaq baik adalah rahmat Allaah Swt dan berbagai kebaikan lainnya juga bagian dari rahmat Allaah Swt. Alhabib Hasan pernah menjelaskan dalam majelis ta'lim beliau bahwa jika rahmat Allaah Swt ditandai dengan 100%, maka rahmat Allaah Swt yang dikaruniakan kepada kita sekarang di sini barulah 1% saja, sedangkan yang 99% akan dikaruniakan di surga nanti. 1% saja sudah begini istimewanya, maka sudah seharusnya kita terus melakukan berbagai kebaikan untuk berharap rahmat Allaah Swt.
Alhabib Hasan berpesan agar kita menjadi makhluq yang merahmati makhluq lainnya dan jangan sampai keliru salah menempatkan rahmat! Tempatkan rahmat pada tempat yang semestinya, misal ketika kita ada teman yang masih punya kebiasaan mabuk jangan sampai kita kita justru membelikan dia khamr dengan alasan merahmati dia, ini adalah rahmat yang keliru tempatnya! Rahmat untuk orang yang masih suka mabuk adalah mengatakan pada dia bahwa mabuk itu adalah buruk karena banyak celakanya daripada manfaatnya, ajak dia melakukan perbuatan baik dengan lembut dan perlahan. Itu rahmat yang benar ditempatkan pada tempatnya.
Alhabib Hasan mengakhiri nasehat beliau dengan berkata bahwa sekarang di tempat ini kita bersholawat pada Rasulullaah Muhammad Saw, semoga besok-besok kita lebih istiqomah lagi dalam bersholawat sebab diantara banyak keistimewaan sholawat adalah sholawat merupakan mahar pernikahan Nabi Adam As dan istri beliau di surga dulu. Semoga ini menjadi bagian dari surga kita semua.
Kurang lebih pukul 22.30 acara berakhir.
Ribuan Syekher (pecinta Alhabib Syekh) membanjiri lapangan Pancasila dengan membawa bermacam-macam pernak-pernik seperti bendera yang bertuliskan "Syekher Mania" atau pun "Ahbabul Musthofa" (nama majelis sholawat dan maulid Alhabib Syekh) -bahkan ada yang membawa bendera merah putih- yang kemudian bendera-bendera itu dikibar-kibarkan mengikuti alunan qoshidah-qoshidah yang dibawakan oleh Alhabib Syekh yang diiringi hadroh dari Ahbabul Musthofa.
Alhabib Syekh memulai acara sekitar pukul 20.00 setelah dibuka oleh pembawa acara dari TvKU (stasiun TV lokal Semarang) -karena memang acara tadi malam disiarkan langsung di TvKU dan disiarkan ulang nanti malam (11-10-'10) di stasiun yang sama pukul 19.00- kemudian Walikota Semarang dan wakil Gubernur Jawa Tengah memberikan sambutannya.
Seperti biasa, Alhabib Syekh membacakan kitab Shimthud Durrar (kitab sejarah Nabi Muhammad Saw) diselingi dengan berbagai qoshidah yang menawan, Syekher Mania terus saja mengibarkan bendera-bendera mengikuti qoshidah tersebut. Setelah selesai, K.H. Kharis Shodaqoh pengasuh Ponpes Al-Itqon, Bugen - Semarang) berdiri menyampaikan nasehat beliau.
K.H. Kharis Shodaqoh memulai nasehat beliau dengan menyampaikan bahwa acara tadi malam selain bersholawat kepada Rasulullaah Muhammad Saw, juga sekaligus ber-halal-bi-halal masyarakat bersama ulama dan pemimpin setempat (Ulama - Umara' - Umat). Beliau berdoa semoga setelah acara ini kita semua menjadi lebih baik lagi, menjadi lebih rukun terhadap sesama kita.
Sebagaimana Rasulullaah Muhammad Saw bersabda bahwa orang yang bertaqwa adalah orang yang mau memaafkan kekeliruan temannya, saudaranya, kenalannya bahkan mungkin orang tuanya. Jangan merasa sombong dengan berbagai amal baik kita, sebab sering kali kita berpura-pura berbuat baik agar orang mengatakan kita adalah orang baik. Kita sering kali tidak mau kejelekan kita diketahui orang lain, kita sering kali mau agar dikenal baik saja dengan menutupi segala kejelekan kita tanpa merasa bahwa diri kita sesungguhnya hanya berpura-pura saja, kita takut pada orang bukan takut pada Allaah Swt. Sudah berpura-pura, kita justru senang mengumbar kejelekan orang lain. Ini adalah hal yang buruk!
