Friday, March 20, 2020

Kedahsyatan Bacaan Sholat


Oleh: Ustadz Muhtarifin Sholeh.
Di mushola Nurul Huda, perumahan Gemah Permai, Semarang.


Assalamu'alaikum wa rahmatulah wa barakatuh.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Bacaan dalam sholat, semakin kita paham arti dan makna bacaan dalam sholat maka kita akan paham bacaan-bacaan sholat itu dahsyat.

---------
TAKBIRATUL IHRAM

Awal sholat ada bacaan takbir: Allaahu akbar (Allaah Maha Besar).

Ketika kita membaca "Allaahu akbar", itu bermakna kita mengakui bahwa Allaah Ta'ala satu-satunya yang maha segalanya, konsekuensinya adalah selain Allaah Ta'ala adalah tidak ada artinya (remeh). Hanya kepada Allaah Ta'ala saja kita bergantung, kita sandarkan semua kebutuhan dan keinginan kita serta harapan kita.

Selain Allaah Ta'ala itu hanya sebagai perantara (washilah) terjadinya sunnatullaah, washilah memang harus diperhatikan dan tidak boleh diabaikan sebagai alat sarana untuk menuju ketaatan kepada Allaah Ta'ala. Fokus kita adalah Allaah Ta'ala, bukan ke selainNya. Fokus kepada Allaah Ta'ala membuat kita bahagia, fokus kepada selain Allaah Ta'ala membuat kita susah sedih.

Jadi idealnya, setelah sholat kita mengaktualkan nilai-nilai yang terkandung di dalam sholat berikut bacaan-bacaannya. Di sholat kita membaca kalimat takbir, maka setelah sholat kita akan lebih taat pada Allaah Ta'ala.

Dalam 1 raka'at, ada 5x takbir. Sehari semalam di sholat wajib, ada 85x takbir. Belum lagi ditambah wirid setelah sholat baca takbir 33x, total sehari semalam ada tidak kurang dari 250x takbir. Itu sebenarnya bisa mengingatkan kita kalau kita lupa atau malas.

Di Al Qur'an surat ke-31 Luqmaan : 18 dijelaskan sebagai berikut:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Artinya:
"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allaah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.".

Seharusnya kita mengambil hikmah dari takbir kita di dalam sholat yaitu tidak boleh sombong dalam kehidupan karena kita seperti ini itu dikehendaki oleh Allaah Ta'ala, kita tidak bisa apa-apa hakikatnya. Tapi sering kali kita merasa sombong. Sombong ini berarti kita mengecilkan Allaah Ta'ala, kalau kita mengakui Allaah Ta'ala Maha Besar maka kita tidak lagi sombong.

---------
DO'A IFTITAH

Setelah takbiratul ihram, kita membaca do'a sunnah Iftitah. Ada 2 macam tapi berikut do'a Iftihah yang umum masyarakat baca:

اللهُ اَكْبَرُ كَبِرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلًا . اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْااَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ . اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ . لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ .

Kemudian bahasa latinnya adalah sebagai berikut.

“Allaahu akbaru Kabiraa Walhamdulillaahi Katsiiraa, Wa Subhaanallaahi Bukratan Wa’ashiilaa.

Innii Wajjahtu Wajhiya Lilladzii Fatharas Samaawaati Wal Ardla Haniifan Musliman Wamaa Anaa Minal Musyrikiin.

Inna Shalaatii Wa Nusukii Wa Mahyaaya Wa Mamaatii Lillaahi Rabbil ‘Aalamiina. Laa Syariikalahu Wa Bidzaalika Umirtu Wa Ana Minal Muslimiin.”

Lalu terjemahannya adalah sebagai berikut.

“Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah pada waktu pagi dan petang.

Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan atau dalam keadaan tunduk, dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan-Nya.

Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Semesta Alam, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dengan yang demikian itulah aku diperintahkan. Dan aku adalah termasuk orang-orang muslim (Orang-orang yang berserah diri).".

Do'a ini hukumnya sunnah, tidak termasuk wajib atau rukun sholat.

Ada kalimat sebagai berikut di do'a tersebut:
"Innii Wajjahtu Wajhiya Lilladzii Fatharas Samaawaati Wal Ardla Haniifan Musliman Wamaa Anaa Minal Musyrikiin.".

Artinya:
"Sesungguhnya aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi yang telah menciptakan langit dan bumi dengan segenap kepatuhan atau dalam keadaan tunduk, dan aku bukanlah dari golongan orang-orang yang menyekutukan-Nya.".

Ini suatu pengakuan yang luar biasa dari kita kepada Allaah Ta'ala, kita mengaku menghadapkan "wajah kita" kepada Allaah Ta'ala. Kata "wajah" ini bukan bermakna wajah fisik tapi wajah batin kita, seluruh sisi batin kita tertuju kepada Allaah Ta'ala. Hati tertuju kepada Allaah Ta'ala, pikiran tertuju kepada Allaah Ta'ala, dan seterusnya.

Sholat hakikatnya batin kita total tertuju kepada Allaah Ta'ala, fisik kita mengikuti saja.

Kita tertuju kepada Allaah Ta'ala itu karena kepatuhan kita, karena ketaatan kita kepada Allaah Ta'ala, yang mana itu berarti kita tidak termasuk orang-orang yang musyrik.

Sungguh pengakuan yang luar biasa!

Hal semacam ini didapat dengan mengusahakannya sejak jauh-jauh waktu sebelum sholat dimulai kita sudah tunduk patuh kepada Allaah Ta'ala, yaitu dengan melakukan syari'at dan lain-lain yang diajarkan oleh Rasulullaah Muhammad Saw. Ulama melakukan hal ini, mereka selalu menjaga waktu diantara waktu-waktu shokat untuk senantiasa beribadah, sehingga ketika mereka sholat akan khusyuk.

Dan kemudian, setelah sholat juga tetap tunduk patuh agar ketika sampai datang waktu sholat berikutnya kita mampu untuk benar-benar "menghadapkan wajah kita kepada Allaah Ta'ala". Hendaknya ini terus diusahakan setiap saat dengan rutin (istiqomah), agar sholat kita mampu mencegah kita dari perbuatan keji dan munkar.

Sekilas tentang sejarah do'a Iftitah sebagaimana dijelaskan di hadits riwayat Imam Muslim bahwa dahulu Rasulullaah Muhammad Saw tidak membaca do'a ini, suatu saat ketika sholat berjama'ah ada seorang sahabat yang setelah takbiratul ihram membaca suatu do'a dengan lantang sehingga suara beliau terdengar oleh Rasulullaah Muhammad Saw. Selesai sholat, Rasulullaah Muhammad Saw bertanya do'a apa yang sahabat itu baca, yang karena do'a itu pintu-pintu Surga terbuka.

Jadi do'a ini meski sunnah tapi sangat penting, disebutkan bisa menjadi sebab terbukanya pintu-pintu surga.

Do'a sebenarnya pengakuan penghambaan kita dan janji kita untuk selalu tunduk patuh kepada Allaah Ta'ala lewat Rasulullaah Muhammad Saw. Maka seharusnya kita membuktikan janji kita dengan berbuat terbaik selama hidup ini.

Kemudian di akhir do'a Iftitah ada kalimat seperti ini:
"Inna Shalaatii Wa Nusukii Wa Mahyaaya Wa Mamaatii Lillaahi Rabbil ‘Aalamiina. Laa Syariikalahu Wa Bidzaalika Umirtu Wa Ana Minal Muslimiin.".

Artinya:
"Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allaah Tuhan Semesta Alam, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dengan yang demikian itulah aku diperintahkan. Dan aku adalah termasuk orang-orang muslim (Orang-orang yang berserah diri).".

