Tuesday, January 14, 2020

Iman dan Cabangnya



Oleh: Ustadz Muhtarifin Sholeh.
Di mushola Nurul Huda, perumahan Gemah Permai, kelurahan Sendang Guwo, kodya Semarang.


Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Di kajian hadits lalu disampaikan hadits dari kitab Riyadh al-Shalihin dijelaskan hadits sebagai berikut:

عَنْ أبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قََالَ :

إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى مُسْتَخْلِفِكُم فِيهَا، فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ، فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءِ .

رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya:
Dari Abu Said ra, Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya dunia adalah manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagai khalifah di bumi. Maka Allah akan melihat apa yang kalian perbuat. Maka Jaga diri dari dunia, dan jaga diri dari wanita."
(HR Muslim).

Jadi di sini Rasulullah Muhammad Saw menjelaskan bahwa memang dunia ini menyenangkan sekali, indah sekali, menarik sekali, tapi manusia yang dijadikan khalifah (wakil Allah di bumi) di sini tidak boleh seenaknya saja, khalifah itu bertugas mengatur bumi jadi lebih baik, memakmurkan dan seterusnya. Jadi waspadalah kepada fitnah dunia dan wanita (bagi lelaki), jagalah diri kita, karena Allah Ta'ala Maha Melihat, Maha Mendengar serta Maha Mengetahui semua yang manusia kerjakan.

Wanita memang punya derajat tinggi, disebutkan oleh ulama sebagai berikut:

الْمَرْأَةُ عِمَادُ الْبِلاَدِ إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَتِ الْبِلاَدُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَتِ الْبِلاَدُ

Artinya:
Wanita adalah tiang Negara, apabila wanita itu baik maka akan baiklah nega­ra, dan apabila wanita itu rusak, maka akan rusak pula negara.

Kemudian disebutkan oleh ulama juga bahwa "syurga itu bahwa telapak kaki ibu". Jadi perlakukan wanita dengan baik sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.

Itu sekilas dari kajian hadits lalu, sekarang kita bahas hadits berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ، أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ : لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu termasuk bagian dari iman.

Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhâri, no. 9 dan dalam al-Adabul Mufrad, no. 598; Muslim, 35 [58], dan lafazh hadits di atas adalah lafazh riwayat imam Muslim; Ahmad, II/414, 445; Abu Dawud, no. 4676; At-Tirmidzi, no. 2614; An-Nasâ-I, VIII/110; Ibnu Mâjah, no. 57; Ibnu Hibban, no. 166, 181, 191-at-Ta’lîqâtul Hisân ‘ala Shahîh Ibni Hibbân).

Rasulullah Saw bersabda bahwa cabang atau jenis iman itu ada banyak, disebutkan iman yang tertinggi adalah mengucapkan kalimat *laa ilaaha illallaah* (tiada Tuhan selain Allah Ta'ala).

Ucapan itu adalah gambaran isi hati dan pikiran kita sebenarnya, idealnya apa yang kita ucapkan itu sama dengan pikiran kita dan sama dengan isi hati kita. Jadi di saat lesan mengucapkan kalimat *laa ilaaha illallaah* maka hari dan pikirannya juga mengakui bahwa memang tidak ada Tuhan selain Allah Ta'ala, tidak terbersit sedikitpun mengakui menganggap selainNya sebagai Tuhan.

Dari ucapan, bisa dilihat apa yang dipikirkannya dan apa yang terlintas di hatinya.

Laa illaaha illallaah...tidak ada Tuhan kecuali Allah Ta'ala, konsekuensinya sebagai berikut:
1. Tidak ada yang disembah kecuali Allah Ta'ala.
2. Tidak ada yang dituju kecuali Allah Ta'ala.
3. Tidak ada yang dicintai kecuali Allah Ta'ala.
4. Tidak ada penguasa kecuali Allah Ta'ala.
5. Tidak ada yang memberi rejeki kecuali Allah Ta'ala.
6. Tidak ada hakim kecuali Allah Ta'ala.
7. Tidak ada pelindung kecuali Allah Ta'ala.
Dan seterusnya...

