Sunday, August 13, 2006

Tanya Jawab : Presisi Arah Hati

PERTANYAAN :

Assalamu'alaikum wr wb

Pak Dodi,
Kalau tidak salah kemarin-kemarin matahari tepat ada di atas Ka'bah, tapi saya kelewatan waktu itu, besok-besok kalau matahari tepat di atas Ka'bah lagi, tolong dikabari ya, pak...trm ksh bnyk.

Pak Dodi berkata,
"Ada yang tidak berusaha mengubahnya, karena mereka tidak mempermasalahkan ketidak-presisian tadi, mereka lebih memilih "presisi"-nya arah hati ketika sholat, yaitu Alloh SWT."

Nah, gimana nih pak tentang 'presisi'-nya arah hati seperti yang bapak sampaikan tersebut? Mohon dijelentrehkan...terima kasih banyak.

Wassalam, Yusa



JAWABAN :

Wa'alaykumussalam Wr.Wb.

Mas,
Kalau nggak salah, nanti dibulan September 16/17, posisi matahari akan ada di atas Ka'bah lagi, tolong cek pada yang ahli Astronomi ya Mas.

Wuaahhh Mas Yusa, pertanyaannya pendek, tapi berat ngejawabnya. Ijinkan saya menjawab yang sedikit saya fahami, semoga Alloh menolong kita bersama.

Presisi Arah Hati

Hati, secara arti bahasa ada beberapa pengertian, namun yang dimaksudkan di sini adalah sesuatu yang ada di dalam tubuh manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian-pengertian (perasaan, dan sebagainya)

Hati yang dimaksudkan ini, adalah mempunyai pengaruh kepada kesehatan jiwa (qalb al Nafs).

Al Qur'an juga menyebutkan hati manusia ini dengan istilah Fu'ad, jamak katanya : Af'idah (QS Ibrohim : 43), juga membahasakan untuk suasana hati ini dengan kata Shadr, jamak katanya : Shudur (QS Alam Nasyroh :1).

Selain itu, juga acap kali mendengar kata Bashiroh, hal ini jika dihubungkan dengan 4 arti, yaitu :
1. Ketajaman Hati,
2. Kecerdasan,
3. Kemantapan dalam Agama, dan
4. Keyakinan hati.

Kata ini (Bashiroh) walaupun mengandung arti penglihatan, dalam literature Arab jarang digunakan untuk indera penglihatan saja, namun biasanya selalu dikaitkan dengan pandangan Hati.

Fungsi utama hati, adalah sebagai alat untuk memahami realitas dan nilai-nilai , hal ini digambarkan Al Qur'an QS Al-Hajj : 46 sebagai berikut :
"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. "

Berangkat dari fungsinya ini, maka hati manusia itulah yang nanti harus dipertanggung-jawabkan oleh manusia kepada Alloh SWT, sebagaimana firmanNYA QS Al-Isro' : 36 artinya :

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan-jawabnya."

Nah, dari sinilah titik pangkalnya, karena nantinya manusia itu akan dimintai pertanggung jawaban oleh Alloh SWT, maka kita harus berusaha selalu agar ARAH HATI kita tidak melenceng dari yang diperintahkan oleh Alloh pada diri kita, manusia ini, yaitu untuk selalu BERIBADAH pada ALLOH SWT, sebagaimana firman-NYA, QS Adz-Dzaariyat ayat 56 :

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah pada-Ku ".

Juga, ketika awal diciptakan, persaksian akan Alloh, sebagai titik pangkal keimanan, sebagaimana firman-NYA QS As Sajdah ayat 9 :

"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur."

Beserta ruh ini, Alloh menyisipkan sang Jiwa (Nafs) yang telah diminta PERSAKSIANnya terlebih dahulu dihadapan ALLOH SWT, sesuai firman-NYA, QS Al A'roof ayat 172 :

"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi'. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: 'Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)'."

