Friday, December 31, 2010
Tuesday, December 28, 2010
Saturday, December 25, 2010
Wednesday, December 22, 2010
Monday, December 20, 2010
Albaqarah : 197 - 198 (2)
Tulisan sebelumnya, silahkan klik di sini.
Sebagaimana dijelaskan di bagian pertama lalu bahwa berdagang saat berhaji itu tidak terlarang, berikut penjelasannya dari ayat 198 surat Albaqarah:
"Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allaah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat".
(Q.S. Albaqarah : 198)
Menurut suatu riwayat, pada zaman Jahiliyyah terkenal pasar-pasar bernama Ukadh, Mijnah dan Dzul-Majaz. Kaum Muslimin merasa berdosa apabila berdagang di musim haji di pasar itu. Mereka bertanya kepada Rasulullaah SAW tentang hal itu. Maka turunlah "Laisa 'alaikum junahun an tabtaghu fadl-lan min rabbikum" (awal ayat surat Albaqarah ayat 198) yang membenarkan mereka berdagang di musim haji.
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Ibnu Abbas).
Sebagaimana dijelaskan di bagian pertama lalu bahwa berdagang saat berhaji itu tidak terlarang, berikut penjelasannya dari ayat 198 surat Albaqarah:
"Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allaah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat".
(Q.S. Albaqarah : 198)
Menurut suatu riwayat, pada zaman Jahiliyyah terkenal pasar-pasar bernama Ukadh, Mijnah dan Dzul-Majaz. Kaum Muslimin merasa berdosa apabila berdagang di musim haji di pasar itu. Mereka bertanya kepada Rasulullaah SAW tentang hal itu. Maka turunlah "Laisa 'alaikum junahun an tabtaghu fadl-lan min rabbikum" (awal ayat surat Albaqarah ayat 198) yang membenarkan mereka berdagang di musim haji.
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Ibnu Abbas).
Sunday, December 19, 2010
Albaqarah : 197 (1)
SEMARANG. Kali ini saya terlambat hadir di majelis Ahad Pagi An-Nur di Jl. Petek No. 55 Semarang, saya sampai ketika habib Hasan bin Abdurrahman Aljufri hampir selesai menyampaikan nasehat beliau. Setidaknya kalimat berikut yang saya pahami dari apa yang beliau sampaikan yaitu kita tidak seharusnya berputus-asa terhadap rahmat Allaah Ta'aala karena orang yang berputus-asa terhadap karunia Allaah Ta'aala itu termasuk ke dalam golongan orang yang celaka.
Kemudian habib Ghozi bin Ahmad Shahab melanjutkan dengan menjelaskan ayat ke 197 dari surat Albaqarah:
"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi [ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah], barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal."
Asbabun nuzul ayat tersebut:
Menurut suatu riwayat, orang-orang Yaman apabila naik haji tidak membawa bekal apa-apa, dengan alasan tawakal kepada Allah. Maka turunlah "watazawwadu fa inna khairo zadi taqwa" sebagian dari (S. 2: 197)
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan lain-lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Kemudian habib Ghozi bin Ahmad Shahab melanjutkan dengan menjelaskan ayat ke 197 dari surat Albaqarah:
"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi [ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah], barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal."
Asbabun nuzul ayat tersebut:
Menurut suatu riwayat, orang-orang Yaman apabila naik haji tidak membawa bekal apa-apa, dengan alasan tawakal kepada Allah. Maka turunlah "watazawwadu fa inna khairo zadi taqwa" sebagian dari (S. 2: 197)
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan lain-lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
Monday, December 13, 2010
Mentaati Allaah Ta'aala
SEMARANG. Ahad pagi 12 Desember 2010 majelis An-Nur di Jl. Petek No. 55 semarang diawali oleh Alhabib Hasan bin Abdurrahman Aljufri dengan mengatakan bahwa kita mengamalkan perintah guru kita berdasarkan keyakinan kita atau yang kita pahami dari keterangan-keterangan guru kita. Ketika kita melakukan segala sesuatu dari yang kita pahami dari apa yang disampaikan guru kita, harus disadari bagaimanakah akibat dari perbuatan kita, apakah bisa menimbulkan fitnah atau tidak. Kadang kala meski kita melakukan yang menurut kita baik, tapi kalau bisa menimbulkan fitnah maka lebih baik kita tidak melakukannya.
