Wednesday, March 11, 2020

Ajaran Leadership dalam Sholat Berjama'ah


Oleh: Ustadz Muhtarifin Sholeh.
Di mushola Nurul Huda, perumahan Gemah Permai, Semarang.

Assalamu'alaikum wa rahmatulah wa barakatuh.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Pafa hakekatnya, sholat itu menghadapkan hati (qalbu) dan jiwa (nafs) kita ke hadapan Allaah Ta'ala, fisik ini hanya mengikuti saja, makanya sholat itu harus khusyuk.

Khusyuk itu bebasnya hati, pikiran dan jiwa dari berbagai hal yang membuat lupa kepada Allaah Ta'ala. Apapun itu yang membuat kita lupa kepada Allaah Ta'ala, harus dibebaskan.

Di dalam sholat, ada simbol-simbol yang bermanfaat untuk kehidupan manusia agar lebih baik lagi, jika manusia tidak memahami simbol-simbol ini maka tidak bisa mengaplikasikannya di dalam kehidupan.

Simbol secara umum, bisa berupa tulisan, bisa berupa suara, bisa berupa gambar dan bisa berupa gerakan. Misal kita ingin menyampaikan tentang buku, maka kita tulis dengam huruf:
B + U + K + U
Atau...
B + O + O + K
Maka dengan simbol tulisan itu, orang-orang akan memahami maksud kita. Itu simbol.

Kita lihat gerakan sholat, setiap gerakan dalam sholat akan membentuk sudut-sudut tertentu, yang mana dalam 1 raka'at jika sudut-sudutnya dijumlahkan akan berjumlah 360°. Berikut detailnya:
Berdiri = 0°
Rukuk = 90°
I'tidal = 0°
Sujud = 135°
Duduk = 0°
Sujud = 135°
Totalnya adalah:
0° + 90° + 0° + 135° + 0° + 135° = 360°

360° adalah lingkaran, simbol yang bisa dimaknai bahwa kehidupan ini berputar, baik kondisinya cerita kehiupan manusia berputar dari cerita susah ke cerita bahagia, dari bahagia ke susah, dari masa anak-anak jadi remaja kemudian dewasa dan tua balik ke sifat anak-anak lagi, dan tererusnya.

Ataupun berputar gerakannya, berputar mengelilingi titik pusatnya masing-masing. Lihat Bumi, berputar pada porosnya (berotasi yang berakibat adanya siang dan malam) dan berputar menglilingi Matahari (berevolusi yang berakibat hitungan tahun). Itu di tata surya kita, ada banyak tata surya yang juga berputar mengelilingi pusatnya. Kumpulkan banyak tata surya disebur galaksi. Ada banyak galaksi, mereka juga berputar 360°.

Kemudian secara fisik, sholat menghadap ke Ka'bah. Ini akan membangun kebersamaan, kesepakatan, kerjasama yang mana akhirnya nanti akan membentuk lingkaran 360° juga. Akan terlihat jelas pada jama'ah haji atau umroh yang sholat, mereka sholat menghadap ke Ka'bah dari berbagai arah sehingga dari atas akan terlihat mereka membentuk lingkaran. Belum lagi jama'ah yang thowaf berputar 360° mengelilingi Ka'bah.

Ada banyak contoh perkara yang berputar melingkar yaitu misal pagi akan berganti siang, siang berganti sore, sore berganti malam dan malam akan berganti lagi ke pagi.

Berputar, semua akan kembali lagi ke titik awal.

Dari simbol gerakan sholat saja tergambarkan sebagian cerita kehidupan yang ada banyak hikmahnya. 1 raka'at adalah 360°, akan ada 17 raka'at sehari dalam sholat-sholat wajib, belum lagi ditambah dengan sholat-sholat sunnah.

Ini mengingatkan kita tentang pentingnya memanfaatkan waktu agar tidak terbuang percuma.

Di dalam Al Qur'an surat ke-29 Al-'Ankabuut : 45 dijelaskan sebagai berikut:

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

Artinya:
"Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan tegakkanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan munkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allaah (sholat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allaah mengetahui apa yang kamu kerjakan.".

Kita diperintahkan untuk membaca, memahami dan mempelajari Al Qur'an dan menegakkan sholat karena sholat itu akan mencegah kita dari melakukan perbuatan keji dan munkar.

Sholat seperti apa yang mampu membuat kita terhindar dari melakukan perbuatan keji dan munkar? Yaitu sholat ritual dan mengaktualkan sholat.

