Saturday, August 01, 2020

Istikharoh, Musyawarah dan Sederhana

ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭ ﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭ ﺑﺮﻛﺎﺗﻪ

ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ :

ما خاب من استخار و لا ندم من استشار ولا عال من اقتصد
(رواه الطبراني)

Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Tidak akan kecewa seseorang yang beristikharoh, tidak akan menyesal seseorang yang bermusyawarah dan tidak akan melarat seseorang yang hidup sederhana."

( ﻛﺘﺎﺏ مختار الأحاديث النبوية و الحكم المحمدية تأليف السيد احمد الهاشمي)


1. Istikharoh

Manusia tentu suatu saat akan dihadapkan pada banyak pilihan yang membuatnya sulit menentukan pilihan, di-sunnah-kan untuk melakukan sholat istikharoh bermohon kepada Allaah Ta'ala agar dikaruniai petunjuk pilihan mana yang terbaik buatnya. Ketika kita bergantung pada Allaah Ta'ala, tidak akan kecewa. Allaah Ta'ala berfirman:

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Artinya:
“Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina."
(QS. Ghafir : 60).

Bahkan istri Rasulullaah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu Aisyah radhiallahu ta’ala ‘anha juga mengatakan:

سَلُوا اللَّهَ كُلَّ شَيءٍ حَتَّى الشِّسعَ

Artinya:
“Mintalah kepada Allaah bahkan meminta tali sendal sekalipun.”
(HR. Al Baihaqi).

2. Musyawarah

Sholat istikharoh untuk hubungan vertikal antara manusia dengan Allaah Ta'ala untuk bermohon ditunjukkan pilihan yang terbaik, sebagai wujud ikhtiar manusia dalam memilih adalah musyawarah. Dalam musyawarah ada saling mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain, kemudian bersama-sama menentukan pilihan terbaik. Allaah Ta'ala berfirman:

وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ 

Artinya:
“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal kepada Allaah. Sesungguhnya Allaah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.”
[QS. Ali-Imran : 159]

3. Sederhana

Sederhana berbeda dengan melarat, sederhana itu ibaratnya kita mengisi bak air besar di kamar mandi. Bak besar diisi sampai penuh, ketika dipakai tidak semuanya, tapi secukupnya saja. Sisanya untuk kebutuhan lain nanti.

Itu sederhana.

Sebenarnya kalau mau jujur, kebutuhan manusia itu tidak banyak. Misal makan, kita makan satu piring sudah mengenyangkan, tidak perlu 2 piring. Kita makan dengan menu biasa, bisa mengenyangkan, tidak harus dengan menu mewah.

Bukan tidak boleh, tapi dengan mengetahui kebutuhan tubuh kita sendiri, kita akan terjaga dari sifat berlebihan. Kita akan tahu batas-batas yang tubuh kita butuhkan.

Kalau dengan mobil biasa sudah cukup memenuhi kebutuhan kita, buat apa beli mobil berharga super mahal? Belilah sesuai yang kita butuhkan, jangan menuruti keinginan saja.

Sifat sederhana atau tidak berlebihan (antar orang berbeda standar berlebihannya, menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing) juga menjadi sifat menonjol pada diri ulama. Allaah Ta'ala berfirman tentang mereka:

 وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا 

Artinya:
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian."
(QS. Al Furqân : 67)

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.