Ini selain juga janji-janji kita, juga merupakan kepasrahan total kepada Allaah Ta'ala dan kepada Rasulullaah Muhammad Saw yang telah memerintahkan kita untuk sholat dan sebagainya.

Selain rangkaian kalimat do'a Iftitah di atas, di dalam hadits riwayat Muslim dijelaskan do'a Iftitah lainnya sebagai berikut:

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي، وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Artinya:
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang Maha Pencipta langit dan bumi sebagai muslim yang ikhlas dan aku bukan termasuk orang yang musyrik. Sesungguhnya sholatku, sembelihanku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allaah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Oleh karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan aku termasuk orang yang aku berserah diri. Ya Allaah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci Engkau dan Maha Terpuji. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah mendlalimi diriku sendiri dan akui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Tunjukilah aku akhlak yang paling terbaik. Tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Aka aku patuhi segala perintah-Mu, dan akan aku tolong agama-Mu. Segala kebaikan berada di tangan-Mu. Sedangkan keburukan tidak datang dari Mu. Orang yang tidak tersesat hanyalah orang yang Engkau beri petunjuk. Aku berpegang teguh dengan-Mu dan kepada-Mu. Tidak ada keberhasilan dan jalan keluar kecuali dari Mu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampunan dariMu dan aku bertobat kepadaMu”.
(HR. Muslim 2/185 – 186)

---------
AL FATIHAH

Surat ini hukumnya wajib dibaca di dalam sholat, detail bacaan dan artinya sebagai berikut:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ


Surat Al Fatihah Latin"
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahi rabbil alamin,
Arrahmaanirrahiim
Maaliki yaumiddiin,
Iyyaka nabudu waiyyaaka nastaiin,
Ihdinashirratal mustaqim,
Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi alaihim waladhaalin,

Artinya:
"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".
"Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".
"Maha Pemurah lagi Maha Penyayang".
"Yang menguasai di Hari Pembalasan".
"Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan".
"Tunjukilah kami jalan yang lurus",
"(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat

Sangat dianjurkan agar kita hafal terjemahan dari Al Qur'an surat Al Fatihah ini, agar kita lebih memahami artinya untuk kemudian bisa kita resapi makna yang terkandung di dalamnya.

Di sebuah hadits Qudsi tentang Al Fatihah, sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang shalat lalu tidak membaca Ummul Qur’an (yaitu Al Fatihah), maka shalatnya kurang (tidak sah) -beliau mengulanginya tiga kali-, maksudnya tidak sempurna.”
Maka dikatakan pada Abu Hurairah bahwa kami shalat di belakang imam.
Abu Hurairah berkata, “Bacalah Al Fatihah untuk diri kalian sendiri karena aku mendengar Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Allaah Ta’ala berfirman: Aku membagi shalat (maksudnya: Al Fatihah) menjadi dua bagian, yaitu antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil ‘alamin (segala puji hanya milik Allaah)’, Allaah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah memuji-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘ar rahmanir rahiim (Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang)’, Allaah Ta’ala berfirman: Hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘maaliki yaumiddiin (Yang Menguasai hari pembalasan)’, Allaah berfirman: Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku. Beliau berkata sesekali: Hamba-Ku telah memberi kuasa penuh pada-Ku. Jika ia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada-Mu kami menyebah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan)’, Allaah berfirman: Ini antara-Ku dan hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia mengucapkan ‘ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta ‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’ (tunjukkanlah pada kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang yang dimurkai dan bukan jalan orang yang sesat), Allah berfirman: Ini untuk hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang ia minta.”.
(HR. Muslim no. 395).

Dijelaskan bahwa separuh awal dari surat Al Fatihah adalah untuk Allaah Ta'ala (memuji Allaah Ta'ala) dan separuh sisanya untuk manusia (do'a kita). Batasnya adalah kalimat "Iyyaka nabudu waiyyaaka nastaiin (Hanya Engkaulah yang kami sembah)", sebelum kalimat ini, adalah untuk Allaah Ta'ala dan setelahnya itu untuk manusia.