Kalimat *laa ilaaha illallaah* adalah cabang iman tertinggi, yang dengan itu akan menjadikan semua jenis gerak dan diam manusia jadi lebih baik yang mana dilakukan karena Allah Ta'ala saja termasuk menyingkirkan gangguan di jalan dan juga timbulnya rasa malu.

Iman pada Allah Ta'ala itu perrwujudannya adalah memperlakukan semua makhluq dengan baik, tidak ingin semua makhluq celaka maka kalau ada turun di jalan disingkirkan biar tidak ada makhkuq yang celaka karenanya. Kemudian diwujudkan dengan mencintai sesama makhluq, membantunya, tidak menyusahkannya, tidak menyakitinya.

Seperti sabda Rasulullah saw, "Khoirunnas anfa'uhum linnas", sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Itu perwujudan dan iman. Jadi kalau mengaku beriman tapi perilakunya buruk, maka perlu dipertanyakan keimanannya.

Memperlakukan makhluq lain dengan baik ini mestinya diajarkan orang tua sejak dini kepada anak-anaknya, menyuruh anak menyingkirkan duri atau batu di tengah jalan, kalau ada lubang di jalan yang rawan mencelakakan maka minta anak untuk menutupnya dan seterusnya, ini supaya anak terbiasa peduli simpati empati pada sesamanya, karena ini adalah bukti keimanan kita.

Cabang iman itu maksudnya adalah perwujudan dari iman itu sendiri.

Tentang malu adalah termasuk dari iman, itu maksudnya malu kepada Allah Ta'ala yang sudah, yang sedang dan yang akan memberikan rejeki dan lain sebagainya kepada kita, sementara kita sering tidak melakukan perintah-perintahNya, bahkan sering melakukan larangan-laranganNya. Di Al Qur'an surat Al Kautsar dijelaskan sebagai berikut:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ . فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ . إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

Artinya:
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

Tidak bisa kita hitung berapa banyak nikmat yang Allah Ta'ala karuniakan pada kita sejak dulu sampai sekarang. Misal oksigen saja, satu tabung oksigen itu mahal, bagi penderita sakit jantung tentu butuh oksigen pada saat-saat darurat, baginya sangat butuh oksigen, berapapun dibayar. Bagi kita yang sehat, seharusnya bersyukur pada Allah Ta'ala atas karuniaNya berupa oksigen ini. Kalau tidak bisa bersyukur maka ini yang disebut tidak punya rasa malu pada Allah Ta'ala.

Tanda syukur kita pada Allah Ta'ala adalah dengan melakukan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.

Di Al Qur'an surat Al-Ḥadid : 5 dijelaskan sebagai berikut:

لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ

Artinya:
Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan.

Rasa syukur ini merupakan usaha manusia untuk mengembalikan semua urusan kepada Allah Ta'ala.

Rejeki berupa sehat dari Allah Ta'ala, maka dikembalikan pada Allah Ta'ala dengan memanfaatkan kondisi sehat kita untuk melakukan hal-hal baik. Rejeki berupa mobil, Allah Ta'ala yang mengkaruniakan pada kita, maka kembalikan pada Allah Ta'ala dengan menggunakannya di jalan kebaikan. Begitu seterusnya.

Sungguh malu kita kalau tidak melakukan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya, padahal kita sudah / sedang / akan dikaruniai banyak nikmat.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Saw bersabda sebagai berikut:


مَا مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ تُرْجُمَانٌ فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ مِنْ عَمَلِهِ وَيَنْظُرُ أَشْأَمَ مِنْهُ فَلَا يَرَى إِلَّا مَا قَدَّمَ وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ

Artinya:
Tidak ada seorangpun dari kalian kecuali akan diajak bicara Rabb-nya tanpa ada penterjemah antara dia dengan Rabb-nya. Lalu ia melihat ke sebelah kanan, hanya melihat amalan yang pernah dilakukannya; dan ia melihat ke kiri, hanya melihat amalan yang pernah dilakukannya. Lalu melihat ke depan, kemudian hanya melihat neraka ada di hadapannya.

