Friday, April 10, 2020

Kunci Surga

Oleh: Ustadz Muhtarifin Sholeh.
Di mushola Nurul Huda, perumahan Gemah Permai, Semarang.

Assalamu'alaikum wa rahmatulah wa barakatuh.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Rasulullaah Muhammad Saw bersabda:

يَا أَبَا سَعِيدٍ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ

Artinya:
“Wahai Abu Said, barangsiapa ridlo Allaah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Nabinya, maka ia pasti masuk Surga.“
(HR Muslim)

Rasulullaah Muhammad Saw menjelaskan ada 3 kunci untuk masuk Surga, yaitu:

1. Ridlo (menerima) Allaah Ta'ala sebagai Tuhan.

Ridlo atau menerima Allaah Ta'ala sebagai Rabbun-nya yaitu Tuhan Yang Maha Mencipta, Maha Mengusai dan Maha Mengatur (ini tauhid Rububiyah), ridlo ini maknanya hati rela gembira tiada paksaan mengakui bahwa Allaah Ta'ala sebagai Tuhan kita. Siapa yang rela menerima Allaah Ta'ala sebagai Tuhan dan Allaah Ta'ala pun ridlo padanya maka itulah yang disebur orang yang beriman. Allaah Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an surat ke-98 Al Bayyinah ayat 7 sebagai berikut:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ

Artinya:
"Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluq".

Sebaik-baiknya makhluq adalah orang-orang yang beriman kepada Allaah Ta'ala dan yang mengerjakan berbagai macam kebaikan. Kemudian Allaah Ta'ala berfirman di ayat selanjutnya yaitu ayat ke-8 sebagai berikut:

جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ

Artinya:
"Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah Surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allaah ridlo terhadap mereka dan mereka pun ridlo kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya."

Jika kita rela menerima Allaah Ta'ala sebagai Tuhan maka konsekuensinya adalah kita takut tunduk patuh kepada Allaah Ta'ala, maknanya semua keinginan kita harus disesuaikan dengan keinginan Allaah Ta'ala. Manusia dikaruniai nafsu keinginan atau kehendak untuk mendapatkan sesuatu atau melakukan sesuatu, itu semua harus disesuaikan dengan keinginan Allaah Ta'ala. Tidak boleh kita memperturutkan nafsu kita yang tidak sesuai dengan keinginan Allaah Ta'ala. Jika semua sudah sesuai dengan keinginan Allaah Ta'ala maka ridlo Allaah Ta'ala akan dikaruniaikan kepada kita.

Laa ghoyata illallaah, tidak ada tujuan kecuali Allaah Ta'ala (di dalam tauhid Uluhiyyah), apapun yang kita sedang lakukan dan yang akan kita lakukan maka tujuannya harus Allaah Ta'ala.

2. Ridlo (menerima) Islam sebagai ad Diin.

Ad Diin itu bermakna luas, ad Diin itu sering diterjemahkan dengan kata "agama" (kata "agama" berasal dari bahasa Sansakerta artinya A itu artinya tidak dan GAMA artinya kacau, jadi arti kata "agama" adalah tidak kacau, maksudnya seseorang yang beragama maka kehidupannya tidak kacau, selalu berorientasi pada kebaikan), senada dengan kata "ad Diin" maknanya luas yaitu sebagai cara untuk hidup lebih baik dan sekaligus sebagai cara untuk mempersiapkan mati yang baik (husnul khotimah).

Allaah Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an surat ke-3 Aali 'Imraan ayat 19

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Artinya:
"Sesungguhnya agama di sisi Allaah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allaah, maka sungguh, Allaah sangat cepat perhitungan-Nya."

Islam adalah yang diridloi oleh Allaah Ta'ala, sesuaikan semua keinginan kita dalam kehidupan seperti yang Allaah Ta'ala inginkan dam berusahalah agar kita meninggal dunia dalam keadaan merima Islam, sebagaimana firman Allaah Ta'ala di Al Qur'an surat ke-3 Aali 'Imraan ayat 102 sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allaah sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim."

Lalu, bagaimana keinginan Allaah Ta'ala itu sehingga kita bisa mematuhiNya?

Yaitu dengan kita mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad Saw lewat ulama maka itu berarti kita mengendalikan nafsu kita agar sesuai dengan keinginan Allaah Ta'ala.