Sholat ritual itu sholat wajib 5 waktu dan sholat-sholat sunnah sebagaimana diteladankan oleh Rasulullaah Muhammad Saw.

Kemudian mengaktualkan sholat dalam kehidupan sehari-hari, maksudnya adalah mengamalkan nilai-nilai yang ada di dalam sholat, yang disimbolkan oleh gerakan sholat, oleh bacaan sholat dan seterusnya.

Contoh, wudlu itu syarat wajib sholat, wudlu itu salah satu simbol dari menjaga kebersihan, menghilangkan kotoran. Dalam kehidupan hendaknya kita menjaga kebersihan dlohir dan batin kita, bersihkan dlohir dan batin dari kotoran-kotoran. Kotoran dlohir misal sampah atau najis. Kotoran batin misal iri dengki, benci, dendam, sombong, melecehkan orang dan sebagainya. Bersihkan semua kotoran dlohir dan batin itu, jangan malah kita kotori diri kita dengan melanggengkan sifat dendam atau benci misal.

Itu yang disebut dengan menegakkan sholat. Kita diperintahkan untuk menegakkan sholat, tidak sekedar mengerjakan saja.

Jika kita baru mengerjakan sholat saja, maka kita tidak akan bisa mencegah perbuatan keji dan munkar, bahkan bisa jadi justru kita menjadi pelaku perbuatan keji dan munkar, meski kita sholat. Sholat kita tidak membawa efek jika kita tidak menegakkan sholat dalam kehidupan.

Ketika waktu sholat tiba, lakukan sholat ritual. Setelah selesai, aktualkan nilai-nilai sholat dalam kehidupan sampai datang waktu sholat yang berikutnya. Kemudian sholat ritual, setelah itu kita aktualkan nilai-nilai sholat sampai datang waktu sholat berikutnya. Begitu seterusnya, maka in syaa Allaah hidup kita bahagia dunia akhirat.

Setelah wudlu, sebelum sholat wajib untuk menetapkan niat. Niat itu perbuatan mewujudkan keinganan. Jadi niat sholat itu berarti kita ingin sholat, kemudian kita bergerak menuju tempat wudlu, ambil wudlu, kemudian menuju tempat untuk sholat dengan tenang. Itu niat sholat.

Niat ini memberikan pelajaran agar kita dalam kehidupan itu bersungguh-sungguh dalam mewujudkan keinginan, tidak sekedar berimpi saja tanpa mau berusaha maksimal tetapi setelah bermimpi maka berusaha mewujudkan impiannya. Dan usahakan dengan tenang, jangan terburu-buru, lakukam dengan membuat rencana sebelumnya.

Setelah niat, di awal sholat ada takbir. Takbir ini memberikan pelajaran bahwa kita mengakui bahwa Allaah Ta'ala Maha Besar, selain Allaah Ta'ala kecil tidak ada artinya dan sangat remeh dibandingkan dengan Allaah Ta'ala, sehingga kita makin mantab bersandar bergantung hanya Allaah Ta'ala saja. Manusia hanyalah perantara saja, sangat tidak layak dijadikan sandaran. Ini akan menjadikan kita tidak khawatir lagi menghadapi masalah-masalah dan tidak takut lagi.

Dengan memahami takbir ini, lalu mengaktualkan dalam kehidupan akan menjadikan kita lebih tawadlu, tidak sombong karena hanya Allaah Ta'ala yang berhak untuk sombong.

Sebagaimana dijelaskan di Al Qur'an surat ke-31 Luqman : 31 sebagai berikut:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Artinya:
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allaah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.".

Ayat di atas jelas melarang kita untuk sombong, selain Allaah Ta'ala tidak menyukainya, juga bertentangan dengan nilai-nilai takbir di dalam sholat. Kita mengakui keMahaBesaran Allaah Ta'ala, ini berarti kita mengakui diri kita remeh sekali, tidak mampu apa-apa di hadapan Allaah Ta'ala. Jika kita mengaku Allaah Ta'ala Maha Besar tapi kita sombong, rawan terkena sifat munafik.

Kemudian, setelah takbir, ada membaca Al Fatihah, surat pendek, rukuk dan seterusnya sampai sujud. Sujud ini juga simbol dari tawadlu, merendahkan nafsu kita, mengendalikan nafsu. Sujud itu meletakkan kepala di bawah, bisa dimaknai kita sebagai pemimpin tidak boleh sombong, tidak boleh kejam, tidak boleh sewenang-wenang, harus adil terhadap bawahannya, harus mengayomi, melindungi, menjaga dan membimbing mereka.