Persaksian awal inilah yang mengindikasikan bahwa kita harus terus menerus menjaganya agar tidak melenceng IMAN kita, ARAH HATI kita, yaitu bahwa HANYA ALLOH SWT ini Tuhan kita.

Sholat, secara harafiyyah berarti DO'A, dalam sholat ini memang berisi do'a-do'a kita kepada Alloh SWT. Dalam do'a, kita panjatkan keinginan kita pada Alloh, jadi, bagaimana akan dikabulkan do'a jika ARAH HATI kita tidak PRESISI pada Sang Pencipta, ALLOH SWT ?

Itulah kenapa ada yang berpedoman, presisinya arah hati ini diutamakan, namun tidak bisa dipisahkan dengan arah kiblat secara dhahir, Masjidil Harom.

Bolehkah dikupas tentang Masjidil Harom ini ? Apa iya hanya dhahir saja ?

Firman-NYA pada QS Al Isro' ayat 1 :
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

Dari sini Alloh mengkabarkan bahwa Nabi Muhammad SAW, sang manusia teladan, diperjalankan mulai dari Masjidil Harom, lalu ke Masjidil Aqsho, kemudian naik ke Sidrotil Muntaha, lalu turun lagi ke Masjidil Aqsho, dan kembali ke Masjidil Harom.

Kesimpulannya, Masjidil Harom itu adalah Awal dan Akhir perjalanan manusia, contohnya manusia yang terbaik adalah, Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Firman Alloh QS Tho-Ha ,ayat 55 :
"Dari bumi (tanah) itulah Kami menjadikan kamu dan kepadanya Kami akan mengembalikan kamu dan daripadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain."

Dari ayat ini, Alloh berfirman, bahwa manusia itu diciptakan berasal dari bumi, kalau sudah selesai nanti didunia, akan kembali lagi ke bumi (tanah).

Lalu kita telaah Hadits berikut ini :
"Bersabda Rosululloh SAW : Semua bumi itu adalah MASJID, kecuali kuburan dan WC "
Masjid mengandung pengertian tempat sujud, semua makhluk, tempat sujudnya di bumi.

Dalam firman-NYA QS Al-Baqoroh : ayat 11, disebutkan :
"Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan."

Dari ayat tersebut, Alloh melarang kita untuk membuat kerusakan di BUMI, karena Bumi itu Masjid, nah...karena kita itu dilarang / HAROM untuk merusak MASJID, kalau digandeng bunyinya MASJIDIL HAROM.

Secara dhahir, Masjidil Harom ini ada di kota Makkah, maka Arah Kiblat oleh Alloh disyariatkan ke sana, jika dimaknai yang luas, tidak hanya harafiyyah, maka mengandung pengertian Arah Kiblat Hati kepada ALLOH, agar kita taat dan beribadah selalu kepada Alloh, tidak membuat kerusakan di bumi, dengan mencontoh manusia teladan , Nabi Muhammad SAW.

Hal ini, merupakan atsar dari sholat kita, yaitu Sholat itu mencegah PERBUATAN KEJI dan MUNKAR. Hal ini akan dapat tercapai jika ARAH HATI kita PRESISI ketika berdoa secara umum maupun sholat (berdo'a secara khusus / syariat), yaitu selalu tertuju dan ingat kepada ALLOH SWT.

Demikianlah sekelumit yang mampu saya sampaikan pada saudaraku semua, khususnya pada Mas Yusa yang baik, mohon maaf jika ada kesalahan, semoga Alloh memudahkan kita semua dalam memahami Ayat-ayat-NYA, mengampuni dosa kita, dan menetapkan kita semua di shiroothol mustaqiim-NYA, amiin.

Subhaanakallohuma Wabihamdika Asyhaduanlaailahaillaa anta Astaghfiruka wa'atubuilayka.

Wassalamualaykum warohmatullohi wabarokatuhu,
Dodi Indra.

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.