Ustadz Yudi :
Maaf sebelumnya mari sama-sama belajar....Seandainya tokoh-tokoh di atas kumpul membahas hal yang berbeda diantara mereka kemungkinan besar kok tidak akan terjadi kesepahaman. Dan itu terjadi juga pada senior senior beliau sebelumnya para ulama pendahulu kita tahu mereka already - dan tidak bisa disangkal sebagian kita hanyalah "pengikut, pengekor" dari apa yang mereka pahami dalam memahami ajaran Rasulullah (mungkin ada satu dua yang menjadi pencari sejati bukan pengekor).
Bila saya melihat dengan kacamata khusnudzon akan adanya ketidak-sepahaman tersebut (iman mereka) semoga gambaran keimanan yang teguh bukan kerasnya hati. Dan jika iman ini diobrolkan jadinya.......
Keimanan kita lahir dari tuntunan Allah (kehendak-Nya juga) dimana kita masing-masing dilahirkan dalam keluarga yang mempunyai warna tertentu -kemudian kita dimasukan dalam lingkungan dan pendidikan tertentu untuk memperoleh pengetahuan setelah itu diperjalankan untuk membuktikan apa yang telah kita ketahui berulang-ulang hingga tertanam satu keyakinan di dalam hati kita seperti apa yang kita imani saat ini.
Meskipun sekilas ada semburat warna yang hampir sama saya yakin kalo saya berbicara tentang keyakinan secara mendalam dengan rekan-reka akan ada juga perbedaannya. Tapi apakah perbedaan pemahaman itu yang akan kita kedepankan?
Jadi kenapa harus "takut" dengan keimanan orang lain toh kita mempunyai iman sendiri punya self defend, punya saringan, punya alat sensor yang dengan canggih mengkonter segala macam ancaman atau sebagian malah dengan nyaman membiarkan aliran pengetahuan yang ada lewat dalam pikiran dan hati yg terbuka seraya memohon "Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari pemahanan yang keliru, jadikan setiap ilmu-Mu manfaat bagiku" Sekali kita terikat dalam tali persaudaraan maka ikatan itu tidak akan putus - tali itu adalah jalan yang lurus -ISLAM-
Yusa :
Ada kalanya kesalah-pahaman bisa hilang dengan dirembug spt ini, tapi adakalanya kesalah-pahaman tidak bisa hilang dengan dirembug manakala sudah menyangkut masalah aqidah.
Kesalah-pahaman para salaf bisa dirembug karena aqidah diantara mereka sama, kesalah-pahaman diantara mereka hanya masalah cabang saja. Tetapi kalau sudah menyangkut ke-Tuhan-an atau masalah ke-Nabi-an tetap tidak akan bisa hilang dengan dirembug. Biar dan harus dibedakan (tidak boleh disamakan), misal keyakinan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah Nabi terakhir dan tidak ada Nabi lagi setelah beliau Saw tetap tidak boleh disamakan dengan keyakinan sebagian orang bahwa ada Nabi sesudah Nabi Saw yaitu Musadek misalnya atau Mirza Ghulam Ahmad dsb.
Dalam hal spt ini tidak boleh dihilangkan, tetap harus dikatakan berbeda.
Perbedaan tetap ada, tapi marah bukan penyelesaian yang baik.
No comments:
Post a Comment
Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.