Sunday, December 19, 2010

Albaqarah : 197 (1)

SEMARANG. Kali ini saya terlambat hadir di majelis Ahad Pagi An-Nur di Jl. Petek No. 55 Semarang, saya sampai ketika habib Hasan bin Abdurrahman Aljufri hampir selesai menyampaikan nasehat beliau. Setidaknya kalimat berikut yang saya pahami dari apa yang beliau sampaikan yaitu kita tidak seharusnya berputus-asa terhadap rahmat Allaah Ta'aala karena orang yang berputus-asa terhadap karunia Allaah Ta'aala itu termasuk ke dalam golongan orang yang celaka.

Kemudian habib Ghozi bin Ahmad Shahab melanjutkan dengan menjelaskan ayat ke 197 dari surat Albaqarah:
"(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi [ialah bulan Syawal, Zulkaidah dan Zulhijjah], barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal."

Asbabun nuzul ayat tersebut:
Menurut suatu riwayat, orang-orang Yaman apabila naik haji tidak membawa bekal apa-apa, dengan alasan tawakal kepada Allah. Maka turunlah "watazawwadu fa inna khairo zadi taqwa" sebagian dari (S. 2: 197)
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan lain-lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

Di ayat tersebut diterangkan beberapa hal yaitu diantaranya bekal untuk berhaji, bekal ini berupa uang atau makanan juga penginapan. Itu bekal dhohir, adapun bekal batin yang utama adalah takwa. Maksud bekal takwa disini ialah bekal yang cukup agar dapat memelihara diri dari perbuatan hina atau minta-minta selama perjalanan haji.

Kemudian habib Ghozi menjelaskan paling tidak 2 hal berikut untuk mencapai haji yang mabrur yaitu:
1. Tidak boleh berkata yang menimbulkan birahi yang tidak senonoh (rafats) atau bersetubuh.
2. Tidak boleh mencaci atau bertengkar.

Bahwa kemudian ada pendapat sebagian orang bahwa tawar menawar harga saat berhaji itu bisa embatalkan hajinya karena dalam tawar menawar harga itu rawan sekali berbantah-bantahan. Para sahabat Ra pernah bertanya kepada Rasulullaah Muhammad Saw apakah boleh berdagang sembari berhaji? Rasulullaah Muhammad Saw bersabda setelah mendapatkan wahyu lewat malaikat Jibril bahwa kita tidak berdosa untuk mengambil untung dari sebagian kita dengan berdagang sembari berhaji, tetapi berhati-hatilah jangan sampai tujuan kita semata-semata hanya berdangan saja, ini yang dilarang. Boleh berdagang tapi tujuan utama tetap ibadah haji.

Diantara rukun haji tertinggi adalah wuquf di padang Arafah, maksudnya jika ditinggalkan maka batal haji kita dan tidak bisa diganti dengan denda. Dikatakan 3x oleh Rasulullaah Sw bahwa "haji itu Arafah" maka ini menunjukkan keutamaan wuquf yang dimulai saat lepas dhuhur dan berakhir maghrib. Waktu selama itu adalah waktu yang mustajab do'a-do'a kita.

(Bersambung)

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.