Selain itu, simbol "kepala" bisa dimaknai seseorang yang berada di posisi tinggi, tadi sudah dicontohkan pemimpin, selain itu bisa juara kejuaraan atau orang pandai, tetap meski juara berkali-kali, meski pandai jenius, tetap tidak boleh sombong.

Seorang pemimpin, seorang hartawan, seorang pedagang hebat, seorang juara, seorang ahli, seorang pakar harus mampu bersosialisasi ke bawahannya, ke sejawatnya dan ke atasannya lagi. Ke mana pun tetap tawadlu, orang kaya berkumpul dengan orang-orang miskin pun tidak masalah (malah membantu), orang pandai berkumpul dengan orang bodoh pun tidak masalah (malah mengajari mereka ilmu), orang juara berkumpul dengan yang tidak pernah juara pun tidak masalah (malah menyemangati agar terus berusaha) dan seorang juragan berkumpul dengan karyawan pun juga tidak masalah (malah bisa mendengarkan kesulitan mereka untuk kemudian dicarikan solusi).

Itu disimbolkan di dalam gerakan sholat, dalam 1 raka'at ada 2x kepala di atas (sewaktu takbiratul ikram dan i'tidal), 2x kepala di tengah (sewaktu rukuk dan duduk) dan 2x kepala di bawah (sewaktu rukuk). Baik posisi di atas, tengah ataupun di bawah seimbang jumlahnya, artinya kita hidup pun harus seimbang, harus adil.

Kerapian dalam rencana, bersungguh-sungguh, tawadlu, menghargai orang lain, kepedulian terhadap orang lain dan bersikap adil itu penting di dalam leadership (kepemimpinan).

Selain sujud, ada salam di akhir sholat yang juga mempunyai nilai-nilai leadership. Kalimat salam itu sebagai berikut:
"Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh".

Ada 3 hal, yaitu:
1. Salam. Kita berharap keselamatan.
2. Rahmat. Kita berharap kasih sayang.
3. Barokah. Kita beraharap manfaat dari kebaikan yang terus menerus.

Tiga hal itu setelah sholat harus diaktualkan, dilakukan, diwujudkan. Sebagai pribadi atau ssbagai pemimpin, kita harus mengupayakan agar semuanya selamat, kita harus berusaha menebarkan kasih sayang dan harua terus istiqomah melakukan kebaikan-kebaikan agar kita semua termasuk bawahan kita merasakan manfaatnya. Kita sebagai atas ingin sukses, maka bantu karyawan kita untuk sukses. Tidak bisa kita suskes sendirian tanpa bantuan orang lain.

Untuk bisa begitu, butuh ilmu. Amal tanpa ilmu, batal. Artinya tidak bisa beramal karena tidak punya ilmunya. Tidak bisa menjadi pemimpin yang baik, yang peduli kepada karyawannya, jika tidak punya ilmunya. Sebagaimana dijelaskan di Al Qur'an surat ke-9 At-Taubah : 122 sebagai berikut:

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Artinya:
"Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya.".

Di ayat ini ada kalimat "tafaqqohuu fiid diin", artinya memperdalam pengetahuan ilmu agama. Ini maksudnya semua ilmu. Jadi kalau ingin jadi pengusaha, maka perdalam ilmu bisnis yang baik. Kalau ingin jadi akuntan, perdalam ilmu akutansi. Kalau ingin jadi dokter, perdalam ilmu kedokteran. Kalau ingin membimbing karyawannya, perdalam ilmu psikologi. Kalau ingin jadi guru, perdalam ilmu mengajar. Dan sebagainya.

Dan yang terpenting lagi bagi pemimpin adalah mempunyai akhlaq yang baik. Ini utama karena ada banyak orang punya ilmu tapi akhlaq-nya jelek. Kurang bagus juga orang punya akhlaq bagus saja tapi tidak punya ilmu. Yang istimewa adalah orang punya ilmu dan akhlaq-nya baik.

Itu untuk pemimpin, untuk karyawan adalah wajib mengikuti pimpinan selagi perintah-perintahnya benar, tidak boleh mengikuti pemimpin jika perintah-perintahnya salah atau mencelakakan, karyawan wajib mengingatkan pemimpin jika pemimpin salah. Sebagaimana di dalam sholat, makmum wajib mengikuti imam tapi jika imam salah maka tidak wajib mengikutinya, wajib mengingatkan imam.