Di surat ini dijelaskan tentang Shirotol Mustaqim (jalan yang lurus), siapa orang yang berjalan di shirotol mustaqim? Mereka adalah orang-orang yang dikaruniai nikmat oleh Allaah Ta'ala untuk beribadah, mereka bukan orang-orang yang dimurkai oleh Allaah Ta'ala dan bukan pula yang sesat. Do'a orang-orang yang dikaruniai nikmat ini dikabulkan oleh Allaah Ta'ala.

---------
SURAT AL IHLAS

Setelah membaca Al Fatihah, disunnahkan membaca surat Al Qur'an lainnya. Misalnya surat Al Ihlas. Kata "ihlas" itu artinya murni, suci, memisahkan diri dari kejelekan. Surat Al Ihlas ini adalah surat yang membahas Tuhan yang asli, Tuhan yang murni, yang haq.

Murni ini maksudnya bebas dari keterikatan kepada selain Allaah Ta'ala dalam setiap perkara.

---------
RUKUK

Setelah itu kemudian rukuk, ada beberapa macam do'a disaat rukuk, salah satunya adalah berikut:

سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ

Artinya:
“SUBHANAA ROBBIYAL ‘ADLIMI WA BI HAMDIH (artinya: Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan pujian untuk-Nya).” Ini dibaca tiga kali.".

(HR. Abu Daud, no. 870. Al-Hafidl Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shohih. Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ad-Daruquthni, Ahmad, Ath-Thabrani, dan Al-Baihaqi).

Do'a ini kita mengakui dan memuji bahwa Allaah Ta'ala itu Maha Suci, untuk benar-benar mengaku dari segenap jiwa raga maka kita harus mengendalikan hawa nafsu kita, membersihkan diri dari berbagai perbuatan yang buruk dan menghias diri dengan berbagai amal ibadah.

Do'a rukuk ini pun dalam sehari dalam sholat wajib setidaknya 68x, bisa menjadi pengingat kita jika kita khilaf. Makin sering sholat, makin sering kita diingatkan. Jadi jangan sekedar dibaca saja tapi dipahami arti dan maknanya.

Di dalam Al Qur'an surat ke-4 An-Nisaa : 43 dijelaskan sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا

Artinya:
"Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati sholat, ketika kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula (kamu hampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali sekadar melewati untuk jalan saja, sebelum kamu mandi (mandi junub). Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh, Allaah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.".

Di ayat ini dilarang sholat bagi mereka yang sedang mabuk khamr karena orang yang mabuk itu hilang akal sehatnya, orang yang akalnya sehatnya hilang tidak boleh sholat. Sholat itu hanya boleh dilakukan bagi orang-orang yang sadar, tidak mabuk juga tidak pingsan. Mengapa? Karena jika kesadaran hilang, akal sehat hilang, kita tidak akan paham bacaan-bacaan sholat kita, rukun sholat jadi kacau dan seterusnya. Boleh sholeh ketika sudah sadar dan memahami bacaan-bacaan sholat.

Ini hikmahnya adalah kita diperintahkan untuk memahami bacaan-bacaan sholat, tidak sekedar mengerti terjemahannya saja tapi memahami maknanya.

Berikut ada do'a rukuk lainnya dari sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata sebagai berikut:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ فِى رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ « سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى » يَتَأَوَّلُ الْقُرْآنَ

Artinya:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammemperbanyak membaca ketika rukuk dan sujud bacaan, “SUBHANAKALLAHUMMA ROBBANAA WA BIHAMDIKA, ALLAHUMMAGHFIR-LII (artinya: Maha Suci Engkau Ya Allaah, Rabb kami, pujian untuk-Mu, ampunilah aku)”. Beliau menerangkan maksud dari ayat Al Qur'an dengan bacaan tersebut.”.
(HR. Bukhari, no. 817 dan Muslim, no. 484).".

