Sunday, January 05, 2020

Waspada Terhadap Ramalan Tahun Baru




Oleh : Ustadz Muhtar
Di masjid Al Mabrur, Kedungmundu, Semarang.


Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Bismillah. Diantara nama Allah Ta'ala adalah Yang Maha Mengetahui (Ya 'Alim), yang Maha Mengetahui yang nyata dan yang ghaib. Allah Ta'ala Maha Menyelamatkan, selamat dari keburukan, selamat dari bencana, selamat dari musibah dst. Allah Ta'ala Maha Pemberi rejeki, yaitu semua yang dikaruniakan pada kita.

Di salah satu hadits riwayat Imam Muslim dijelaskan bahwa Allah Ta'ala sudah mencatat kisah manusia sejak jauh masa sebelumnya, 5.000an tahun sebelum masa penciptaan langit dan bumi. Jauh sebelum manusia diciptakan, sudah ditulis qadla dan qadr manusia, tidak ada yang terlewatkan sama sekali.

Di hadits lain dijelaskan bahwa yang Allah Ta'ala ciptakan sebelum langit dan bumi adalah qalam (pena, ini jangan dibayangkan pena seperti yang biasa kita lihat di toko , beda), kemudian Allah Ta'ala memerintahkan qalam itu untuk menulis, qalam bertanya apa yang harus dia tulis? Allah Ta'ala menjawab agar qalam menuliskan qadlo qadr semua makhluq dari awal sampai akhir.

Jadi jalan hidup manusia sudah ditulis, sudah ditetapkan, jauh masa sebelum langit dan bumi atau alam semesta diciptakan. Tidak hanya manusia, jalan hidup makhkuq-makhkuq lain pun ditulis. Sama sekali tidak ada yang terlewatkan.

Manusia tidak dikaruniai kemampuan untuk tahu persis apa yang ditulis oleh qalam tersebut, kita tidak tahu pasti apa yang akan terjadi pada kita, tidak tahu persis apa yang akan terjadi di sekitar kita. Kita tahu qadla qadr Nya Allah Ta'ala ketika sudah terjadi, "Oh ternyata harus begini" atau "Oh ternyata harus lewat sana dulu baru sampai di sini", kita tahunya setelah terjadi.

Apa yang sudah terjadi pada kita, itulah yang ditulis oleh qalam atas perintah Allah Ta'ala dahulu.

Kalau dihubungkan dengan waktu, waktu itu adalah hasil dari perputaran planet-planet dan bintang-bintang, ada waktu fajar, dluha, siang, sore, malam dst itu karena gerak benda-benda tersebut. Gerak benda-benda inipun sudah ditulis oleh qalam.

Di Al Qur'an surat Yūnus : 5 dijelaskan sbb:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Artinya:
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.

Jelas bahwa Allah Ta'ala yang menghendaki semua ini terjadi, tapi ini bisa dipahami oleh manusia yang memahami hikmah berbagai hal di sekitarnya sehingga akan membuatnya waspada dan benar-benar memanfaatkan waktu, tidak menyia nyiakan waktu.

Sebagaimana Rasulullah Muhammad Saw menjelaskan memanfaatkan 5 hal sebelum datang 5 hal yaitu:
1. Manfaatkan waktu sehat sebelum waktu sakit.
2. Manfaatkan waktu lapang sebelum waktu sempit.
3. Manfaatkan waktu hidup sebelum waktu mati.
4. Manfaatkan waktu muda sebelum waktu tua.
5. Manfaatkan waktu kaya sebelum waktu miskin.

Sebenarnya waktu itu biasa saja, yang membuat waktu jadi istimewa adalah adanya momen yang terjadi. Momen khusus yang kita ingat, terlebih jika Rasulullah Muhammad Saw menjelaskan keistimewaan tentang waktu-waktu tertentu seperti keistimewaan hari jum'at atau sepertiga akhir malam dst, maka waktu-waktu tersebut menjadi bernilai istimewa.

Demikian juga tanggal 1 Januari itu menjadi penting karena ada momen di sana, pergantian tahun..perlu diketahui bahwa sejarah tanggal 1 Januari ini dulu diawali karena saat itu kelahiran dewa Janus. Ada banyak dewa itu bertentangan dengan aqidah Islam, oleh karena itu sebaiknya umat Islam tidak memeriahkannya.

Lalu marak ada ramalan bagaimana kondisi tahun mendatang, bagaimana kondisi malam tahun baru dst, ada yang meramal akan hujan dst. Tentang hujan dijelaskan di Al Qur'an surat Fuṣṣilat : 39 sbb:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ ۚ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۚ إِنَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya:
Dan sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya, engkau melihat bumi itu kering dan tandus, tetapi apabila Kami turunkan hujan di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya (Allah) yang menghidupkannya pasti dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Jelas bahwa Allah Ta'ala yang menurunkan hujan yang bergerak turun dari atas ke bawah dst sehingga subur bumi. Kemudian Al Qur'an surat Al-Qamar : 11 sbb:

فَفَتَحْنَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ بِمَاءٍ مُنْهَمِرٍ

Artinya:
Lalu Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah,

Juga Al Qur'an surat Al-Qamar : 12 sbb:

وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا فَالْتَقَى الْمَاءُ عَلَىٰ أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ

Artinya:
dan Kami jadikan bumi menyemburkan mata air-mata air maka bertemulah (air-air) itu sehingga (meluap menimbulkan) keadaan (bencana) yang telah ditetapkan.

