Monday, March 02, 2009

Kabar Gembira

Oleh : Yusa Nugroho

Hampir tengah hari ketika dua orang duduk di dekat tempat "air barokah" kawasan makam Sunan Kalijaga di Kadilangu (Demak), sambil berdzikir mereka berdua mendengarkan sang guru yang memberikan nasehatnya.

"Sampaikan kabar gembira kepada mereka!", kata sang guru.

Setengah berbisik salah seorang diantara mereka bertanya kepada temannya, "Kabar gembira apa ya?"

Setengah menoleh yang ditanya ini menjawab, "Kabar gembira untuk mereka yang berubah menjadi lebih baik daripada hari-hari yang lalu. Kalau di hari-hari yang lalu kita terlalu mudah membiacarakan orang lain, terlalu mudah untuk membenci orang lain, terlalu mudah untuk meninggalkan sholat, terlalu malas dsb...sedangkan di hari ini mereka menjadi tidak suka membicarakan orang lain, menjadi berhati-hati membenci orang lain, menjadi menjaga sholat, berubah jadi lebih rajin maka kabar gembira ini pantas disampaikan kepada mereka. Kabar gembira bahwa mereka sudah menempuh jalan hidayah Allah Swt.

Ingatlah bahwa sering kali kita menjadi malas adalah karena terlalu memikirkan orang lain, terlalu membicarakan orang lain (ghibah atau "ngrasani"), terlalu iri dengan apa yang orang lain miliki, tidak bersyukur atas apa yang dikaruniakan Allah Swt kepada dirinya, terlalu mudah tersinggung, tidak menerima apa adanya dsb. Itu semua menyebabkan pikiran kita tegang dan pusing yang mana ini mengakibatkan kita menjadi malas dan cepat bosan untuk melakukan amal-amal kebaikan, wirid-wirid kita kacau, sholat-sholat kita berantakan, badan kita sakit tapi tidak mau berdo'a kepada Allah Swt...mulut hanya hanya mengeluh saja tanpa mau sholat mengingat Allah Swt bahkan "ngambek" setengah protes kepada Allah Swt kenapa hidup kok cuma begini-begini saja, sudah saja.

Ketika kita sudah tidak mau sholat dan mengingat Allah Swt, terkesan marah kepada Allah Swt, maka dikhawatirkan ini menjadi bala' kepada dirinya. Tidak ada yang mampu menahan bala' dari Allah Swt!"

"Saya jadi ingat seseorang...karena engkau lebih akrab dengan sang guru, coba mintakan tolong kepada sang guru agar ikut mendo'akan orang ini."

"Baiklah, saya coba...", jawabnya menyanggupi. Dia melihat sang guru masih berdiri di sudut "cungkup", kemudian dia mendekat dan memohon kepada sang guru.

"Guru, kami ada kenalan yang akhir-akhir ini melupakan sholatnya, sudah tidak terlihat lagi berdzikir, mulut kadang-kadang terdengar menyebut kata 'Allah' tapi dia tidak terlihat sholat oleh kawan saya itu. Dulu dia pernah ikut thoriqoh dengan di-bai'at sebelumnya, ziarah ke sana kemari, mudah marah bahkan kepada anak cucunya, tapi sekarang kondisinya mengkhawatirkan tidak berdaya di tempat tidur. Ketika kami mencoba mengingatkannya, dia menolak bahkan mempertanyakan kenapa kami memaksa dia untuk sholat...dia marah, guru. Kami tidak ingin melihat dia meninggal dalam keadaan tidak sholat, dalam keaadaan buruk, jadi tolong dia, guru..."

Sang guru juga mengkhawatirkan ini bala' Allah Swt kepada dia, "Aku tidak bisa menolongnya, kemungkinan ini bala' Allah Swt untuk dia. Kalian saja yang mencoba menolongnya dengan membaca wirid-wirid yang nanti aku ajarkan."

"Duh, guru tolonglah dia, guru...", aku coba memohon.

"Aku tidak bisa!", sang guru kembali menolak.

"Guru..."

"Tidak bisa! Kalian yang lebih baik mencoba menolongnya karena kalian orang terdekatnya."

"Baiklah, guru, kami ikut apa yang guru perintahkan. Apa yang harus kami lakukan, guru?"

Kemudian sang guru memberitahu kepada kami apa yang harus kami lakukan, intinya adalah semua kembali kepada Allah Swt...apa yang kami kerjakan adalah semata-mata ikhtiar saja, hasil adalah hak Allah Swt.

Kami terdiam begitu mengetahui betapa banyak yang harus kami lakuan untuk membantu kawan kami itu. Duh, betapa beratnya akibat dari melupakan sholat, meninggalkan wirid-wirid dan terlalu berharap kepada dunia tanpa melihat bahwa sesungguhnya akhiratlah tujuan yang lebih baik...bahkan seorang guru yang mulia saja tidak mampu menolongnya, hanya Allah Swt yang Maha Menolong.

"Jangan lupa bacalah Alqur'an surat Al Ma'idah ayat 39!", pesan sang guru ketika kami hampir pamit pulang.

Al Maa'idah : 39
"Maka barang siapa bertobat (diantara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.