Do'a rukuk ini juga kita mengaku bahwa Allaah Ta'ala Maha Suci, kemudian kita memuji Allaah Ta'ala dan kita memohon ampunan atas dosa-dosa kita. Pengakuan yang disertai dengan ketawadluan dan kesadaran akan terbawa ke kehidupan sehari-hari, yang ini akan terbawa ke sholat kita juga.

---------
I'TIDAL

Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Rasulullaah Muhammad shallallahu’ alaihi wasallam bersabda:

إِنّما جُعل الإِمام ليؤتمّ به، فإِذا كبّر فكبِّروا، وإِذا سجد فاسجدوا، وإِذا رفع فارفعوا، وإِذا قال: سمع الله لمن حمده، فقولوا: ربّنا ولك الحمد، وإِذا صلّى قاعداً فصلّوا قعوداً أجمعُون

Artinaya:
“Sesungguhnya imam itu diangkat untuk diikuti. Jika ia bertakbir maka bertakbirlah. Jika ia sujud maka sujudlah. Jika ia bangun (dari rukuk atau sujud) maka bangunlah. Jika ia mengucapkan: sami’allahu liman hamidah (Allaah Mendengar orang yang memujiNya), Maka ucapkanlah: rabbana walakal hamdu (Ya Tuhan kami, segala puji bagiMu). Jika ia sholat duduk maka sholatlah kalian sambil duduk semuanya”.
(HR. Bukhari no. 361, Muslim no. 411).

Dalam hadits ini disebutkan dua bacaan yaitu tasmi’ (sami’allahu liman hamidah) dan tahmid (rabbana walakal hamdu). Di sini ulama berselisih pendapat mengenai hukum tasmi’ dan tahmid menjadi 2 pendapat

Pendapat pertama:
Ulama Hanbali berpendapat bahwa tasmi’ dan tahmid hukumnya wajib bagi imam dan wajib bagi orang yang sholat munfarid. Namun bagi makmum hanya wajib tahmid saja.

Pendapat kedua:
Jumhur ulama berpendapat bahwa tasmi’ dan tahmid hukumnya sunnah. Namun mereka berbeda pendapat mengenai rinciannya:

Ulama Malikiyah dan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa imam hanya disunnahkan membaca tasmi’ dan tidak perlu membaca tahmid. Sedangkan makmum disunnahkan membaca tahmid saja dan tidak perlu membaca tasmi’. Sedangkan sholat munfarid disunnahkan membaca keduanya.

Abu Yusuf Al Hanafi dan juga satu riwayat pendapat dari Abu Hanifah, mengatakan imam sholat jama'ah dan orang yang sholat munfarid disunnahkan membaca tasmi’ dan tahmid sekaligus. Dan makmum hanya disunnahkan membaca tasmi’ saja.

Ulama Syafi’iyyah berpendapat bahwa imam, makmum dan orang yang sholat munfarid disunnahkan membaca tasmi’ dan tahmid.

Selain kalimat tahmid tadi, disunnahkan membaca do'a setelah membaca tahmid seperti hadits berikut dari Rifa’ah bin Rafi radhiallahu’anhu:

كنَّا يومًا نُصلِّي وراءَ النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم، فلمَّا رفَع رأسَه من الرَّكعةِ، قال: سمِعَ اللهُ لِمَن حمِدَه، قال رجلٌ وراءَه: ربَّنا ولك الحمدُ حمدًا كثيرًا طيِّبًا مبارَكًا فيه، فلمَّا انصرَف، قال: مَنِ المتكلِّمُ؟ قال: أنا، قال: رأيتُ بِضعَةً وثلاثينَ مَلَكًا يبتَدِرونها، أيُّهم يكتبُها أولُ

