Oleh : Ustadz Muhtarifin Sholeh
Di mushola Nurul Huda, perumahan Gemah Permai, Sendang Guwo, Semarang.
Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
Bismillaah hendaknya kita sebagai manusia itu hidup dalam keadaan beriman pada Allah Ta'ala, tidak sekedar hidup saja, karena kalau sekedar hidup maka binatang itu juga hidup. Hiduplah dengan berserah diri pada Allah Ta'ala (atau disebut Islam) dan beriman.
Di dalam Islam, ada banyak ajaran, diantaranya yaitu:
1. Toleransi.
2. Keadilan.
3. Persamaan derajat.
4. Penghormatan.
5. Kedamaian.
6. Cinta.
7. Kejujuran.
8. Kebenaran.
9. Keterbukaan.
10. Kedisiplinan.
11. Tanggung jawab.
Dan sebagai, ada banyak.
Nah ajaran-ajaran tersebut harus dibawa di dalam setiap perbuatan kita, termasuk di dalam teknologi dan ilmu pengetahuan. Ingat, berserah diri pada Allah Ta'ala itu di saat apapun juga, bersama siapa pun juga dan dalam kondisi apapun juga.
Jangan ketika berada di masjid saja kita jujur, tapi ketika di pasar jualan kita tidak jujur! Jangan ketika di rumah saja kita adil, tapi ketika bekerja kita mendlolimi orang lain! Di mana saja harus diterapkan ajaran-ajaran Islam, wajib!
Itu yang disebut Islam kafah (Islam secara keseluruhan), tidak setengah-setengah.
Sekarang soal bagaimana menerapkan ajaran Islam di dalam dunia teknologi, ilmu pengetahuan dan informasi.
Apa itu informasi?
Informasi adalah penyampaian data-data kepada makhluq lain, bisa dengan menggunakan alat bantu seperti kertas, komputer dan lain-lain, atau bisa tanpa menggunakan alat bantu.
Lalu apa itu data?
Sebenarnya istilah "data" itu bentuk jamak, bentuk tunggalnya adalah "datum". Jadi data adalah kumpulan penjelasan detail (misal ada data tempat, data waktu, data kronologi kejadian, data berapa orang yang hadir dan seterusnya) dari kejadian yang benar-benar terjadi, yang disusun rapi dan jelas, yang kemudian itu bisa bermanfaat. Data ini menguatkan fakta. Tidak bisa disebut fakta kalau tanpa data, tanpa data maka itu hanya sebatas dugaan saja.
Dari informasi ini, bisa didapat dari mana saja, informasi menjadikan kita mendapatkan ilmu dan pengetahuan atau cukup berita saja. Berita, ini akan dikemas sedemikian rupa dalam bentuk yang menarik sehingga orang mudah tertarik.
Satu yang perlu diketahui, umumnya manusia itu tertarik dengan sesuatu yang di sana janggal atau beda dengan sekitarnya. Misal, di sekitarnya umumnya orang seringnya suka berpakaian putih, jika ada seseorang yang berpakaian warna selain putih, ini akan jadi janggal dan menjadi pusat perhatian masyarakat. Jadi bukan soal salah atau benar, tapi lebih kepada perkara yang janggal yang berbeda dengan kebiasaan sekelilingnya.
Contoh lain, umumnya sekelilingnya suka berbuat baik, jika ada seseorang yang berbuat jelek maka ini akan menjadi bahan pembicaraan orang-orang di sana. Atau sebaliknya, umumnya di sana orang-orang suka berbuat jelek, jika kemudian ada seseorang yang berbuat baik di sana maka ini juga akan jadi pusat perhatian.
Jadi jika ingin orang-orang tertarik dengan kita, maka secara kemanusiaan lakukan sesuatu yang baru di sana, tentu hal baru yang tidak bertentangan dengan ajaran Rasulullah Saw. Ini kemudian menjadi dasar berbagai ilmu seperti ilmu mendisain, ilmu marketing dan ilmu komunikasi.