Kelak kita akan dihisab, hisab itu perhitungan kebaikan dan keburukan kita dengan sangat detail, barang siapa dihisab tidak akan terlewatkan sedikitpun kebaikan yang pernah dilakukan dan tidak akan terlewatkan sedikitpun keburukan yang pernah dilakukan, maka perbanyak perbuatan baik meski berbicara yang baik kepada siapapun atau sedekah semampu kita meski hanya separuh kurma sabda Rasulullah saw.

Jadi hikmahnya adalah hindari murkaNya meski kita mampunya melakukan sedikit kebaikan saja, lakukan kebaikan semampu kita. Dan jangan juga kita melakukan keburukan sekecil apapun juga, karena seberapa pun kita bermaksiat maka segitu kita menjauhi Allah Ta'ala.

Di Al Qur'an surat Az-Zalzalah : 7 dijelaskan sebagai berikut:

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

Artinya:
Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

Dan ayat selanjutnya di surat Az-Zalzalah : 8 ssbagai berikut:

وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Artinya:
Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

Semua akan dibalas oleh Allah Ta'ala. Jaga diri kita baik-baik, seperti Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ

Artinya:
“Jagalah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan bersedekah sepotong kurma”.

(Hadits Shahih, Riwayat Bukhari dan Muslim. Lihat Shahiihul jaami’ no. 114).

Semoga kita semua dimampukan memperbanyak kebaikan, menyedikitkan keburukan, taubat dan memperbaiki diri.

اللهم إنا نسئلك رضاك والجنة
ونعوذبك من سخطك والنار

Allahumma inna nas aluka ridhoka wal Jannah
wa na’uzubika min sakhathika wannar

Artinya:
Ya Allah, kami memohon dari-Mu keredhaan-Mu dan Syurga. dan kami berlindung dengan-Mu dari kemurkaan-Mu dan api neraka.

Kemudian ada hadits lagi tentang banyak bertanya jika memang tidak paham akan suatu ilmu, itu adalah suatu perintah. Namun jika sampai banyak bertanya dalam hal yang tidak manfaat, maka itu malah celaan, apalagi hanya sekedar bertanya dan tidak ada niat melakukannya.

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

دَعُونِى مَا تَرَكْتُكُمْ ، إِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِسُؤَالِهِمْ وَاخْتِلاَفِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ ، فَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَىْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ ، وَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Artinya:
“Biarkanlah apa yang aku tinggalkan bagi kalian. Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah binasa karena banyak bertanya dan menyelisihi nabi mereka. Jika aku melarang dari sesuatu, maka jauhilah. Dan jika aku memerintahkan pada sesuatu, maka lakukanlah semampu kalian.”.
(HR. Bukhari no. 7288 dan Muslim no. 1337).

Lakukan semampu kita sambil sedikit demi sedikit ditambah ilmu dan amal kita, dengan ketekunan dan rutin in sya Allah ini sangat baik.

Di Al Qur'an surat Al Maidah : 101 dijelaskan sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَسْأَلُوا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَإِنْ تَسْأَلُوا عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللَّهُ عَنْهَا ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.

Hindari semua perbuatan yang sia-sia, termasuk bertanya akan hal yang dia tidak akan kerjakan, karena justru itu akan memberatkannya, bukankah jika kita paham suatu ilmu maka dituntut untuk mengamalkannya?! Jika pertanyaan dijawab, maka yang bertanya dituntut untuk mengamalkannya.


Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

“Subhaana kallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”

Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu.

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.