Artinya:
“Kami dahulu shalat bermakmum kepada Nabi shallallahu’ alaihi wasallam. Ketika beliau mengangkat kepada dari rukuk, beliau mengucapkan: sami’allahu liman hamidah. Kemudian orang yang ada di belakang beliau mengucapkan: robbanaa walakal hamdu, hamdan katsiiron mubaarokan fiihi (segala puji hanya bagiMu yaa Rabb. Pujian yang banyak, yang baik lagi penuh keberkahan). Ketika selesai shalat, Nabi bertanya: ‘Siapa yang mengucapkan doa tadi?’ Lelaki tadi menjawab: ‘Saya’. Nabi bersabda: ‘Aku tadi melihat tiga puluh lebih malaikat berebut untuk saling berusaha terlebih dahulu menulis amalan tersebut’.”.
(HR. Bukhari no. 799).

Sekali lagi, do'a tasmi' lalu tahmid dan do'a setelah tahmid (yaitu hamdan katsiiron mubaarokan fiihi, artinya pujian yang banyak, yang baik lagi penuh keberkahan) ini pun memuji Allaah Ta'ala, ini berarti kita mengaku bahwa Allaah Ta'ala satu-satunya Tuhan yang berhak dipuji.

Kemudian berikut ini do'a tambahan lain setelah tahmid, dari Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu’anhu, ia berkata:

كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم، إذا رفَعَ ظهرَه مِن الرُّكوعِ، قال: سمِعَ اللهُ لِمَن حمِدَه، اللهمَّ ربَّنا لك الحمدُ، مِلْءَ السَّمواتِ، ومِلْءَ الأرضِ، ومِلْءَ ما شِئتَ مِن شيءٍ بعدُ

Artinya:
“Biasanya Rasulullah shallallahu’ alaihi wasallam jika mengangkat punggungnya dari rukuk beliau mengucapkan: sami’allohu liman hamidah allohumma robbanaa lakal hamdu mil-as samaawaati wa mil-al ardhi wa mil-a maa syi’ta min syai-in ba’du (Allaah mendengar orang yang memuji-Nya. Ya Allaah segala puji bagi-Mu, pujian sepenuh langit, sepenuh bumi, sepenuh apa yang Engkau inginkan lebih dari itu semua)”.
(HR. Muslim no. 476).

---------
SUJUD

Ada disunnahkan banyak macam bacaan do'a sujud, berikut yang paling sering dibaca:
"subhaana rabbiyal a’la
(Maha Suci Allaah Tuhanku Yang Maha Tinggi)

Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, beliau berkata:

فكان يقولُ في سُجودِه: سُبحانَ ربِّيَ الأعلى، قال: ثم رفَعَ رأسَه

Artinya:
“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya mengucapkan: subhaana rabbiyal a’la. kemudian mengangkat kepalanya (untuk duduk).”.
(HR. Ahmad no. 3514)

Ulama Hanafiyah membaca do'a di atas 3x atau lebih untuk orang yang sholat munfarid (tidak boleh kurang dari 3x) sedang untuk imam sholat jama'ah jangan lebih dari 3x agar makmum tidak terlalu lama.

Ulama Syafi'iyah dan Malikiyah membaca seperti di atas hanya ditambah "wabihamdih", bagi orang yang sholat munfarid membaca boleh lebih dari 3x menurut ulama Malikiyah, sedang ulama Syafi'iyah orang yang sholat munfarid boleh membaca 1x atau 3x, 5x, 7x, 9x atau 11x. Untuk imam sholat jama'ah, baik ulama Maliki atau Syafi'iyah tidak lebih dari 3x agar tidak memberatkan jama'ah.

Ulama Hanafiyah membaca seperti hadits di atas tanpa tambahan "wabihamdih" hanya 1x.

