Oleh : Ustadz Muhtarifin Sholeh
Di mushola Nurul Huda, perumahan Gemah Permai, Sendang Guwo, Semarang.
Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Di kajian lalu kita sampai pada Al Qur'an surat Al-Baqarah : 207, dijelaskan sebagai berikut:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
Artinya:
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridloan Allah. Dan Allaah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya."
Ridlo itu maksudnya rela, "mencari ridlo Allaah" maksdunya berusaha menggapai kerelaan Allaah Ta'ala terhadap apa yang kita lakukan. Itu utama!
Ridlo Allaah itu tujuan yang utama, merrka yang mencari ridlo Allaah Ta'ala berarti mereka menuhankan Allaah Ta'ala yaitu memiliki prinsip "laa ilaha illaallaah" (tiada Tuhan kecuali Allaah). Jika sudah tertanam prinsip "laa ilaha illallaah", maka akan konsekuensinya adalah sebagai berikut harus kita amalkan :
1. Laa Ghoyyata illaallaah (tiada tujuan kecuali Allaah).
2. Laa Kholiqo illaallaah (tiada Pencipta kecuali Allaah).
4. Laa Roziqo illaallaah (tiada Pemberi rejeki kecuali Allaah).
5. Laa Mudabbiro illaallaah (tiada Pengelola kecuali Allaah).
6. Laa Hakima illaallaah (tiada Pembuat Hukum kecuali Allaah).
7. Laa Waliyya illaallaah (tiada Pelindung kecuali Allaah).
8. Laa Ma'buda illaallaah (tiada sesembahan kecuali Allaah).
Kita lihat "laa ghoyata illaallaah", tiada tujuan kecuali Allaah, hendaknya Allaah Ta'ala menjadi tujuan dari setiap perbuatan kita. Kita melakukan apapun, hendaknya tujuannya Allaah Ta'ala, bukan karena selainNya.
Olahraga misal, diniatkan tujuan berolahraga agar sehat kuat untuk ibadah pada Allah Ta'ala. Bekerja, diniatkan tujuan untuk menjemput rejeki untuk modal beribadah. Menolong orang itu bisa ibadah, menyingkirkan pengganggu di jalan juga ibadah, tersenyum ibadah dan seterusnya tetapkan tujuan semua perbuatan kita lillaahi Ta'ala, karena Allaah Ta'ala.
Kalau tujuan kita menolong orang agar orang tersebut terpesona dengan kita, selain itu salah karena menomerduakan Allaah Ta'ala, juga kalau hasil tidak sesuai dengan harapan maka akan membuat kita kecewa. Berharap kepada makhluq akan membuat kita kecewa. Kalau tujuan kita Allaah Ta'ala maka Allaah Ta'ala tidak akan mengecewakan kita.
Semoga kita dijadikan orang-yang ridlo atas semua ketetapan Allaah Ta'ala dan kita diridloi oleh Allah Ta'ala.
Kemudian di ayat selanjutnya yaitu di dalam Al Qur'an surat Al-Baqarah : 208 dijelaskan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.".
Ayat ke-208 ini melanjutkan ayat sebelumnya yaitu 207 di mana di 207 dijelaskan ada orang yang mengorbankan dirinya untuk menggapai ridlo Allah Ta'ala, artinya ada orang yang bersungguh-sungguh berusaha maksimal untuk mencari ridlo Allaah Ta'ala. Di ayat 208 disebut "wahai orang-orang yang beriman", ini maksudnya orang-orang yang berusaha maksimal menggapai ridlo Allah Ta'ala tadi.
Allaah Ta'ala menyuruh orang-orang yang berusaha maksimal menggapai ridlo Allah Ta'ala untuk masuk Islam secara keseleuruhan, maksudnya dalam setiap perbuatannya meneladani Rasulullah Muhammad Saw, lalu melakukan Islam secara Ad Din (seperti yang dijelaskan di kajian lalu, silahkan klik di sini).
Barang siapa mencari di luar Islam, maka tertolak dan termasuk orang-orang yang merugi!
Sebagaimana dijelaskan di Al Qur'an surat Aali 'Imraan : 83 sebagai berikut:
أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Artinya:
"Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada-Nya, (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka dikembalikan?"
Di ayat di atas penekanannya pada kalimat "berserah diri", bahwa semua makhkuq itu tunduk patuh dan berserah diri kepada Allah Ta'ala, lalu kenapa manusia yang dikaruniai akal pikiran tidak melihat semua itu?
Berislam dengan keseluruhan itu maknanya adalah tunduk patuh dan berserah diri pada Allah Ta'ala atas semua hal, seluruh hal, di semua waktunya sejak di kandungan sampai meninggal dan seterusnya tetap berserah diri pada Allah Ta'ala. Tidak sebagian hal dia tunduk tapi sebagian hal lain tidak. Tidak sebagian hal taat perintah Allah Ta'ala tapi sebagian hal lainnya malah melakukan maksiat. Tidak lesan mengaku bertuhankan Allaah Ta'ala tapi perbuatannya tidak mencerminkannya.
