SEMARANG. Ahad pagi 12 Desember 2010 majelis An-Nur di Jl. Petek No. 55 semarang diawali oleh Alhabib Hasan bin Abdurrahman Aljufri dengan mengatakan bahwa kita mengamalkan perintah guru kita berdasarkan keyakinan kita atau yang kita pahami dari keterangan-keterangan guru kita. Ketika kita melakukan segala sesuatu dari yang kita pahami dari apa yang disampaikan guru kita, harus disadari bagaimanakah akibat dari perbuatan kita, apakah bisa menimbulkan fitnah atau tidak. Kadang kala meski kita melakukan yang menurut kita baik, tapi kalau bisa menimbulkan fitnah maka lebih baik kita tidak melakukannya.
Jika kita tetap melakukannya lalu kemudian timbul fitnah, dikhawatirkan ada fitnah buruk terhadap ulama atau para wali yang kita ambil pendapatnya. Kemudian, bisa terjadi anggapan di masyarakat bahwa kalau kita berbuat buruk pada ulama atau wali maka kita bisa kualat. Apakah benar seorang wali akan mencelakakan orang lain? Tidak! Seorang wali tidak akan pernah mencelakakan orang lain, seorang wali tidak mempunyai hawa nafsu untuk berbuat buruk pada orang lain. Ini terjadi karena Allaah Ta'aala mengingatkan mereka yang berbuat buruk pada wali-Nya Allaah Ta'aala.
Habib Hasan kemudian melanjutkan bahwa kita mesti bersyukur atas semua nikmat yang dikaruniakan kepada kita, sebab jika kita bersyukur maka akan ditambah nikmat oleh Allaah Ta'aala. Apalagi bulan ini adalah bulan Muharram, bulan dimana dulu Rasulullaah Muhammad Saw ber-hijrah dari Makkah ke Madinah.
Sebagaimana diketahui bahwa Rasulullaah Muhammad Saw berdakwah selama 23 tahun yaitu 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah, meski sedikit yang mengikuti Rasulullaah Muhammad Saw tapi beliau Saw tetap berdakwah sehingga kemudian Allaah Ta'aala menunjukkan kebenaran dengan semakin banyaknya orang yang mengikuti Rasulullaah Muhammad Saw. Bahkan sampai saat ini masih bertambah orang yang mengikuti Rasulullaah Muhammad Saw, padahal Rasulullaah Saw sudah wafat tapi kebenaran ajarannya masih kokoh.
Hijrahnya Rasulullaah Muhammad Saw itu pergi meninggalkan berbagai keburukan untuk berpindah kepada kebaikan. Ini bukan berarti apa terjadi tidak pas, apa yang terjadi di Makkah sudah pas sesuai kehendak Allaah Ta'aala, tetapi karena Allaah Ta'aala memerintahkan Rasulullaah Muhammad Saw untuk berhijrah maka Rasulullaah Muhammad Saw pun berhijrah dari Makkah ke Madinah. Di Madinah, ajaran Rasulullaah Saw berkembang pesat lebih berlipat daripada di Makkah.
Kita pun harus begitu, tanamkan di hati kita berbagai kebaikan apa yang akan kita kerjakan di tahun ini, perbaiki niat-niat kita sebab niat ini yang akan memperindah kita. Dikisahkan ada seseorang di jaman dulu ketika di awal tahun dia mencatat berbagai macam niat baik yang akan dia lakukan tahun itu. Lalu tiap hari sebelum dia memulai pekerjaannya, dia membaca catatan tersebut sehingga tertanam erat di hatinya dan dia dimudahkan berbuat baik.
Bulan Muharram adalah salah satu bulan yang istimewa, seperti di dalamnya ada satu hari istimewa yaitu hari Assyura tanggal 10 Muharram. Hari Assyura adalah hari dimana para Nabi dikaruniai berbagai keistimewa oleh Allaah Ta'aala, dan ada pula peristiwa sedih yaitu wafatnya cucu Rasulullaah Muhammad Saw. Oleh sebagian kelompok, hari wafatnya cucu Rasulullaah Muhammad Saw ini diperingati dengan menyakiti diri mereka sendiri karena kekecewaan mereka. Hal ini (menyakiti diri sendiri) tidak boleh dilakukan sebagaimana yang dilakukan kaum Syi'ah. Kita tidak diajarkan menyakiti diri kita sendiri, tidak diajarkan untuk bersedih berlebihan tetapi kita diajarkan untuk berbahagia. Misal, saat maulid...berbahagialah, saat haul...berbahagialah kita yang masih hidup karena masih dikaruniai kesempatan untuk mendoakan mereka yang wafat, masih dikaruniai kesempatan untuk berbuat baik dst. Diajarkan di acara apapun kita untuk berbahagia, orang yang berbahagia yang mengingat Allaah Ta'aala maka ini termasuk orang yang mulia. Saat sedih wajar kalau mengingat Allaah Ta'aala, tetapi kalau disaat bahagia kita mau mengingat Allaah Ta'aala maka kita termasuk orang yang mulia.
