Oleh : Alhabib Alwiy bin Abdullah Alhasni
(Disampaikan dalam majlis rotib Alhaddad dan maulid Simthud Durror di Mushola Attaqwa - Sendang Guwo, Semarang tanggal 23 November 2008)
Perhatikan orang-orang yang mengikuti majlis pembacaan maulid, ada yang menangis di awal acara, ada yang menangis ketika sampai di tengah acara, ada yang menangis di akhir acara dan bahkan ada yang tidak menangis sama sekali!
Kenapa? Bukankah tidak ada diantara mereka yang mengalami hidup sejaman dengan Rosulullah Muhammad Saw? Kenapa mereka menangis?
Karena hati mereka sudah tersambung kepada Rosulullah Muhammad Saw, hati mereka hadir menyeluruh ketika berada di majlis. Ketika hati sudah hadir maka mereka akan mendapatkan diri mereka dekat dengan yang mereka cintai, kalau yang mereka cintai adalah Rosulullah Muhammad Saw maka mereka hadir bersama Rosulullah Muhammad Saw. Dalam kehadiran itu mereka akan merasakan suasana yang menakjubkan sehingga membuat mereka meneteskan air mata karena mengingat bahwa betapa agungnya akhlaq Nabi Muhammad Saw. Mereka menangis karena betapa mereka merasakan bahwa mereka kerap kali lupa mendekatkan diri kepada Allah Swt, mereka ingat pada Allah Swt sewaktu masih berada di dalam majlis saja, begitu keluar dari majlis mereka segera lupa.
Ada pula yang tidak menangis, kenapa? Bisa jadi karena hatinya tidak hadir penuh. Hati tidak hadir sering kali disebabkan kurang dipersiapkan di awal atau terlalu banyak tertawa. Tertawa boleh tapi terlalu banyak adalah kurang baik. Tapi bukan berarti kita harus menangis tiap kali ada di dalam majlis maulid, bukan! Menangis atau tidak itu menyesuaikan suasana. Terkadang justru ada yang merasa sangat bahagia dan gembira berada dalam majlis maulid, bahagia mengingat Rosulullah Muhammad Saw, bahagia berada di majlis yang di dalamnya ada usaha mengingat Allah Swt dan Rosulullah Muhammad Saw, bahagia berada diantara orang-orang yang senang hal-hal yang baik.
Dikatakan oleh Alhabib Ali bin Muhammad Alhabsyi dalam kitab Simthud Durror bahwa Allah Swt berkenan melipat-gandakan manfaatnya bagi si pembaca ataupun bagi pendengarnya, sehingga keduanya akan memasuki pintu syafa'at.
Lakukan apa yang kita bisa lakukan, bagi yang bisa membaca ya bacalah dengan sepenuh hati, bagi yang bisa mendengarkan saja ya dengarkanlah dengan baik agar tertanam dalam hati. Allah Swt tidak memandang banyaknya tapi kualitasnya. Banyak tapi berkualitas adalah jauh lebih baik.
No comments:
Post a Comment
Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.