Berikut do'a lain ketika sujud, di dalam kitab Shohih Bukhari disebutkan lafadl sujud yang disamakan dengan lafadz ruku', yaitu :

كَانَ النَّبِيُّ  يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Artinya:
"Nabi SAW pada saat rukuk dan sujud membaca : Subhanakallaahumma robbanaa wabihamdikallaahummagh firlii (Maha Suci Engkau Ya Allah, segala pujian untuk-Mu, ampunilah Aku)."
(HR. Bukhari)

Do'a-do'a sujud pun memuji Allaah Ta'ala sebagaimama do'a-do'a di semua gerakan sebelumnya. Ini pun juga diulang-ulang, sehari semalam akan ada banyak pengulangan.

Di do'a sujud "subhaana rabbiyal a’la wabihamdih" (Maha Suci Allaah Tuhanku Yang Maha Tinggi, dan bagiNya segala Pujian) ketika kita meletakkan kepala kita di lantai, kita mengaku bahwa Allaah Ta'ala itu Mah Tinggi. Ini bermakna kita harus merendahkan hawa nafsu kita, ego, harus selalu tawadlu' kepada siapa saja.

Subhana rabbi (Maha Suci Tuhanku), kita mengaku Allaah Ta'ala Maha Suci, sedangkan kita tidak suci, kita banyak dosa, kita sering lalai, malas dan seterusnya. Di hadapan Allaah Ta'ala, kita harus seperti itu, merendahkan diri, mengaku banyak dosa dengan kesadaran total.

Rabbial a'al (Tuhanku Yang Maha Tinggi), kita mengaku Allaah Ta'ala Maha Tinggi sedang kita sangat rendah, pangkat jabatan kedudukan di dunia yang bangga-banggakan tidak ada artinya di hadapan Allaah Ta'ala kalau tidak digunakan untuk ibadah. Kita kaya raya pun tidak ada artinya di hadapan Allaah Ta'ala karena Allaah Ta'ala Maha Kaya.

Wabihamdih (dan segala pujian hanya kepada Allaah), yang pantas dipuji itu hanya Allaah Ta'ala, kita tidak pantas karena secara hakikat semua ini bukan milik kita, kita dikatakan baik itu karena dikehendaki Allaah Ta'ala untuk menjadi orang baik, pujian itu hanya kepada Allaah Ta'ala.

Rasulullaah Muhammad Saw mengajarkan kita untuk selalu memuji Allaah Ta'ala di dalam semua kondisi, dari 'Aisyah radhiyallahu anhuma, Rasulullaah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat (mendapatkan) sesuatu yang dia sukai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

[Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat]. Segala puji hanya milik Allahyang dengan segala nikmatnya segala kebaikan menjadi sempurna.’ Dan ketika beliau mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan,

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ

"[Alhamdulillah 'ala kulli hal]. Segala puji hanya milik Allaah atas setiap keadaan".
(HR. Ibnu Majah)

Seharusnya kita tidak mencari pujian makhluq, karena itu remeh dan bisa melupakan kita kepada Allaah Ta'ala. Lakukan sebaik mungkin, serela mungkin, selembut mungkin dan seterusnya diniati meneladani Rasulullaah Muhammad Saw lewat ulama. Manusia mau memuji atau mencaci itu jangan dijadikan tujuan, tujuan kita adalah Allaah Ta'ala.

Kalau kita pemimpin dari banyak orang, dengarkan keluhan mereka, lihat kesulitan bawahan kita, nasehati mereka jika mereka salah, kasih mereka semangat kerja, bantu mereka, senangkan mereka.

Kalau kita orang kaya, lihat kesulitan orang-orang faqir miskin, lihat mereka butuh apa, dengarkan keluhan mereka, bantu mereka, mudahkan urusan-urusan mereka dan seterusnya.

Kalau kita orang berilmu ('alim), ajari orang lain yang kesulitan dalam memahami sesuatu, nasehati mereka jika mereka belum tahu atau melakukan kesalahan, tuntun mereka dengan kesabaran, mudahkan mereka.

