Dalam satu perjalanan saya melihat seorang wanita yang saya kenal hampir telanjang duduk di pinggir jalan. Seorang wanita yang hampir lumpuh karena sakitnya. Suaminya banyak berkhidmat untuknya. Sayang, saat itu tidak terlihat di sekitarnya.
Beberapa orang lelaki yang mengenalnya berbicara satu sama lain. Apa yang mereka bicarakan mungkin sama seperti yang saya pikirkan, bagaimana menolongnya sementara saya adalah lelaki dan bukan mahramnya. Kemudian Allah SWT memberi sedikit kelebihan sehingga saya segera memanggil seorang anak untuk memberinya kain.
Saya dekati dia, lalu saya tanya, "Kin kaw reu yang?" Sudah makan belum ya? Yang ditanya malah menangis. Ah... kenapa dia menangis di depan saya. Saya bergegas meninggalkannya. Saya tidak mau orang lain melihat ada lelahan air di mata saya. Dalam hati, saya bersyukur saya dalam keadaan sehat, tidak sakit seperti orang ini. Selain itu saya juga punya istri yang mau diajak menolong orang lain. Saya mesti segera pulang dan mengajak istri untuk menolongnya.
Setelah menyiapkan bekal sebungkus nasi dan lauknya, kami mendatanginya. Perempuan tadi telah tergeletak lemah. Di sekitarnya berkumpul beberapa orang lelaki yang ragu untuk menolongnya. Mungkin karena baunya.
Istri mulai menangis dan berteriak agar saya segera mengangkatnya, tapi saya bergegas mencari kursi rodanya. Kursi roda itu tidak ada. Saya kembali. Istri berusaha mengangkatnya, sesuatu yang sulit dilakukan seorang diri. Alhamdulillah, beberapa orang membantu kami mengangkatnya ke tempat duduk panjang. Yang diangkat terus menangis dan mengaduh.
Setelah agak tenang, dia berbisik kepada istri. Katanya, "Kit teung po." Dia kangen bapaknya! Tidak lama kemudian sang suami datang dengan sekantung rezeki. Semoga Allah memberi balasan yang lebih baik atas kesabaran mereka menanggung sakit dan derita. Amiin.
No comments:
Post a Comment
Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.