Rela menerima Islam sebagai ad Diin maknanya kita harus rela menerima semua aturan Islam, syari'at Islam sehingga bagaimana kita makan mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad Saw, apa yang boleh dimakan, cara tidur, cara mandi, cara berpakaian, cara bekerja, cara bersosialisasi, cara mencari jodoh, cara menikah, cara mendidik anak dan sebagainya harus mengikuti ajaran Rasulullah Muhammad Saw.

Islam ini untuk seluruh alam semesta, Allaah Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an surat ke-3 Aali 'Imraan ayat 83 sebagai berikut:

أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

Artinya
"Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allaah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan?"

Semuanya diciptakan sesuai kehendak Allaah Ta'ala, bergerak atau diam sesuai kehendak Allaah Ta'ala, berproses sesuai kehendak Allaah Ta'ala, sedikit atau banyak juga sesuai dengan kehendak Allaah Ta'ala.

Manusia dikarunia berbagai softwares (nafsu, aqal, qalbu dan lainnya) dan hardwares (tangan, mata, hidung, telinga dan lainnya) dengan jumlah yang pas, dengan fungsi-fungsinya masing-masing, itu semua kehendak Allaah Ta'ala. Manusia harusnya dengan semua kesadaran mengakui itu semua dan rela menerimanya sebagao kehendak Allaah Ta'ala. Tapi ada sebagian manusia tidak mau menerimanya bahkan menolaknya, mereka mengikuti hawa nafsunya saja.

Apa yang dilarang Allaah Ta'ala itu pasti jelek bago manusia, bisa dibuktikan dalam dunia kedokteran atau lainnya, misal khamr. Khamr itu kebaikannya ada tapi keburukannya jauh lebih banyak lagi, oleh sebab itu dilarang. Itu keinginan Allaah Ta'ala, pasti baik bagi manusia. Kalau dilanggar maka manusia akan mendapatkan kerugian, mereka akan menjadi hilang kesadarannya sehingga akan melakukan berbagai perbuatan jelek, bahkan akan menjadikan manusia sakit. Larangan Allaah Ta'ala itu kebaikan bagi manusia, tapi sebagian manusia memperturutkan hawa nafsunya, tidak mematuhi Allaah Ta'ala lewat Rasulullaah Muhammad Saw, nekat mengkonsumsi khamr.

Manusia hendaknya mengendalikan nafsunya, mengendalikan keinginan-keinginannya karena belum tentu semua yang dinginkan itu baik baginya.

Allaah Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an surat ke-3 Aali 'Imraan ayat 84 sebagai berikut:

قُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ

Artinya:
Katakanlah (Muhammad), "Kami beriman kepada Allaah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya'qub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa, dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan hanya kepada-Nya kami berserah diri."

Kendalikan nafsu, kendalikan diri kita, sesuaikan dengan keinginan Allaah Ta'ala, berimanlah kepada Allaah Ta'ala, tunduk patuhlah kepada Allaah Ta'ala dan terimalah Islam sebagai ad Diin (agama) karena selain Islam tidak akan diterimaNya sebagaimana firman Allaah di dalam Al Qur'an surat ke-3 Aali 'Imraan ayat 85 sebagai berikut:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Artinya:
"Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi."

Barang siapa tidak menerima Islam sebagai ad Diin, maka dia akan rugi di dunia dan di akhirat, rugi di dunia karena berbagai keburukan akan didapat sebab tidak mengindahkan syari'at Islam yang padahal itu baik baginya dalam berbagai sudut pandang (minum khamr merusak tubuh, zinah merusak kemanusiaan dan mendatangkan penyakit, tidak sabar itu mendatangkan bencana permusuhan serta dendam juga kerusakan di tubuhnya karena penyakit, dan lain sebagainya). Sudah begitu, di akhirat akan dimasukkan ke kelompok orang-orang yang tidak beriman.

Rela dan terimalah Islam sebagai ad Diin (agama) maka kita akan jadi orang yang beruntung di dunia dan di akhirat. Di dunia sehat afiyat, bahagia dan saling membagiakan, tentram dan saling menentramkan sesama, di akhirat akan dimasukkan ke dalam kelompok orang-orang yang beriman.

Hidup yang sebenarnya adalah hidup yang mengikuti perintah-perintah Allaah Ta'ala lewat Rasulullaah Muhammad Saw lewat ulama.

Allaah Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an surat ke-5 Al Maa'idah ayat 3 sebagai berikut:

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالْأَزْلَامِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya:
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allaah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah) (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridloi Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allaah Maha Pengampun, Maha Penyayang."