Semua berawal dari informasi, dari sana bisa menjadi berita saja atau menjadi ilmu pengetahuan. Hanya saja kalau berita itu tidak butuh data-data komplit sebagaimana ilmu pengetahuan, untuk menjadi ilmu pengetahuan butuh data-data lebih detail dan percobaan lalu teori dan seterusnya.
Apapun itu, baik berita atau pun ilmu pengetahuan haruslah tidak bertentangan dengan ajaran Rasulullah Saw, jadi sampaikanlah informasi yang benar (tidak hoax), informasi yang jujur adil sehingga masyarakat akan percaya pada kita.
Dalam ilmu pengetahuan juga seperti itu, telitilah alam semesta ini dengan niat untuk beribadah pada Allah Ta'ala. Tujuannya karena Allaah Ta'ala, diteliti dengan cara yang baik, disimpulkan sesuai apa adanya, kemudian dimanfaatkan untuk kebaikan manusia dalam rangka ibadah.
Sebagaimana dijelaskan di hadits shahih tentang sebaik-baik manusia ini diriwayatkan dari Jabir sebagai berikut:
عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »
Artinya:
Dari Jabir, ia berkata,”Rasulullah Saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.”.
(HR. Thabrani dan Daruquthni).
Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Sampaikan berita yang bermanfaat dan telitilah alam semesta hingga menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
Rasulullah Saw menyuruh kita menjadi manusia yang bermanfaat.
Kita memiliki berita baik dan ilmu pengetahuan, kalau tidak dimanfaatkan maka percuma, berita yang kita tahu belum bisa disebut berita yang bermanfaat bagi orang lain kalau tidak disampaikan pada orang lain, dan ilmu pengetahuan kita juga belum bisa disebut ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi orang lain jika masyarakat belum menikmati manfaatnya.
Dalam hal lain juga begitu, kita punya kendaraan, kendaraan itu tidak disebut bermanfaat bagi manusia lainnya jika belum kita gunakan untuk menolong orang lain atau orang lain belum merasakan manfaatnya, jadi masih bermanfaat bagi diri kita pribadi saja. Ya baik tapi baik untuk pribadi kita saja, belum seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw.
Perintah Rasulullah Saw itu akan membawa efek positif yang luar biasa bagi semua manusia, karena kita akan memetingkan orang lain daripada kepentingan pribadi, semua akan saling tolong menolong, saling peduli, saling empati simpati dan seterusnya.
Hanya saja, ketika kita membantu orang lain, maka tawarkan bantuan yang relevan dengan kebutuhan mereka, jangan tawarkan roti kalau mereka butuh mobil misalnya! Lihat, sekali lagi, perintah Rasulullah Saw itu membuat kita memahami orang lain.
Kita harus paham orang itu butuh apa, baru kemudian kita bantu. Jangan tawarkan pakaian kalau ternyata dia hanya butuh berita saja! Kalau butuh berita, maka sampaikan berita-berita kepadanya, makin lengkap datanya maka makin berkualitas beritanya. Dan jangan bohong!
Di Al Qur'an surat 49.Al-Hujarāt : 6 dijelaskan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu."
Sangat penting untuk tabayun atau meneliti dari mana sunber berita yang sampai ke kita, juga detail dari mana dan sebagainya tentang "knowledge" dan "science" yang sampai ke kita.
Knowledge (ilmu pengetahuan umum) mirip dengan science, hanya saja knowledge itu ilmu pengetahuan yang kita dapat dari informasi panca indera kita, apa yang mata lihat, apa yang telinga dengar dan seterusnya. Sedangkan science itu ilmu pengetahuan yang butuh diolah dengan mengumpulkan data komplit, diuji, ada hipotesa dan teori, jadi science jauh lebih detail daripada knowledge.
