Monday, March 30, 2020

Nyadran dalam Pandangan Islam



Oleh: Ustadz Muhtarifin Sholeh.
Di mushola Nurul Huda, perumahan Gemah Permai, Sendang Guwo, Semarang.

Assalamu'alaikum wa rahmatulah wa barakatuh.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Sebelumnya kita lihat di alam Al Qur'an surat ke- 67 Al Mulk : 1 dijelaskan ssbagai berikut:

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya:
"Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu..."

Kemudian dilanjutkan ayat berikutnya sebagai berikut:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Artinya:
"..yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun."

Kedua ayat awal dari surat Al Mulk (kerajaan) ini memberikan pelajaran-pelajaran sebagai berikut:

1. Allaah Ta'ala itu Maha Menguasai semua yang ada di langit, di bumi dan di akhirat. Allaah Ta'ala Maha Tinggi kekuasaanNya juga Maha Agung kebaikanNya atas segala sesuatu sehingga tidak ada yang mampu menolong mereka yang dibinasakanNya dan mereka yang ditolongNya.

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullaah Muhammad Saw bersabda:
“Sesungguhnya ada satu surah dalam Al-quran yang memiliki 30 ayat. Dia dapat menolong pembacanya agar diampuni (Allaah Ta'ala), yaitu {Tabaarakalladzi biyadihil mulku}."

Tidak sesuatu apapun yang mampu melemahkanNya.

2. Allaah Ta'ala yang menciptakan Al Maut (yaitu terpisahnya ruh dan jasad) dan Al Hayat (yaitu terhubungnya ruh dan jasad), yang dengan keduanya ini kita diuji oleh Allaah Ta'ala dengan berbagai macam kejadian alam, sehingga akan tampak jelas (bagi manusia) siapa orang-orang yang taat kepada Allaah Ta'ala dan siapa orang-orang yang ingkar.

Mereka yang taat kepada Allaah Ta'ala akan dikaruniai pahala baik di dunia, di Barzah dan di akhirat, begitu juga mereka yang mengingkari Allaah Ta'ala akan dikaruniai hukuman di dunia, di Barzah dan di akhirat.

Semua itu tidak susah bagi Allaah Ta'ala, termasuk mengampuni orang-orang yang mengingkariNya, sungguh Allaah Ta'ala Maha Pengampun.

Perlu kita tanamkan lebih kuat bahwa hidup dan mati ini sepenuhnya di tangan Allaah Ta'ala, Allaah Ta'ala yang menentukan kita hidup bagaimana dan kita mati seperti apa, jadi mati itu bukan bergantung kepada penyakit (Coronavirus misal) tapi bergantung kepada Allaah Ta'ala semata.

Lalu apa itu nyadran?
Bulan ini adalah bulan Sya'ban yang dalam Jawa disebut bulan Ruwah, ada kebiasaan di Jawa khususnya dan Indonesia umumnya kalau menjelang Ramadlan ada tradisi ziarah qubur atau dikenal dengan istilah nyadran.

Ada yang berpendapat bahwa nyadran ini akulturasi budaya Islam dan Jawa. Akulturasi adalah proses percampuran dua atau lebih kebudayaan yang berbeda, sehingga akan menghasilkan sesuatu yang baru tanpa merubah masing-masing budaya atau asimilasi. Nyadran itu acara tahunan.

Tujuan nyadran ini selain mengungkapkan rasa syukur kepada Allaah Ta'ala juga mengenang kebaikan-kebaikan ahli qubur yang diziarahi untuk dijadikan teladan.

Sedangkan kata nyadran ini ada banyak versi, antara lain:

1. Berasal dari bahasa Sansakerta yaitu dari kata sraddha (keyakinan). Jadi dulu di Jawa ada yang disebut Panca Sraddha (5 keyakinan) yaitu:
- Brahman (Widhi Tatwa) yaitu keyakinan kepada Tuhan.
- Atman (Atma Tatwa) yaitu keyakinan kepada atman.
- Karmaphala (Karmaphala Tatwa) yaitu keyakinan kepada hukum sebab akibat atau karma.
- Punarbhawa yaitu keyakinan terhadap kelahiran kembali
- Moksha yaitu keyakinan bersatunya atman dengan brahman.