Ayat di atas menjelaskan berbagai hal untuk kita ikuti sebagai konsekuensi kita rela menerima Allaah Ta'ala sebagai Tuhan kita dan rela menerima Islam sebagai ad Diin kita. Sesuaiakan nafsu kita dengan aturan-aturan Allaah Ta'ala.

3. Ridlo (menerima) Muhammad bin Abdullaah Saw sebagai Nabi.

Rela menerima Muhammad bin Abdullaah Saw sebagai Nabi dan Rasul itu konsekuensi dari kerelaan menerima Islam sebagai ad Diin (agama) kita, sebab Rasulullaah Muhammad Saw yang mengajarkan kepada kita tentang Allaah Ta'ala dan Islam.

Kemudian setelah kita rela menerima Rasulullaah Muhammad Saw sebagai utusan Allaah Ta'ala, maka konsekuensinya kita harus mengikuti semua ajaran Rasulullaah Muhammad Saw di dalam kehidupan sehari-hari.

Rasulullaah Muhammad Saw menjelaskan kepada kita bagaimana mentaati Allaah Ta'ala, bagaimana kita beraktifitas termasuk dalam rangka mentaati Allaah Ta'ala.

Rasulullaah Muhammad Saw bersabda senada dengan hadits di awal tadi, ssbagai berikut:

ذَاقَ طَعْمَ الإِيْماَنِ مَنْ رَضِيَ بِالله رَبًّا وِبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا رَسُوْلاً

Artinya:
“Telah merasakan manisnya iman, siapa yang ridlo Allaah sebagai Rab-nya, dan Islam sebagai agamanya dan ridlo Muhammad sebagai nabi dan rasul”."
(HR Muslim)

Barang siapa melakukan 3 hal tersebut dengan rela menerimanya maka selain dia termasuk orang yang beriman, dia juga merasakan lezatnya iman. Jika ketaatan dilakukan dengan terpaksa, maka dia tidak akan merasakan nikmatnya iman.

Sungguh karunia yang luar biasa bisa merasakan manisnya atau lezatnya atau manisnya ketaatan kepada Allaah Ta'ala dan Rasulullaah Muhammad Saw.

Kemudian Rasulullaah Muhammad Saw bersabda yang diriwayatkan oleh Dailami bahwa ada 3 perbuatan yang termasuk sangat baik yaitu:

1. Dzikirullaah (mengingat Allaah Ta'ala) dalam segala kondisi.

Allaah Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an surat ke-3 Aali 'Imraan ayat 191 sebagai berikut:

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allaah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari adzab neraka."

Di ayat sebelumnya Allaah Ta'ala berfirman bahwa di penciptaan langit dan bumi beserta kejadian siang dan malam sungguh ada tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Siapa orang-orang yang berakal tersebut? Dijawab di ayat selanjutnya, orang-orang yang berakal yaitu yang mengingat Allaah Ta'ala dalam keadaan apapun juga.

Jadi mengingat Allaah Ta'ala tidak hanya ketika di masjid saja, tapi juga di mana saja, dalam kondisi susah atau senang, dengan siapa saja baik sendirian atau bersama banyak orang.

Jangan menunggu semuanya terlambat baru kita mengingat Allaah Ta'ala.

2. Saling mengingatkan satu dengan lainnya dalam kebaikan.

Allaah Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an surat ke-103 Al 'Asr ayat 3 sebagai berikut:

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Artinya:
"kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."

Di ayat sebelumnya, Allaah Ta'ala berfirman bahwa demi waktu sesungguhnya manusia dalam kerugian kecuali mereka yang beriman yang mengerjakan kebaikan dan saling menasehati dalam kebaikan yang dilakukan dengan sabar. Jadi iman tanpa berbuat baik adalah tidak sempurna karena berbuat baik itu usaha mewujudkan keimanan kita, dan kita jangan sendirian dalam kebaikan tapi ajak orang lain untuk berbuat baik juga.

3. Menyantuni saudara yang memerlukan.

Membantu orang lain itu termasuk perbuatan baik dalam rangka mewujudkan keimanan kita kepada Allaah Ta'ala. Membantu itu disesuaikan dengan kebutuhan yang kita bantu.

Allaah Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an surat ke-2 Al Baqarah ayat 215 sebagai berikut:

يَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ ۖ قُلْ مَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Artinya:
Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infaqkan. Katakanlah, "Harta apa saja yang kamu infaqkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan." Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui."

Tetaplah berbuat baik kepada siapapun juga, khususnya kepada sesama orang Islam. Meski sedang jengkel, jangan hentikan sedekah infaq dan lain sebagainya.

Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu."

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.