Monday, November 03, 2008

Antara Kebiasaan dan Ibadah

Majlis Rotib Alhaddad dan Maulid Simthud Durror.
Gemah - Semarang.






Jum'at 31 Oktober 2008 habis isya' lalu pembukaan majlis selapanan pembacaan Rotib Alhaddad dan Maulid Simthud Durror di rumah ustadz Muhammad Khumaidi, dihadiri oleh habaib dan ustadz serta masyarakat sekitar.

Seperti biasa, ceramah disampaikan oleh KH. Ahmad Baidlowi (pimpinan Ponpes Salafiyah Almunawir - Gemah) setelah maulid. Kali ini beliau menyampaikan tentang niat.

Niat itu, menurut beliau, adalah untuk membedakan antara kebiasaan dan ibadah. Semua kegiatan akan bernilai ibadah jika kita niatkan untuk mentaati Allah Swt lewat Nabi Muhammad Saw. Kalau tanpa niat untuk taat pada Allah Swt lewat Nabi Saw, maka semua kegiatan kita hanya merupakan kebiasaan semata.

Makan adalah kebiasaan kita, tapi kalau kita berniat taat pada Allah Swt dengan meniru cara makan Nabi Saw atau kita makan agar kita punya tenaga untuk ibadah-ibadah berikutnya maka makan kita bernilai ibadah.

Bekerja merupakan kebiasaan, tapi kalau kita berniat setelah mendapatkan uang maka uang itu akan kita gunakan untuk anak istri keluarga kita, shodaqoh, membantu orang lain, bekal ibadah-ibadah lainnya misal beli pakaian yang menutup aurot, biaya pergi haji, beli bensin agar kita bisa memakai kendaraan kita untuk bekerja atau hadir di majlis-majlis kebaikkan, beli sapu untuk membersihkan lantai agar bersih dari kotoran dan najis dsb, maka bekerja-nya kita bernilai ibadah.

Begitu juga dengan kegiatan-kegiatan kita yang lainnya, asalkan diniati untuk mentaati Allah Swt lewat Nabi Saw lewat salafush soleh lewat guru-guru kita, maka kegiatan-kegiatan kita yang semula merupakan kebiasaan saja akan bertambah nilainya menjadi ibadah.

Adapun niat itu boleh dikeraskan lewat lesan, boleh dalam hati saja. Keduanya dilakukan sekaligus pun juga baik.

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.