Kemudian, K.H. Kharis Shodaqoh melanjutkan, orang yang bertaqwa adalah orang yang mencintai orang lain karena demikianlah Allaah Swt yang mencintai makhluq-Nya, Allaah Swt saja masih memberikan kita kesempatan untuk bertaubat maka seharusnyalah kita memaafkan kekeliruan orang lain. Demikian yang diteladankan oleh Rasulullaah Muhammad Saw dan ulama salaf. K.H. Kharis Shodaqoh mengakhiri nasehat beliau dengan mengatakan jika kita semua bisa berlaku demikian maka kita akan damai, Semarang akan damai dan Indonesia akan damai.
Nasehat berikutnya disampaikan oleh Alhabib Hasan bin Abdurrahman Aljufri (Semarang). Alhabib Hasan memulai nasehat beliau dengan mendoakan agar dengan berkumpulnya kita semoga Allaah Swt mententramkan hati kita, pikiran kita dan memudahkan semua urusan kita. Sejak awal hingga akhir acara banyak dikumandangkan sholawat kepada Rasulullaah Muhammad Saw, bersholawat adalah amal yang sangat dianjurkan untuk kita lakukan sebab hanya sholawat yang merupakan ibadah yang pasti diterima Allaah Swt meski kita lakukan dengan sombong. Ini terjadi karena keagungan Rasulullaah Muhammad Saw.
Rasulullaah Muhammad Saw meneladan memaafkan orang lain, merahmati orang lain dan membantu orang lain. Dan ketika kita mencinta Rasulullaah Muhammad Saw maka sudah seharusnya kita mengikuti Rasulullah Saw dengan memaafkan orang lain, merahmati orang lain dan membantu orang lain.
Pernah suatu ketika Rasulullaah Muhammad menyuruh para sahabat untuk berterus-terang apakah Rasulullaah Saw pernah berbuat kesalahan kepada mereka atau tidak, kalau pernah meski kecil, Rasulullaah Saw meminta agar mereka mengatakannya sebelum Rasulullaah Saw wafat. Lihat keagungan dan keredah-dirian beliau, Rasulullaah Saw yang sudah terjaga dari semua kekeliruan pun masih saja demikian tawadlu'nya untuk meminta maaf kepada para sahabat beliau Saw. Ini Rasulullaah Saw lakukan karena berharap rahmat Allaah Swt.
Semua ini ada dan terjadi karena rahmat Allaah Swt, mulai dari akhlaq baik adalah rahmat Allaah Swt dan berbagai kebaikan lainnya juga bagian dari rahmat Allaah Swt. Alhabib Hasan pernah menjelaskan dalam majelis ta'lim beliau bahwa jika rahmat Allaah Swt ditandai dengan 100%, maka rahmat Allaah Swt yang dikaruniakan kepada kita sekarang di sini barulah 1% saja, sedangkan yang 99% akan dikaruniakan di surga nanti. 1% saja sudah begini istimewanya, maka sudah seharusnya kita terus melakukan berbagai kebaikan untuk berharap rahmat Allaah Swt.
Alhabib Hasan berpesan agar kita menjadi makhluq yang merahmati makhluq lainnya dan jangan sampai keliru salah menempatkan rahmat! Tempatkan rahmat pada tempat yang semestinya, misal ketika kita ada teman yang masih punya kebiasaan mabuk jangan sampai kita kita justru membelikan dia khamr dengan alasan merahmati dia, ini adalah rahmat yang keliru tempatnya! Rahmat untuk orang yang masih suka mabuk adalah mengatakan pada dia bahwa mabuk itu adalah buruk karena banyak celakanya daripada manfaatnya, ajak dia melakukan perbuatan baik dengan lembut dan perlahan. Itu rahmat yang benar ditempatkan pada tempatnya.
Alhabib Hasan mengakhiri nasehat beliau dengan berkata bahwa sekarang di tempat ini kita bersholawat pada Rasulullaah Muhammad Saw, semoga besok-besok kita lebih istiqomah lagi dalam bersholawat sebab diantara banyak keistimewaan sholawat adalah sholawat merupakan mahar pernikahan Nabi Adam As dan istri beliau di surga dulu. Semoga ini menjadi bagian dari surga kita semua.
Kurang lebih pukul 22.30 acara berakhir.
Subscribe to:
Posts (Atom)