2. Berasal dari bahasa Sansakerta juga, yaitu dari kata sudra (masyarakat biasa). Jadi kata "nyadran" ini dalam bahasa Jawa adalah kata kerja, kata dasarnya adalah sadran. Sadran ini dimaksudkan semua orang termasuk kalangan bangsawan ataupun ulama berkumpul bersama masyarakat umum di suatu tempat dan mendo'akan mereka yang sudah meninggal.

Ketika nyadran, ada kegiatan bersih komplek pemakaman leluhur, ada kegiatan tabur bunga, ada kegiatan mendo'akan leluhur, ada maudloh hasanah oleh ulama dan diakhiri dengan makan minum jamuan.

Jadi nyadran ini sejatinya adalah ziarah qubur pada intinya, sebagaimana diketahui bahwa ziarah qubur adalah sunnah yang dulu pernah dilarang oleh Rasulullaah Muhammad Saw karena masih dikhawatirkan umat jaman itu terjerumus ke syirik, Jaman jahiliyah, orang-orang ziarah qubur itu banyak yang syirik seperti meminta kepada ahli qubur, terlalu memuja kuburan dan seterusnya, itu sebabnya dulu dilarang.

Tapi kemudian dalam perkembangannya, setelah iman mereka dirasa kuat oleh Rasulullaah Muhammad Saw maka ziarah qubur dianjurkan sebagai salah satu kegiatan yang mengingatkan kita akan kematian.

قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ : نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ اْلقُبُوْرِ فَزُوْرُوْهَا

Artinya:
"Rasulallah Saw bersabda: Dahulu aku telah melarang kalian berziarah ke kubur. Namun sekarang, berziarahlah kalian ke sana."
(HR. Muslim)

Selain ziarah qubur itu mengingatkan kita akan kematian (yang dimaksudkan agar kita memperbaiki amal ibadah, lebih beriman agar dikaruniai husnul khotimah), ziarah qubur itu juga mengingatkan kita kepada Allaah Ta'ala dan Rasulullaah Muhammad Saw, serta ziarah qubur mengajar hikmah agar mendo'akan leluhur kita.

Dalam hadits yang lain yang diriwayatkan oleh Sulaiman bin Buraidah dijelaskan saat ziarah qubur, ucapkan sebagai berikut:

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ

ASSALAMU ’ALAIKUM AHLAD-DIYAAR MINAL MU’MINIIN WAL MUSLIM, WA INNA INSYAA ALLOOHU BIKUM LA-LAAHIQUUN, WA AS-ALULLOOHA LANAA WALAKUMUL ‘AAFIYAH.

Artinya:
“Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari (golongan) orang-orang beriman dan orang-orang Islam. Kami insya Allaah akan menyusul kalian, saya meminta keselamatan untuk kami dan kalian.”

Selain berdo'a di atas, juga jangan terlalu sedih berlebihan di pemakaman, jangan menangis berlebihan sehingga melupakan bahwa semua ini adalah taqdir Allaah Ta'ala. Dalam sebuah hadits, Rasulullaah Muhammad Saw menegur seorang wanita yang menangis di pemakaman, sebagai berikut:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ مَرَّ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِامْرَأَةٍ عِنْدَ قَبْرٍ وَهِيَ تَبْكِى فَقَالَ اتَّقِى اللهَ وَاصْبِيِى

Artinya:
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, dia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati seorang wanita di dekat sebuah kuburan dan dia sedang menangis, maka beliau bersabda, ‘Bertaqwalah kepada Allaah dan sabarlah (wahai wanita)!”.
(HR. Bukhari, no. 1252).

Tentang hadits ini, Imam Al Qurthubi rahimahullah menjelaskan, "Yang dlahir bahwa dalam tangisan wanita itu ada sesuatu yang lebih dari sekadar tangisan biasa, seperti niyahah (meratapi mayat, tidak menerima atas taqdir Allaah Ta'ala dengan meninggalnya orang yang di-ziarah-i) atau semacamnya. Oleh karena itu, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya agar bertaqwa.”