Sejahtera itu jangan sendirian, ajak orang lain untuk sejahtera. Kaya itu jangan sendirian, ajak orang lain untuk menjadi kaya. Bahagia itu jangan sendirian, ajak orang lain untuk juga bahagia. Pandai itu jangan sendirian, ajak orang lain untuk menjadi pandai. Ini diantara banyak hikmah sujud.

---------
DUDUK DIANTARA 2 SUJUD

Dalam hadits Ibnu ‘Abbas disebutkan do’a duduk antara dua sujud yang dibaca oleh Rasulullaah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,

رَبِّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَاجْبُرْنِي ، وَارْفَعْنِي ، وَارْزُقْنِي ، وَاهْدِنِي

Artinya:
“ROBBIGHFIRLII WARHAMNII, WAJBURNII, WARFA’NII, WARZUQNII, WAHDINII (artinya: Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, perbaikilah keadaanku, tinggikanlah derajatku, berilah rezeki dan petunjuk untukku).”.
(HR. Ahmad, 1:371. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa haditsnya hasan).

Sebagian ulama menambahi do'a setelahnya yaitu "WA 'AAFINI WA FU'ANII" (berilah aku afiyat dan maafkanlah aku).

Bacaan duduk diantara 2 rukuk pun do'a, layaknya orang yang meminta pertolongan itu memahami apa yang diucapkan, maka ketahuilah artinya lalu pahami maknanya agar kita lebih khusyu'.

Kita menyadari kita tidak berdaya, tidak memiliki kekuatan kecuali atas kehendak Allaah Ta'ala saja.

---------
TAKHIYAT

Berikut do'a takhiyat awal:

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ , أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ ,

Artinya:
"Segala kehormatan, dan keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan itu punya Allaah. keselamatan atas engkau wahai nabi Muhammad, demikian pula rahmat engkau dan berkahnya. keselamatan dicurahkan pula untuk kami dan atas seluruh hamba Allaah yang sholeh-sholeh. aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allaah. dan aku bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allaah. ya Alllaah! Limpahilah rahmatmu kepada nabi Muhammad.”.

Untuk takhiyat akhir, bacaan do'anya sama seperti takhiyat awal hanya ditambah dengan kalimat sebagai berikut:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Artinya:
"Ya Allaah, semoga sholawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Seperti rahmat yang tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Seperti berkah yang Engkau berikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia di seluruh alam."

Di bacaan do'a takhiyat awal ada kalimat yang artinya:
"...Keselamatan dicurahkan pula untuk kami dan atas seluruh hamba Allaah yang sholeh-sholeh...".

Betapa enaknya menjadi orang yang sholeh sholehah, dido'akan oleh orang-orang hampir sebumi. Oleh sebab itu, berusahalah menjadi sholeh dan sholehah.

---------
SALAM

Berikut hadits dari Ibnu Umar radhiallahu’anhu, dari Wasi’ bin Hibban ia berkata:

قلتُ لابنِ عمرَ : أخبِرني عن صلاةِ رسولِ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليْهِ وسلَّمَ كيفَ كانت ؟ قالَ : فذَكرَ التَّكبيرَ – قالَ : – يعني – وذَكرَ السَّلامُ عليكُم ورحمةُ اللَّهِ عن يمينِهِ السَّلامُ عليكم عن يسارِه

Artinya:
“Aku berkata kepada Ibnu Umar: kabarkan kepadaku bagaimana cara shalat Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Maka Ibnu Umar menceritakan tentang takbir, lalu beliau menceritakan tentang salam. Beliau menyebutkan bahwa salam Nabi adalah assalamu’alaikum warahmatullah ke kanan dan assalamu’alaikum ke kiri”.
(HR. An Nasai no. 1320)

Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

“Subhaana kallaahumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika”

Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu."

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.