Setiap makhluq sudah ditetapkan bagaimana mereka berserah diri pada Allah Ta'ala, hewan sudah ditetapkan, pepohonan, bumi, bintang dan lain sebagainya termasuk manusia. Hanya saja, manusia berbeda hal berserah diri kepada Allah Ta'ala ini.
Manusia dikaruniai "softwares dan hardwares" yang berbeda dengan makhluq lain, maka cara manusia berserah diri berbeda dengan makhluq lainnya. Manusia harus berserah diri pada Allah Ta'ala dengan semua kesadarannya meneladani Rasulullah Muhammad Saw.
Manusia harus mengolah pikiran dan rasa untuk berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya, ada yang baik lalu kenapa memilih melakukan yang jelek? Manusia harus selalu instropeksi diri.
Cara atau jalan manusia berserah diri pada Allah Ta'ala ini disebut dengan syari'at.
Di Al Qur'an surat Al baqarah ayat 208 ini ditujukan untuk orang-orang yang beriman di semua waktu, artinya mencakup sejak dahulu sampai kapan pun juga, mulai kita ada di kandungan ibu ditanya apa mengakui Allaah Ta'ala sebagai Tuhan, kita membenarkan menyanggupinya, maka di saat itu kita di dalam kandungan ibu sudah termasuk orang Islam yaitu orang yang mau untuk berserah diri pada Allah Ta'ala.
Seperti yang dijelaskan di Al Qur'an surat Al-A'raaf : 172 sebagai berikut:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ
Artinya:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini,".
Dahulu kita sudah berjanji bersaksi bahwa Allaah Ta'ala itu Tuhan kita, tapi mengapa begitu lahir akhirnya kelak banyak yang tidak berserah diri pada Allah Ta'ala alias Islam? Rasulullah Muhammad Saw menjelasakan sebagai berikut:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Artinya:
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah hingga ia fasih (berbicara). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Baihaqi dan ath-Thabarani dalam al-Mu’jamul Kabir.
Jadi bayi lahir fitrah ini maksudnya adalah setiap bayi dilahirkan dalam keadaan sudah berserah diri pada Allah Ta'ala alias Islam, hanya saja fitrah ini berbatas sampai bayi bisa bicara. Selepas masa itu, secara kemanusiaan, orang tuanyalah yang mempengaruhi bayi menjadi Yahudi, Nasrani, Majusi dan lain sebagainya. Artinya peran orang tua sangat penting untuk bayi tersebut. Perlu diperhatikan oleh semua orang bahwa jika kita ingin memiliki anak-anak sholeh sholehah, maka jadikanlah diri kita sholeh sholehah dulu. Jika ingin anak-anak kita rajin, jadikan diri kita rajin dulu. Orang tua harus memberi teladan agar anak-anaknya meniru dengan sadar atau tidak sadar. Ini penting!
Allaah Ta'ala berfirman di Al Qur'an surat Aai 'Imraan : 102 sebagai berikut:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.".
Allaah Ta'ala memerintahkan kita agar selalu beriman, tunduk patuh berserah diri pada Allah Ta'ala setiap saat hingga mati juga dalam kondisi berserah diri pada Allah Ta'ala. Itu makna Islam kafah atau keseluruhan dalam berserah diri pada Allah Ta'ala.
Manusia harus dengan kesadaran berserah diri pada Allah Ta'ala, jangan berkata "aku menjadi pelaku maksiat ini kan maunya Allaah, kalau Allaah mau aku jadi baik ya aku akan baik, kalau gak ya mana mungkin", tidak boleh seperti itu!
Allaah Ta'ala menciptakan segala sesuatu berpasangan, ada baik dan ada buruk, harus manusia sadari mana yang buruk bagainya dan mana yang baik baginya. Jangan sudah paham itu buruk tapi tetap dilakukan, lalu berdalih "ini maunya Allaah", jangan begini! Kalau paham itu buruk, maka jauhi, pilih yang baik seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Contoh sederhana, kita kalau mau memasak, bukankah kita akan memilih sayuran atau buah-buahan yang bagus dan tidak busuk?! Sayuran dan buah-buahan yang jelek tentu kita singkirkan. Nah seperti itu kita berkehidupan beragama, harus memilih mana yang baik dan jauhi mana yang membuat kita jelek.
Memilih yang baik dan menjauhi yang buruk itulah maksud taqwa yaitu memilih mematuhi perintah-perintah serta menjauhi larangan-larangan Allaah Ta'ala lewat Rasulullah Muhammad Saw sepanjang hidup kita. Begitulah berislam secara keseluruhan.
Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Subhaana kallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”
Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu.
No comments:
Post a Comment
Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.