Thursday, January 09, 2020

Sungkan Paraning Dumadi


Oleh: KH. Ahmad Muslih Mardi
Sumber: Studio Tresna Asih

Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Ada sebuah pertanyaan sepeti ini:
"Untuk apa hidup ini? Apa hanya untuk menjalani hari demi hari sampai ajal kematian menjemput?".

Tentu saja tidak, manusia harus paham "sangkan paraning dumadi", harus paham kita itu berasal dari mana dan siapa yang menciptakan kita. Juga harus paham apa tugas kewajiban kita hidup di dunia, serta ke mana kita setelah kematian kelak, ini berarti kita harus mempertanggungjawabkan semua yang kita lakukan selama hidup di dunia.

Kemudian, ada lagi pertanyaan siapa yang menciptakan kita dari yang sebelumnya kita tidak ada, kemudian setelah ada kita akan tidak ada lagi?

Ada yang menjawab "Oh itu proses alami saja, sperma lelaki bertemu dengan ovum perempuan, lalu berproses di rahim perempuan selama waktu yang ditentukan, setelah itu lahir menjadi wujud bayi.".

Ada juga yang menjawab sepeti ini, " Oh itu hukum alam, hukum kelahiran dan kematian.".

Benar jawaban-jawaban itu, tapi siapa yang menciptakan? Siapa yang menghendaki semua ini terjadi? Tentu saja bukan manusia, bukan pula makhkuq lain semisal gunung atau bumi atau air atau api dan seterusnya, tentu bukan, tapi Sang Pencipta alam semesta yang membuat langit dan bumi beserta seluruh isinya.

Sang Pencipta ini tidak lelaki dan tidak perempuan, tidak tidak punya ayah dan tidak punya ibu, tidak punya anak dan seterusnya selayaknya makhkuq.

Di Al Qur'an surat Ṭhāhā : 14 dijelaskan:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

Artinya:
Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah salat untuk mengingat Aku.
Sang Pencipta mengenalkan namaNya adalah Allah, maka Allah Ta'ala lah yang menciptakan langit dan bumi beserta seluruh isinya. Tidak ada Tuhan kecuali Allah Ta'ala, maka jangan menjadikan yang selain Allah Ta'ala sebagai Tuhan.

Kemudian di Al Qur'an surat Al-Anbiyā : 33 dijelaskan:

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Artinya:
Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.

Semua diciptakan Allah Ta'ala dengan sangat sempurna, tidak ada kekurangan, semua beredar di garis edarnya masing-masing, tidak saling kacau mengacaukan, demikian juga dengan jalan hidup manusia, semua sudah diatur oleh Allah Ta'ala.

Kemudian di Al Qur'an surat Yāsin : 40 sebagai berikut:

لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

Artinya:
Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.

Jelaslah bahwa Allah Ta'ala yang mengatur semuanya, tidak ada yang mampu mendahului jika Allah Ta'ala menghendakinya lambat, sebaliknya pun demikian, tidak ada yang mampu melambatkan jika Allah Ta'ala menghendaki cepat. Semua sudah ada di jalurnya masing-masing, termasuk planet dan bintang, tidak ada yang terlewatkan dari pengaturan Allah Ta'ala.

Diantara semua makhkuq, manusia diperintahkan menjadi khalifah di bumi, menjaga merawat memakmurkan bumi, sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah : 30 sebagai berikut:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.". Mereka (malaikat) berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?". Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.".

Sebelum manusia, sudah ada makhkuq Allah Ta'ala yang hidup di bumi yaitu bangsa jin. Bangsa jin ini dulu saling tidak akur satu dengan lainnya, saling menjatuhkan, saling menyakiti, saling merusak dan seterusnya sehingga kemudian mereka disingkirkan oleh Allah Ta'ala dan digantikan oleh bangsa manusia.