Berita dan ilmu pengetahuan sangat penting bagi manusia, sebagaimana diketahui bahwa di Al Qur'an yang diajarkan oleh Rasulullah Saw (Sang Pembawa Berita) banyak disampaikan berita kejadian masa lalu, berita kejadian sekarang dan berita kejadian yang akan datang, semua itu untuk pembelajaran, untuk kita jadikan panduan hidup. Yang semuanya itu akan menajdi ilmu pengetahuan umum (knowledge) dan ilmu khusus (science).
Sebagai manusia yang dikaruniai akal, kita dimampukan untuk membedakan mana yang baik dan mana yang benar, jangan semua berita atau knowledge atau science buru-buru diterima, "dimakan mentah-mentah", apalagi jika yang menyampaikan ke kita adalah orang fasik atau kafir. Harus kita teliti dahulu, akal digunakan.
Apa itu akal?
Untuk mengetahui makna akal, kita dapat menganalisa melalui makna aslinya. Ulama berpendapat, bahwa akal disebutkan dengan istilah al-‘Aql. Kata tersebut merupakan salah satu bentuk derivasi dari akar kata “aqala’ yang berarti “memikirkan hakekat di balik suatu kejadian” atau rabatha (mengikat).
Dalam tradisi Arab Jahiliyyah, kata ‘aqala seringkali digunakan untuk menunjuk suatu “pengikat unta” (‘aql al-ibil). Selain itu, kata ‘aql juga memiliki makna al-karam (kemuliaan), maksudnya adalah orang yang menggunakan akalnya sesuai petunjuk Allaah Ta'ala disebut sebagai orang yang berakal (‘aqil) dan ketika dia istiqamah dengan hasil pemikirannya yang benar maka ia menjadi mulia dengan hakekat-hakekat yang diketahuinya tersebut.
Di Al Qur'an surat Al-Israa : 36 dijelaskan sebagai berikut:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Artinya:
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."
Betapa pentingnya kedudukan ilmu bagi manusia, kita dituntut untuk belajar tapi seiring dengan itu kita harus mengolah akal kita untuk dapat menemukan perkara yang baik untuk dilakukan dan untuk menemukan perkara yang jelek untuk ditinggalkan. Wajib menuntut ilmu. Tidak boleh beramal tanpa ilmu!
Imam Asy Syafi’i berkata:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ
Artinya:
“Barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu.”.
Bahagia di dunia butuh ilmu, bahagia di akhirat pun butuh ilmu. Ini menjelaskan betapa pentingnya kedudukan ilmu. Imam Ghazali membagi ilmu menjadi 2 bagian yaitu:
1. Ilmu fardlu 'ain.
2. Ilmu fardlu kifayah.
Menurut Imam Ghazali, semua ilmu itu wajib, hanya saja tingkat kewajibannya berbeda. Ilmu fardlu 'ain itu ilmu yang wajib bagi personal, jadi tiap orang tidak sama kewajibannya atas ilmu tertentu. Tukang gambar mebel misal, ilmu fadlu 'ain baginya adalah ilmu menggambar dengan Autocad atau ilmu konstruksi mebel atau ilmu packaging, itu ilmu wajib bagi tukang gambar mebel, tapi tidak wajib bagi dokter.
Kalau di dalam Islam, ilmu fardlu 'ain itu ipmu tentang rukun Iman, rukun Islam, ilmu tentang sholat, zakat, puasa dan seterusnya itu wajib dimiliki setiap orang.
Kemudian, ilmu fardlu kifayah itu ilmu yang wajib dimiliki oleh sekelompok orang, artinya sebagian orang wajib memiliki ilmu ini, jika si A tidak bisa maka sah digantikan si B atau si C. Misal sholat jenazah, itu fardlu kifayah, artinya jika sudah ada orang mensholati jenazah di suatu wilayah maka sudah dianggap sah meski ada orang lain yanh belum mensholatinya.
Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
“Subhaana kallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”
Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu. here Type rest of the post here
No comments:
Post a Comment
Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.