Lalu, ada juga kelompok yang mengatakan berbagai perbuatan di hari Assyura termasuk perbuatan bid'ah, habib Hasan mengingatkan agar kita jangan mempersempit pikiran kita, jangan mempersempit yang tidak pada tempatnya, tuntutlah ilmu agar kita menjadi lebih mulia dengan mengetahui yang sebelumnya tidak kita ketahui. Pikiran kita menjadi lebih luas dan hati kita semakin lapang.
Habib Hasan mengakhiri dengan mengingatkan kita agar di hari Assyura kita memperindah ibadah-ibadah kita seperti misalnya suami memberikan nafkah kepada istrinya lebih dari biasanya agar istrinya memasak lebih dari biasanya (kalau orang Jawa menyebutnya "mayoran"), ini sunnah. Hari Assyura itu hari istimewa, khususnya anak yatim maka bahagiakanlah anak-anak yatim pada hari itu sebagaiman yang diperintahkan Rasulullaah Muhammad Saw. Dan ibadah-ibadah yang lainnya.
Kemudian setelah itu, habib Ghozi bin Ahmad Syihab menjelaskan bahwa di Alqur'an Allaah lebih banyak memerintah kita untuk berjihad ke dalam diri kita (mengendalikan hawa nafsu kita) daripada berjihad ke luar diri kita (perang). Sebagaimana dikisahkan bahwa setelah seselai perang, Rasulullaah Muhammad Saw bersabda kepada para sahabatnya bahwa ada jihad yang lebih besar lagi daripada jihad yang sudah mereka lakukan yaitu berjihad melawan hawa nafsu kita.
Habib Ghozi melanjutkan menyampaikan bahwa bulan lalu adalah bulan haji, sebagaimana dijelaskan di Alqur'an bahwa kita harus melakukan ibadah haji dengan perbuatan yang terlihat (yaitu pergi ke sana, umroh, wuquf, thowaf dst) dan lakukan haji dengan perbuatan tidak terlihat (yaitu niat yang ikhlas, syukur, tawakal dst).
Jika kita tetap melakukannya lalu kemudian timbul fitnah, dikhawatirkan ada fitnah buruk terhadap ulama atau para wali yang kita ambil pendapatnya. Kemudian, bisa terjadi anggapan di masyarakat bahwa kalau kita berbuat buruk pada ulama atau wali maka kita bisa kualat. Apakah benar seorang wali akan mencelakakan orang lain? Tidak! Seorang wali tidak akan pernah mencelakakan orang lain, seorang wali tidak mempunyai hawa nafsu untuk berbuat buruk pada orang lain. Ini terjadi karena Allaah Ta'aala mengingatkan mereka yang berbuat buruk pada wali-Nya Allaah Ta'aala.
Habib Hasan kemudian melanjutkan bahwa kita mesti bersyukur atas semua nikmat yang dikaruniakan kepada kita, sebab jika kita bersyukur maka akan ditambah nikmat oleh Allaah Ta'aala. Apalagi bulan ini adalah bulan Muharram, bulan dimana dulu Rasulullaah Muhammad Saw ber-hijrah dari Makkah ke Madinah.
Sebagaimana diketahui bahwa Rasulullaah Muhammad Saw berdakwah selama 23 tahun yaitu 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah, meski sedikit yang mengikuti Rasulullaah Muhammad Saw tapi beliau Saw tetap berdakwah sehingga kemudian Allaah Ta'aala menunjukkan kebenaran dengan semakin banyaknya orang yang mengikuti Rasulullaah Muhammad Saw. Bahkan sampai saat ini masih bertambah orang yang mengikuti Rasulullaah Muhammad Saw, padahal Rasulullaah Saw sudah wafat tapi kebenaran ajarannya masih kokoh.