Sebagai khalifah di bumi, manusia harus mentaati semua perintah Allah Ta'ala, menjauhi larangan-laranganNya, karena hanya dengan taat pada Allah Ta'ala maka manusia akan dimampukan menjaga merawat memakmurkan bumi, serta akan dikaruniai kemudahan dan barokah.

Menjadi khalifah di bumi itu sama saja manusia dikaruniai kekuasaan di bumi, dikaruniai wewenang di bumi untuk mengatur semua makhkuq di bumi, maka hewan-hewan ditundukkan kepada manusia oleh Allah Ta'ala, pepohonan juga dan banyak lagi.

Akan tetapi jika manusia kemudian malah bertindak sewenang-wenang di bumi, merusak bumi, maka Allah Ta'ala tidak akan ridlo pada manusia yang demikian itu. Rahmat Allah Ta'ala akan jauh dari manusia yang seperti itu, dijauhkan dari ketentraman, kebahagiaan dan barokah.

Ketentraman kebahagiaan kebarokahan itu didapat dari taat pada Allah Ta'ala. Maka ingatlah manusia bahwa dulu di Alam ruh, kita semua sudah diambil janji kita oleh Allah Ta'ala sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur'an surat Al A'rof: 172 sebagai berikut:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ

Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".

Kita sudah berjanji bahwa Allah Ta'ala adalah Tuhan kita yang seharusnya dipatuhi, lalu kenapa kita tidak mematuhi Allah Ta'ala dengan melakukan maksiat? Dengan merusak alam... Dengan menyakiti makhluq lain tanpa alasan yang dibenarkan... Manusia yang melakukan ini akan mendapatkan siksa yang pedih, baik di dunia ataupun di akhirat.

Bukti kita beriman kepada Allah Ta'ala adalah kita mencintai sesama makhkuq, apalagi kepada sesama manusia tentu harus rukun saling tolong menolong.

Untuk itulah Allah Ta'ala menurunkan para Rasul dan Nabi serta kitab-kitab suci, mereka membimbing kita untuk menjadi khalifah di bumi yang baik dan benar.

Perlu diketahui Allah Ta'ala mengkaruiai hal-hal sebagai berikut:

1. Naluri.

Misal bayi, bayi secara naluri kalo lapar bisa menemukan tempat di mana bayi bisa makan (ASI), kalau lapar akan nangis, kalau perut penuh lalu harus ada yang dibuang maka naluri bayi akan buang air kecil atau besar. Itu naluri yang dikaruniakan pada manusia sejak lahir. Manusia dewasa juga dikaruniai naluri. Kalau tidak makan, perut akan lapar, kalau makan banyak, perut kenyang. Kalau kurang tidur, ngantuk. Kalau sakit, menjerit. Kalau bahagia, wajah ceria dan seterusnya.

2. Panca indra.

Panca indra itu selayaknya dipakai untuk hal-hal yang benar, jangan dipakai untuk melakukan keburukan. Gunakan panca indra untuk belajar, mempelajari apa hikmah dari semua kejadian di alam ini, gunakan untuk menjadikan diri kita dan sekitar kita menjadi lebih baik lagi.

3. Akal.

Akal ini suatu perangkat untuk membedakan mana yang baik dan yang jelek, bukan untuk mengakali orang lain, mestinya hak orang lain eh malah diakali sehingga direbut paksa. Jangan merasa paling berhak, jangan merasa paling benar, jangan merasa orang lain paling salah.

Oleh sebab itu, para Rasul dan Nabi mengajarkan bagaimana mengolah mengendalikan memperbaiki tiga hal tersebut, ikutilah ajaran Rasul terakhir yaitu Rasulullah Muhammad Saw supaya kita dikaruniai berbagai kemudahan dalam hidup dan kelak di akhirat, sehingga kita menjadi paham untuk apa kita diciptakan oleh Allah Ta'ala dan apa tugas kita.

Semoga Allah Ta'ala mengkaruiai kita tambah iman, islam serta tambah ilmu amal kita, diampuni dosa-dosa kita, dan diakhirkan dengan akhir yang baik.

Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.