Oleh: Alhabib Ghozi bin Ahmad Shihab
Syaikh Muhammad Sya'roni berkata bahwa tiupan sangkakala bunyinya bergemuruh tiada tara, menghancurkan semuanya. Sangkakala ditiupkan setelah kiamat terjadi dimana semua makhluq-Nya kemudian dibangkitkan.
Adapaun yang dituju dengan ditiupkannya sangkakala ini adalah telinga kita, kenapa dan ada apa dengan telinga kita? Yaitu agar telinga kita mendengar. Telinga ini sangat indah susunannya, begitu lembut tetapi mampu menangkap suara kemudian membedakan berbagai jenis suara.
Telinga adalah yang pertama kali mengenal kehidupan, bayi begitu terlahir pertama kali bukan melihat tetapi mendengar yang bayi mampu. Dan kita beribadah juga diawali salah satunya dengan mendengar dahulu, mendengar ajaran ulama kemudian mengamalkannya, mendengar adzan kemudian sholat, teman bercerita tentang kebaikan lalu kita dengarkan kemudian kita amalkan dst.
(Alhabib Muhammad bin Abdullaah Al'aydrus berkata dalam kitab beliau bahwa kita mesti menerapkan adab ketika mendengarkan pembicaraan teman bicara kita. Beliau melarang kita menghentikan atau menyangkal ucapan seseorang di hadapan khalayak ramai karena ini perbuatan yang sangat buruk. Jika ucapannya salah dan kesalahannya itu tidak membahayakan orang banyak maka maafkanlah, jangan lalu kita tunjukkan kesalahannya di hadapan orang banyak! Jika kita ingin menegurnya maka tegurlah pada saat kita sedang berdua. Tetapi jika kesalahannya membahayakan khalayak ramai (misal dalam hal tauhid dsb) maka tegurlah dengan cara yang lembut dan baik serta penuh kasih sayang, jangan kasar!).
Begitu pentingnya mendengar sehingga ketika kita dibangkitkan kelak adalah telinga yang pertama dituju yaitu oleh tiupan sangkakala yang pertama kalinya. Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa tiupan sangkakala itu menghancurkan semuanya kecuali para Nabi, para Rasulullaah, para malaikat, orang-orang yang meninggal syahid dsb, mereka diselamatkan 0leh Allaah Swt.
Ulama menjelaskan bahwa antara tiupan sangkakala pertama dan kedua ada jeda waktunya, menurut Abu Hurairah Ra dari Rasulullaah Muhammad Saw bahwa jeda waktu antara dua tiupan sangkakala itu 40, tidak dijelaskan itu 40 apa sebab Abu Hurairah tidak bertanya kepada Rasulullaah Muhammad Saw.
Jika tiupan sangkakala yang pertama adalah telinga yang dituju, maka tiupan sangkakala yang kedua adalah mata yang dituju. Kenapa? Karena setelah setelah mendengar biasanya kita baru percaya setelah melihat buktinya, dijelaskan ini terjadi pada orang-orang yang tidak percaya kepada Allaah Swt sering kali menolak kebenaran jika mereka tidak melihat sendiri, padahal tidak semua kebenaran bisa terlihat dengan mata biasa ini, ada banyak kebenaran yang membutuhkan keimanan untuk kemudian dipercayai. Mereka lalu menolak kebenaran adanya Allaah Swt, maka inilah yang dituju dengan tiupan sangkakala yang kedua yaitu mata agar mereka bisa langsung menyaksikan ke-Maha-Besar-an Allaah Swt yang mampu menghancurkan semua makhluq-Nya tanpa kesulitan sama sekali, mampu memnghancurkan makhluq sejak awal penciptaan hingga akhir penciptaan, mampu membangkitkan semua yang sudah berserakan yang sudah dihancurkan dan kemudian dikumpulkan di suatu tempat dsb sehingga saat itu tidak perlu lagi dalil-dalil sebab semuanya sudah terpampang di depan mata mereka, mata kita, Allaah Swt memperlihatkan semua jawaban atas semua pertanyaan mereka yaitu mereka yang tidak percaya atas ke-Tuhan-an Allaah Swt.
Kemudian, setelah semua makhluq dibangkitkan maka dikumpulkan di padang Mahsyar di yaumul mahsyar. Kata Mahsyar ini diambil dari kata Al Asyhr yang secara bahasa maksudnya adalah suatu kegiatan untuk mengumpulkan yang berserakan sehingga menjadi satu di dalam satu tempat. Jadi yaumul mahsyar adalah hari dimana kita semua dibangkitkan dan dikumpulkan oleh Allaah Swt dalam tempat yang sempit (tidak dijelaskan sempit yang bagaimana yang dimaksudkan) yaitu di padang Mahsyar.
Sebagaimana bumi sekarang dipenuhi oleh cahaya matahari, maka di padang Mahsyar dipenuhi juga oleh cahaya Allaah Swt yang mana setelah itu diserahkan pada kita kitab catatan amal kita selama hidup di dunia sekaligus beserta saksi-saksinya.
No comments:
Post a Comment
Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.