Oleh : Yusa
Masih dua hari yang lalu, saya diam mendengarkan nasehat yang disampaikan pada saya :
"Ati iro gambarane tingkah laku iro. Ati-ati! Aji panglipur loro iro reksanen kanthi temenan. Surgo ndunyo pawujude surgo akherat."
Adapun terjemahan bebas dalam bahasa Indonesia adalah sbb:
"Keadaan hatimu adalah cerminan dari tingkah lakumu. Berhati-hatilah! Ingatlah baik-baik bagaimana caramu menghibur kesedihanmu! Surga di dunia adalah perwujudan surga di akhirat."
Ibarat teko isi kopi, jika dituangkan tentu kopi yang keluar. Begitu juga dengan hati, apapun isi hati kita atau bagaimanapun keadaan hati kita akan terwujud lewat tingkah laku dhohir kita.
Dikala kita melakukan keburukan maka hati kita akan buruk pula keadaannya. Begitu juga sebaliknya, jika hati kita menolak atau senantiasa menunda-nunda untuk melakukan kebaikkan, maka kita pun belum akan melakukan kebaikkan.
Jika hati kita senantiasa berburuk sangka pada Allah Swt atau pada makhluq-Nya, atau kita merasa iri dengki melihat keberhasilan orang lain sehingga meng-halal-kan segala cara untuk melebihi mereka, atau merasa diri kita paling benar, sombong, berbohong, malas, terlalu panjang angan-angan dan tidak peduli pada perintah, imbahuan atau larangan-Nya, maka tingkah laku perbuatan kita juga akan melakukan hal-hal yang buruk. Segala yang kita lakukan jauh dari kebaikkan yang membawa manfaat untuk diri kita dan orang lain. Kita akan menolak untuk berbuat baik jika hati kita tidak tertarik pada kebaikkan. Tapi jika hati sudah tertarik pada kebaikkan maka kita menerima kebaikkan.
Dari tingkah laku kita bisa terlihat bagaimana keadaan hati kita, dan dari hati kita bisa kita lihat bagaimana tingkah laku kita. Jadi berhati-hatilah,jagalah hati dan tingkah laku kita!
Memperbaiki keadaan hati agar mau menerima kebaikkan bisa menjadikan kita tergerak untuk melakukan kebaikkan lewat berbagai amal ibadah dhohir. Sebaliknya, memperbaiki perbuatan dhohir kita dengan mengerjakan berbagai amal ibadah bisa menjadikan keadaan hati kita lebih baik, lebih lembut.
Terkadang memang kita harus memaksa diri kita dengan mengerjakan yang kita mampu dulu. Biar sedikit asal rutin dan terus menerus insya Allah lebih baik daripada banyak tapi sebentar.
Memperbaiki keadaan hati dan dhohir kita bisa menghibur kesedihan kita. Jika kita senantiasa bergembira maka semuanya akan lebih menyenangkan dan kita akan lebih mudah mengerjakan kebaikkan. Disaat kita mudah melakukan kebaikkan maka ini nikmat dari Allah Swt yang dikaruniakan pada kita didunia.
Nikmat di dunia insya Allah menjadikan kita dikaruniakan nikmat di akhirat. Amin.
Setidaknya ini yang saya pahami dari penjelasan beliau.
No comments:
Post a Comment
Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.