Selain hujan, Allah Ta'ala menghendaki keluar air dari dalam bumi, dan juga air dari permukaan bumi seperti air sungai atau danau atau laut dsb. Kemudian air di bumi ini bertemu dengan air hujan. Di sini hikmahnya adalah air-air tersebut memerlukan tempat untuk menampungnya, atau untuk saluran air mengalir.

Jika tidak ada tempat untuk menampung air, tidak ada saluran untuk air mengalir maka akan terjadi air akan meluap dan terjadi banjir. Perlu diperhatikan juga kondisi bumi agar bisa menyerap air, kesuburan perlu diperhatikan, hutan jangan terus ditebang, jangan buang sampah sembarangan dst. Itu semua perlu kita perhatikan agar air hujan dan air di bumi lancar dan tidak meluap, tidak malah membuat manusia celaka.

Jika dikembalikan bahwa Allah Ta'ala yang menghendaki semua terjadi dan ditulis oleh qalam, maka seberapa parah banjir itu tentunya terserah Allah Ta'ala sebagaimana telah ditetapkan. Dan manusia yang tidak memperhatikan bumi juga sudah ditulis oleh qalam, tapi manusia tidak paham detail.

Itu semua (susah senang) termasuk dalam qadla (ketentuan dari Allah Ta'ala yang pasti, yang mengikat makhluq dengan melalui sebab akibat) dan qadr (ukuran, ini berkaitan dengan kualitas dan kuantitas, semua ketentuan Allah Ta'ala yang berkaitan dengan kualitas dan kuantitas, semua ada ukuran yang sudah ditetapkan dan ada kualitas yang juga juga sudah ditetapkan).

Di Al Qur'an surat Al-Ḥadid : 22 dijelaskan sbb:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

Artinya:
Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.

Semua sudah ditetapkan oleh Allah Ta'ala, apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi, baik perkara bahagia ataupun susah. Yang mana itu sangat mudah bagi Allah Ta'ala.

Jadi di saat dikaruniai kebahagiaan, jangan berlebihan bahagia. Dikaruniai kesusahan, jangan berlebihan sedih. Biasa saja, jangan berlebihan karena itu semua kehendak Allah Ta'ala yang ditetapkan terjadi pada kita.

Orang yang berada di posisi tengah, tidak terlalu bahagia juga tidak terlalu sedih, disebut orang wasato. Begitulah seharusnya orang Islam berlaku, semua biasa saja dan dikembalikan pada Allah Ta'ala.

Dalam qadla qadr Nya, Rasulullah Muhammad Saw menjelaskan bahwa musibah bencana terjadi karena manusia banyak yang bermaksiat, tidak melakukan perintah-perintahNya.

Di Al Qur'an surat Al-Qaṣaṣ : 59 dijelaskan sbb:

وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ الْقُرَىٰ حَتَّىٰ يَبْعَثَ فِي أُمِّهَا رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا ۚ وَمَا كُنَّا مُهْلِكِي الْقُرَىٰ إِلَّا وَأَهْلُهَا ظَالِمُونَ

Artinya:
Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri, sebelum Dia mengutus seorang rasul di ibukotanya yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan (penduduk) negeri; kecuali penduduknya melakukan kedlaliman.

Instropeksi diri lebih utama, teliti diri sendiri dan lihat apa saja kesalahan kita, kemudian menyesallah dan bertaubat dengan sungguh-sungguh. Semakin berkurang kemaksiatan kita, in sya Allah semakin terhindar dari bencana. Jangan saling menyalahkan satu dengan lainnya, itu justru menambah masalah!

Ikuti Rasulullah Muhammad Saw, ikuti ulama, jangan terlalu percaya dengan ramalan. Di Al Qur'an surat Luqmān : 34 dijelaskan sbb:

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya:
Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.

Hanya Allah Ta'ala yang mengetahui apa yang pasti akan terjadi, manusia tidak mengetahui dengan pasti. Itulah sebabnya ketika berjanji, kita diajarkan untuk mengucapkan kalimat "in sya Allah" (Jika Allah menghendaki), tentu "in sya Allah" ini sebagai tanda bahwa kita akan melaksanakan janji kita semaksimal mungkin. Jangan pakai "in sya Allah" untuk menghindari orang lain!

Jadi tetap berusaha berbuat baik secara maksimal, kemudian tambah keyakinan pada Allah Ta'ala atas semua qadla qadr Nya, jangan lalu kita lebih yakin pada peramal!

Di dalam salah satu hadits, Rasulullah Saw bersabda bahwa barang siapa lebih yakin pada peramal daripada Allah Ta'ala maka ibadahnya tidak akan diterima.

Daripada kita mengkhawatirkan waktu yang belum terjadi, lebih utama kita perbaiki ibadah kita saat ini. Saat ini harus lebih baik daripada yang sudah lewat. Kalau baru saja misal kita berbuat jelek, maka segeralah bertaubat. Waspadalah dengan apa yang kita lakukan saat ini (now).

Sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Saw bahwa barang siapa berbuat baik maka Syurga balasannya, dan barang siapa berbuat jelek maka Neraka balasannya.

Mana yang kita pilih? Tentu kita harus memilih untuk berbuat baik sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.

Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

“Subhaana kallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”

Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu.

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.