Hijrahnya Rasulullaah Muhammad Saw itu pergi meninggalkan berbagai keburukan untuk berpindah kepada kebaikan. Ini bukan berarti apa terjadi tidak pas, apa yang terjadi di Makkah sudah pas sesuai kehendak Allaah Ta'aala, tetapi karena Allaah Ta'aala memerintahkan Rasulullaah Muhammad Saw untuk berhijrah maka Rasulullaah Muhammad Saw pun berhijrah dari Makkah ke Madinah. Di Madinah, ajaran Rasulullaah Saw berkembang pesat lebih berlipat daripada di Makkah.
Kita pun harus begitu, tanamkan di hati kita berbagai kebaikan apa yang akan kita kerjakan di tahun ini, perbaiki niat-niat kita sebab niat ini yang akan memperindah kita. Dikisahkan ada seseorang di jaman dulu ketika di awal tahun dia mencatat berbagai macam niat baik yang akan dia lakukan tahun itu. Lalu tiap hari sebelum dia memulai pekerjaannya, dia membaca catatan tersebut sehingga tertanam erat di hatinya dan dia dimudahkan berbuat baik.
Bulan Muharram adalah salah satu bulan yang istimewa, seperti di dalamnya ada satu hari istimewa yaitu hari Assyura tanggal 10 Muharram. Hari Assyura adalah hari dimana para Nabi dikaruniai berbagai keistimewa oleh Allaah Ta'aala, dan ada pula peristiwa sedih yaitu wafatnya cucu Rasulullaah Muhammad Saw. Oleh sebagian kelompok, hari wafatnya cucu Rasulullaah Muhammad Saw ini diperingati dengan menyakiti diri mereka sendiri karena kekecewaan mereka. Hal ini (menyakiti diri sendiri) tidak boleh dilakukan sebagaimana yang dilakukan kaum Syi'ah. Kita tidak diajarkan menyakiti diri kita sendiri, tidak diajarkan untuk bersedih berlebihan tetapi kita diajarkan untuk berbahagia. Misal, saat maulid...berbahagialah, saat haul...berbahagialah kita yang masih hidup karena masih dikaruniai kesempatan untuk mendoakan mereka yang wafat, masih dikaruniai kesempatan untuk berbuat baik dst. Diajarkan di acara apapun kita untuk berbahagia, orang yang berbahagia yang mengingat Allaah Ta'aala maka ini termasuk orang yang mulia. Saat sedih wajar kalau mengingat Allaah Ta'aala, tetapi kalau disaat bahagia kita mau mengingat Allaah Ta'aala maka kita termasuk orang yang mulia.
Lalu, ada juga kelompok yang mengatakan berbagai perbuatan di hari Assyura termasuk perbuatan bid'ah, habib Hasan mengingatkan agar kita jangan mempersempit pikiran kita, jangan mempersempit yang tidak pada tempatnya, tuntutlah ilmu agar kita menjadi lebih mulia dengan mengetahui yang sebelumnya tidak kita ketahui. Pikiran kita menjadi lebih luas dan hati kita semakin lapang.
Habib Hasan mengakhiri dengan mengingatkan kita agar di hari Assyura kita memperindah ibadah-ibadah kita seperti misalnya suami memberikan nafkah kepada istrinya lebih dari biasanya agar istrinya memasak lebih dari biasanya (kalau orang Jawa menyebutnya "mayoran"), ini sunnah. Hari Assyura itu hari istimewa, khususnya anak yatim maka bahagiakanlah anak-anak yatim pada hari itu sebagaiman yang diperintahkan Rasulullaah Muhammad Saw. Dan ibadah-ibadah yang lainnya.
Kemudian setelah itu, habib Ghozi bin Ahmad Syihab menjelaskan bahwa di Alqur'an Allaah lebih banyak memerintah kita untuk berjihad ke dalam diri kita (mengendalikan hawa nafsu kita) daripada berjihad ke luar diri kita (perang). Sebagaimana dikisahkan bahwa setelah seselai perang, Rasulullaah Muhammad Saw bersabda kepada para sahabatnya bahwa ada jihad yang lebih besar lagi daripada jihad yang sudah mereka lakukan yaitu berjihad melawan hawa nafsu kita.
Habib Ghozi melanjutkan menyampaikan bahwa bulan lalu adalah bulan haji, sebagaimana dijelaskan di Alqur'an bahwa kita harus melakukan ibadah haji dengan perbuatan yang terlihat (yaitu pergi ke sana, umroh, wuquf, thowaf dst) dan lakukan haji dengan perbuatan tidak terlihat (yaitu niat yang ikhlas, syukur, tawakal dst).
No comments:
Post a Comment
Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.