Jika kita tetap melakukannya lalu kemudian timbul fitnah, dikhawatirkan ada fitnah buruk terhadap ulama atau para wali yang kita ambil pendapatnya. Kemudian, bisa terjadi anggapan di masyarakat bahwa kalau kita berbuat buruk pada ulama atau wali maka kita bisa kualat. Apakah benar seorang wali akan mencelakakan orang lain? Tidak! Seorang wali tidak akan pernah mencelakakan orang lain, seorang wali tidak mempunyai hawa nafsu untuk berbuat buruk pada orang lain. Ini terjadi karena Allaah Ta'aala mengingatkan mereka yang berbuat buruk pada wali-Nya Allaah Ta'aala.
Jika kita tetap melakukannya lalu kemudian timbul fitnah, dikhawatirkan ada fitnah buruk terhadap ulama atau para wali yang kita ambil pendapatnya. Kemudian, bisa terjadi anggapan di masyarakat bahwa kalau kita berbuat buruk pada ulama atau wali maka kita bisa kualat. Apakah benar seorang wali akan mencelakakan orang lain? Tidak! Seorang wali tidak akan pernah mencelakakan orang lain, seorang wali tidak mempunyai hawa nafsu untuk berbuat buruk pada orang lain. Ini terjadi karena Allaah Ta'aala mengingatkan mereka yang berbuat buruk pada wali-Nya Allaah Ta'aala.
Sunday, December 05, 2010
Memilih Jadi Baik
Seperti biasa tiap ahad pagi, di jalan Petek no. 55 Semarang di rumah keluarga alhabib Zain Aljufri diadakan majelis ta'lim yang diasuh oleh alhabib Hasan bin Abdurrahman bin Zain Aljufri.
Alhabib Hasan memulai dengan berdo'a agar Allaah Ta'aala menjadikan kita sebagai golongan orang-orang yang baik, yang melakukan pebuatan yang baik, sebagai golongan orang-orang yang terpilih melakukan berbagai kebaikan. Menurut beliau, sebenarnya kita dipilih menjadi orang yang mencintai Allaah Ta'aala, mencintai nabi Muhammad Saw, mencintai orang-orang yang mencintai nabi Muhammad Saw, mencintai perbuatan-perbuatan mulia dsb. Tapi Allaah Ta'aala mengembalikan semuanya kepada kita, sebagaimana dikatakan bahwa hidup itu pilihan. Allaah Ta'aala membuka semua perbuatan yang baik dan semua perbuatan yang buruk, mulai dari menuntut ilmu atau membantu orang atau memungut batu yang menganggu di jalan, bekerja, berbagi dan seterusnya sampai berbagai perbuatan buruk. Semua dibuka oleh Allaag Ta'aala. Tinggal kita memilih mau melakukan apa.
Alhabib Hasan memulai dengan berdo'a agar Allaah Ta'aala menjadikan kita sebagai golongan orang-orang yang baik, yang melakukan pebuatan yang baik, sebagai golongan orang-orang yang terpilih melakukan berbagai kebaikan. Menurut beliau, sebenarnya kita dipilih menjadi orang yang mencintai Allaah Ta'aala, mencintai nabi Muhammad Saw, mencintai orang-orang yang mencintai nabi Muhammad Saw, mencintai perbuatan-perbuatan mulia dsb. Tapi Allaah Ta'aala mengembalikan semuanya kepada kita, sebagaimana dikatakan bahwa hidup itu pilihan. Allaah Ta'aala membuka semua perbuatan yang baik dan semua perbuatan yang buruk, mulai dari menuntut ilmu atau membantu orang atau memungut batu yang menganggu di jalan, bekerja, berbagi dan seterusnya sampai berbagai perbuatan buruk. Semua dibuka oleh Allaag Ta'aala. Tinggal kita memilih mau melakukan apa.
Subscribe to:
Posts (Atom)