Sunday, March 15, 2020

Saja'atul Ma'arif (1) : Menuntut Ilmu & Menutup 'Aib



Oleh : Ustadz Muhammad Izzudin
Di mushola Nurul Huda, perumahan Gemah Permai, Semarang

Assalamu'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.

Bismillaah ar rahmaan ar rahiim.

Alhamdulillah kita dikaruniai kebaikan yang banyak oleh Allaah Ta'ala, salah satunya tadi sholat Isya' berjama'ah, pahalanya sama dengan pahala sholat sunnah setengah malam. Jika sholat Subuhnya berjama'ah juga maka pahalanya sama dengan pahala sholat sunnah semalam suntuk. Apalagi jika kita tambag dengan menuntut ilmu, pahalanya layaknya sholat sunnah 1.000 raka'at.

Malam ini kita akan membahas kitab Saja'atul Ma'arif, ini kitab tafsir Al Qur'an, istimewanya kisah-kisah di Al Qur'an bisa kita tiru di jaman sekarang. Jadi Al Qur'an itu berlaku sepanjang masa.

---------
BAB 1 :MENCARI ILMU

Ada nasehat ulama sebagai berikut:
"Carilah ilmu mulai dari ayunan sampai ke liang lahat".

Ilmu itu sangat penting, amal tanpa ilmu itu batal. Ini berlaku untuk perkara dunia dan akhirat.

Kemudian ada juga kaidah penting, yaitu:
"Jika kita ingin mencapai dunia dan akhirat, maka carilah ilmu".

Tanpa ilmu, kita akan kesusahan dalam hidup, dalam ibadah. Dengan ilmu, kita in syaa Allaah akan dikaruniai 3 hal yaitu:
1. Kebahagiaan di dunia
2. Kebahagiaan di akhirat
3. Selamat dari api neraka

Dengan ilmu, kita bisa sadar dan taubat nasuha. Manusia sering melakukan kesalahan, besar dan kecil dosa tetap saja perbuatan tidak taat kepada Allaah Ta'ala, harus segera taubat dan tidak mengulangi.

Satu hal penting:
Allaah Ta'ala Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang terucap atau tidak terucap, baik yang sudah terjadi atau yang belum terjadi.

Manusia tidak tahu kita kelak menjadi ahli surga atau neraka, ini hikmahnya agar kita selaku berusaha memperbaiki diri agar selalu lebih baik lagi.

Meski kita tahu kelak kita di mana, tapi Allaah Ta'ala mengkaruniakan tanda-tandanya, ada tanda-tanda seseorang ahli neraka atau ahli surga. Mematuhi Allaah Ta'ala lewat Rasulullaah Muhammad Saw, itu tanda-tanda ahli surga.

Untuk mematuhi Allaah Ta'ala lewat Rasulullaah Muhammad Saw, dibutuhkan ilmu. Tuntutlah ilmu dengan ulama, kemudian istiqomah dalam belajar. Jangan bosan dan jangan lupakah perbaiki akhlaq.

Setelah punya ilmu, harus diamalkan. Tidak boleh tidak diamalkan. Imam Ghozali berkata setan itu sering tidak melarang seseorang untuk belajar, tapi justru disuruh untuk terus belajar dan belajar saja, pokoknya belajar saja. Setan membisikkan dalil-dalil keutamaan ilmu. Tapi setan tidak membisikkan dalil-dalil keutamaan amal, maka orang akan lupa untuk beramal setelah punya ilmu.

Dengan ilmu, kita akan dipahamkan siapa Tuhan yang patut disembah sebagaimana di Al Qur'an surat ke-47 Muhammad : 19 dijelaskan sebagai berikut:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

Artinya:
"Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu.".

"Maka ketahuilah..." itu kalimat menunjukkan untuk tahu kita harus belajar, tanpa ilmu maka tidak paham siapa satu-satunya Tuhan, yang dengan pengetahuan akan Allaah Ta'ala maka kita akan sadar dosa-dosa kota.

Tidak ada yang terlewatkan oleh Allaah Ta'ala. Dengan ilmu, kita akan memahami bab-bab selanjutnya, hanya saja kita harus belajar kepada guru yang sanad ilmunya bersambung sampai ke Rasulullaah Muhammad Saw.

---------
BAB 2 : MENUTUP AIB

Rasulullaah Muhammad Saw bersabda sebagai berikut:
"Barang siapa menutup aib kaum muslim, maka Allaah Ta'ala akan menutup aib-nya di hari akhir".

Ini bermakna aib kita di akhirat akan diampuni jika kita menutupi aib orang lain terutama orang-orang Islam di dunia ini.

Setiap manusia itu punya aib, tidak ada yang tidak punya. Harusnya kita tidak punya waktu untuk memperhatikan aib orang lain, seharusnya kita memperhatikan aib diri sendiri. Hisab diri kita, jangan hisab orang lain.

Kelak yang pertama kali dihisab adalah sholat kita, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullaah Muhammad Saw.

Koreksi dulu sholat kita, teliti sah atau belum sholat kita, perhatikan rukun sholat, sunnah sholat, hal-hal yang membatalkan sholat dan seterusnya.

Jadi diri sendiri dulu diperbaiki, kita ingatkan sendiri, akan terlihat kita sudah melakukan banyak kesalahan selama hidup. Kalau ini kita lakukan, kita tidak akan sempat untuk memperhatikan aib orang lain.

Belum tentu kita lebih baik daripada orang lain, bisa jadi kita justru lebih jelek. Kita susah untuk menyadari salah-salah diri kita, dibutuhkan banyak perjuangan. Perbaiki diri sendiri dulu, baru kemudian ajak orang lain untuk menjadi lebih baik tapi ajak mereka dengan sabar dan tidak boleh memaksan. Tugas kita menyampaikan saja, bukan mengharuskan mereka untuk berubah, Allaah Ta'ala yang berhak menentukan.

Wassalamu 'alaikum wa rahmah wa barokatuh.


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

“Subhaana kallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”

Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu."

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.