Friday, September 12, 2008

Orang Yang Tersesat

Adalah lebih baik menghindari menggunakan ilmu-ilmu kita untuk memperbanyak harta dunia saja dengan melupakan Allah Swt sama sekali dan merasa dirinya paling benar, hindari niat yang seperti itu sebab ini hanya akan menjadikan kita sombong, merasa mulia, merasa kuat dan menang karena banyak orang yang mengikuti kita.

Orang-orang yang mengikuti kita menganggap kita orang yang mulia di mata Allah Swt dikarenakan mereka melihatnya begitu, mereka melihat kita alim, banyak amal dan sholeh. Padahal apa yang mereka lihat adalah skenario kita agar dianggap begitu, kita ingin dimuliakan oleh masyarakat. Sebenarnya kita tidak alim (berilmu), kita hanya merasa diri kita alim (berilmu) lalu bertindak laku meniru-niru orang yang benar-benar alim dengan berpakaian seperti orang alim dan dengan berkata-kata seperti orang alim terbukti dengan cara kita mencari uang atau rizqi dengan tidak peduli apakah itu cara halal atau harom, tidak peduli apakah cara kita itu merugikan orang lain atau tidak...kita tidak peduli, yang penting keinginan kita tercapai. Kita hanya berharap dan senag jika masyarakat memuji kita, menyanjung kita saja tanpa kita memperhatikan amal ibadah kita.

Jangan karena kita sudah terlanjur dikenal sebagai orang alim (berilmu) kita lalu berbohong di depan masyarakat dan mengingkari kekeliruan kita demi terjaga gengsi kita. Kita takut tidak lagi dimuliakan masyarakat oleh karena itu kita memakai ilmu kita untuk berkelit, kita mencari-cari dan mengada-adakan alasan untuk menutupi kekeliruan kita agar masyarakat tidak tahu kekeliruan kita bahkan kalau perlu kita gunakan untuk "memaksa" mereka mengakui kekeliruan kita sebagai kebenaran. Semua jadi kacau, kebenaran sudah hilang dikarenakan keduniaan semata. Sudah tidak ada lagi Allah Swt di sana, sudah kalah oleh dunia.

Meski buruknya perbuatan kita itu tapi kita sama sekali tidak merasa keliru bahkan merasa paling benar sendiri, kita lalu merasa punya derajat tinggi di mata Allah Swt sebab kita menganggap diri kita sebagai ulama dengan segala pakaian dan kata-kata kita kita mirip-miripkan ulama. Itu sekedar untuk menutupi hati kita yang cinta terhadap dunia tapi kita tidak sadar kita sudah sangat mencintai dunia dan melupakan Allah Swt.

Kalau kita sudah seperti ini maka kita termasuk orang yang rusak, sangat rusak...rusak niat kita, rusak ilmu kita dan rusak amal ibadah kita. Kita hanya merasa alim (berimu) yang mengamalkan ilmu kita padahal amal ibadahnya tidak menunjukkan bahwa kita orang yang mengamalkan ilmu kita. Dalam kondisi seperti ini kita tidak bisa lagi diharapkan mau bertaubat.

Semoga kita semua terhindar dari perilaku yang demikian. Amin.

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.