Hanya wajib taat dalam perkara kebaikan, tidak boleh taat dalam perkara keburukan, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullaah Muhammad Saw berikut:

لَا طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةٍ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ

Artinya:
“Tidak ada ketaatan di dalam maksiat, taat itu hanya dalam perkara yang ma’ruf.".
(HR Bukhari, no. 7257; Muslim, no. 1840).

Apa itu perkara ma'ruf?
Perkara yang ma’ruf didefinisikan oleh Syaikh As Sa’di:

المعروف: الإحسان والطاعة، وكل ما عرف في الشرع والعقل حسنه

Artinya:
“Al ma’ruf artinya perbuatan kebaikan dan perbuatan ketaatan dan semua yang diketahui baiknya oleh syariat dan oleh akal sehat."
(Tafsir As Sa’di, 1/194-196).

Seandainya kita diperintahkan oleh atasan kita untuk berbuat tidak baik, minum khamr misal, tidak boleh kita ikuti. Meski sedikit kita minum, tetap tidak boleh. Bukan soal kuantitas tapi ini soal taat pada Allaah Ta'ala lewat Rasulullaah Muhammad Saw.

Melakukan perkara yang dilarang oleh Allaah Ta'ala, itu sama saja bermaksiat meski sedikit.

Dan pemimpin harus memahami semua karyawannya, harus adil. Seperti ketika sholat, imam harus melihat kondisi makmumnya, kalau ada orang tua atau anak-anak, perhatikan mereka! Kalau mereka tidak kuat terlalu lama berdiri maka jangan sholat terlalu lama, kalau ada anak kecil menangis maka jangan terlalu lama.

Menjadi imam tidak boleh egois. Menjadi pemimpin pun sama, tidak boleh egois. Pemimpin juga harus bertaqwa, benar dan jujur. Sebenarnya ini berlaku juga untuk makmum atau karyawan, kalau hanya berjalan di satu sisi saja maka akan terjadi masalah nantinya.

Ada berbagai macam benar (shidiq), antara lain:
1. As shidqul qalb, benar hatinya.
2. As shidqul lisan, benar ucapannya.
3. As shidqul 'amal, benar perbuatannya.

Adalah baik sekali jika kira mampu ketiganya sekaligus, jadi antara hati kemudian lisan dan perbuatan itu sama benarnya.

Pemimpin yang mampu seperti di atas adalah pemimpin yang ideal, jama'ah atau karyawan harus mendukungnya, tapi namanya manusia tentu ada salah, kalau pemimpin melakukan kesalahan maka ingatkanlah dengan cara yang baik, seperti disimbolkan dalam sholat.

Ketika sholat, imam melakukan kesalahan maka makmum wajib mengingatkan dengan mengucapkan keras kalimat "Subhanallaah" (Maha Suci Allaah). Mengingatkannya dengan memuji Allaah Ta'ala, dengan cara halus tapi mengena di hati pikiran pemimpin. Tentu di sini dibutuhkan pemimpin yang peka terhadap kritikan jama'ah atau karyawan, dengan kepekaan hati pikiran maka begitu diingatkan akan menjadikan pemimpin sadar telah melakukan kesalahan.

Tujuan mengingatkan adalah membuat pemimpin sadar telah melakukan kesalahan, sehingga bisa diperbaiki. Setelah pemimpin sadar, dan memperbaiki kesalahannya maka jama'ah atau karyawan harus tetap mengikutinya. Itu jika kesalahannya tidak fatal.

Jika kesalahan pimpinan fatal, maka selayaknya pemimpin sadar diri dan mengakui dengan jujur bahwa dia melakukan kesalahan fatal dan lebih baik mundur untuk digantikan pemimpin lainnya. Tidak boleh menutupi kesalahan fatalnya, apalagi berdalih seolah-olah dia tidak salah, tidak boleh.

Lalu siapa yang akan menggantikannya?

Kita lihat di dalam sholat berjama'ah, ketika imam melakukan perbuatan yang membatalkan sholatnya maka dia harus mundur dan orang di belakang imam yang menggantikannya. Perlu diperhatikan bagi jama'ah sholat, kalau merasa diri tidak mampu menjadi imam sholat maka jangan berdiri di belakang imam, karena begitu imam batal sholatnya maka orang di belakang imam ini sadar dan maju menggantikannya.

Pelajaran yang bisa diambil, dalam memilih wakil pemimpin, harus dipilih yang setara dengan pimpinan tertinggi. Dan orang mencalonkan diri menjadi wakil, harus sadar bahwa dirinya mampu.

Semoga kita dimampukan untuk memahami semua hikmah di dalam sholat ritual dan dimampukan untuk mengaktualkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

“Subhaana kallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”

Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu."

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.