Saturday, January 04, 2020

MUSIBAH



Oleh: Ustadz Muhtar
Di mushola Nurul Huda, Gemah Permai, Semarang.

Musibah itu secara kemanusiaan memang terjadi karena salah manusia, tidak menjaga maka terjadi kerusakan. DI sisi lain, al Qur'an dijelaskan, musibah itu terjadi karena manusia banyak bermaksiat.

Surat Yāsin : 19

قَالُوا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ ۚ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ ۚ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ

Artinya:
Mereka (utusan-utusan) itu berkata, "Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah karena kamu diberi peringatan? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas."

Juga sesama manusia jarang saling peduli satu dengan lainnya, jenjang sosial terlalu tinggi. Yang kaya tidak memperhatikan yang miskin, yang bahagia tidak memperhatikan yanh susah, dst.

Di Al Qur'an surat Al-Qaṣaṣ : 59

وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَىٰ حَتَّىٰ يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا ۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَىٰ إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ

Artinya:
Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan (penduduk) negeri; kecuali penduduknya melakukan kezaliman.

Larangan Allah Ta'ala dilakukan, dilarang syirik malah menyembah selain Allah Ta'ala, dilarang judi malah judi, dilarang minum khamr malah hobi minum khamr dsb. Ini perbuatan maksiat, justru ini mencelakakan manusia sendiri.

Tetapi ada juga manusia bertaqwa, ketika melakukan sesuatu mereka kurang atau tidak hati-hati maka mereka celaka, itu juga musibah tapi bukan karena mereka bermaksiat, karena kurang atau tidak hati-hati.

Manusia harusnya menjaga bumi, memperhatikan kondisi bumi yang ditempatinya, ketika manusia acuh terhadap kondisi bumi maka rawan terjadi banjir, longsor dsb. Selain itu harus memperhatikan kondisi sesama manusia, jangan demi ego pribadi maka menghalalkan segala cara sehingga orang lain celaka.

Semua juga kembali ke manusia, mulai dari pemimpinnya hingga rakyatnya. Perbanyak instropeksi diri, banyak taubat dan lakukan perbuatan baik.

Al Qur'an surat Al-Isrā : 16 menjelaskan:

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

Artinya:
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu).

Perbanyak istighfar dan setelah bertaubat.

Juga di dalam Al Qur'an surat Al-Anfāl : 46

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Artinya:
Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar.

Selain itu, bisa jadi karena jarang orang mau berdakwah, menyampaikan kebenaran, banyak orang baik tapi tidak mau berdakwah. Justru malah banyak berselisih dengan sesamanya. Saling tuduh, saling menjelekkan dst.

Al Qur'an surat Hūd : 16

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya:
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.

Sia-sia itu berarti tidak memperhatikan kondisi, baik itu kondisi dirinya atau kondisi sekitarnya. Misal sedang sakit sesuatu, maka hindari pantangannya, jangan nekad mengkonsumsi pantangannya demi kenikmatan sesaat. Ini sia-sia, karena rawan merasakan sakit. Ini tidak memperhatikan kondisinya sendiri.

Jangan lakukan hal yang sia-sia, lakukan hal yang bermanfaat. Selain itu menyia nyiakan waktu, terbuang percuma, juga tidak ada manfaatnya, rawan berimbas kejelekan.

Rasulullah Saw bersabda jika orang Islam terkena musibah, itu sebagai penghapus dosa-dosanya, hadapi dengan sabar dan usaha. Semua hakikatnya milik Allah Ta'ala, berdoa kepada Allah Ta'ala.



Tanya:
Tentang harta, bagaimana kelak bentuk pertanggungjawabannya?

Jawab:
Kelak akan ditanya setidaknya tiga hal yaitu:
1. Dari mana kita mendapatkannya.
2. Cara seperti apa kita memperolehnya.
3. Untuk apa harta itu kita gunakan.
Usahakan semaksimal mungkin kita mendapatkannya dengan cara baik dan halal, tidak mengganggu orang lain, kemudian pakai cara yanh baik dalam memperolehnya. Harta halal tapi cara pendapatnya bisa jadi tidak baik sehingga menyakiti orang lain, tidak boleh. Kemudian pakai untuk kebaikan, untuk mendekatkan diri pada Allah Ta'ala.


Tanya:
Bagaimana menyikapi banjir?

Jawab:
Sebenarnya yang jadi masalah itu bukan masalahnya itu sendiri tapi bagaimana menyikapi masalah tersebut. Banjir tidak masalah, yang jadi masalah adalah bagaimana kita menyikapi banjir tersebut. Apakah dengan emosional, apakah dengan sabar dan menerima lalu berusaha memperbaiki diri dan lingkungan ataukah bagaimana? Tentu istighfar lebih baik, kemudian memperbaiki kesalahan dengan tidak saling menyalahkan.


Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

“Subhaana kallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”

Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu.

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.