Niyahah termasuk larangan bahkan dosa besar, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Malik Al Asy’ari radhiyallahu ’anhu bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

« أَرْبَعٌ فِى أُمَّتِى مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِى الأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِى الأَنْسَابِ وَالاِسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ ». وَقَالَ النَّائِحَةُ إِذَا لَمْ تَتُبْ قَبْلَ مَوْتِهَا تُقَامُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَعَلَيْهَا سِرْبَالٌ مِنْ قَطِرَانٍ وَدِرْعٌ مِنْ جَرَبٍ

“Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyah yang susah untuk ditinggalkan: (1) membangga-banggakan kebesaran leluhur, (2) mencela keturunan, (3) mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu, dan (4) meratapi mayit (niyahah)”. Lalu beliau bersabda, “Orang yang melakukan niyahah bila mati sebelum ia bertaubat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal”.
(HR. Muslim no. 934).

Ulama besar Al Imam Syafi’i rahimahullah berkata, “Mengenai orang yang melakukan niyahah jika tidak bertaubat sampai dia meninggal seperti yang disebutkan sampai akhir hadits di atas menunjukkan bahwa haramnya perbuatan niyahah dan hal ini telah disepakati. Hadits ini menunjukkan diterimanya taubat jika taubat tersebut dilakukan sebelum meninggal (nyawa di kerongkongan).”.
(Syarh Muslim, 6: 235)

Jauhi niyahah, sedih boleh tapi jangan sampai meratapi kematian seseorang. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan agar bertaqwa ketika ditinggal meninggal saudaranya atau keluarganya atau lainnya. Bertaqwa ini maksudnya bersabar.

Bersabar itu seperti apa?
Rasulullaah Muhammad Saw menjelaskan bahwa sabar itu adalah reaksi kita pertama kali. Misal kita mendapat kabar salah satu keluarga kita meninggal dunia, bagaimana reaksi kita pertama setelah mendengar kabar tersebut, apakah sedih berlebihan atau meratapinya atau sedih iya tapi menerimanya sebagai bagian dari taqdir Allaah Ta'ala atau bagaimana, di saat pertama itulah sabar.

Seperti saat ini, karena ada pandemic Coronavirus, maka pemerintah melarang kita berkerumun agar Coronavirus tidak semakin tersebar, di beberapa tempat bahkan sudah melakukan lockdown (melarang orang-orang setempat ke luar wilayah kalau tidak terpaksa sekali dan melarang orang-orang dari luar wilayah untuk masuk kalau tidak terpaksa, kalau masuk pun harus diteliti dulu apakah aman atau tidak. Kita harus bersabar sejak awal menerima kabar ini, tidak panik, kita harus menerima ini sebagai ketetapan dari Allaah Ta'ala dan tetap tawakal.

Kalau pun harus lockdown dan berdiam diri di rumah, hendaknya dipakai untuk mengurangi dosa, dipakai untuk banyak mengingat Allaah Ta'ala, memperbanyak ibadah dan meningkatkan iman. Allaah Ta'ala berfirman di dalam Al Qur'an surat ke-3 Aali 'Imraan : 102 ssbagai berikut:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allaah sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim."

Beriman itu dalam segala kondisi, baik kondisi normal ataupun di-lockdown atau lainnya sampai akhir hidup kita. Kematian itu sesuatu yang pasti, setiap kita pasti akan merasakan kematian, oleh sebab itu jaga iman kita agar kita diakhirkan dalam keaadan bertaqwa. Sebagaimana firman Allaah Ta'ala di Al Qur'an surat ke- 3 Aali 'Imraan : 185 sebagai berikut:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Artinya:
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya."

Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian, jauhi perbuatan dosa, perbanyak amal ibadah diantaranya melakukan hal-hal berikut agar meski kita sudah meninggal tetap mendapatkan pahala yaitu seperti dijelaskan oleh Rasulullaah Muhammad Saw:

1. MENYAMPAIKAN ILMU

Setiap kita dituntut untuk mempunyai ilmu untuk kemudian setelah dipahami maka dituntut untuk mengamalkan dan mengajarkan atau setidaknya menyampaikan kepada orang lain. Untuk mengamalkan dan menyampaikan ilmu tidak harus menunggu banyak dulu ilmunya, punya seberapa pun tetap harus diamalkan dan disampaikan, akan tetapi harus paham benar dulu sebab kalau salah yang dipahami lalu disebarkan, maka akan menjadi musibah.

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda sebagai berikut:

بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً

Artinya:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat”.
(HR. Bukhari)

Maksud "walau satu ayat" ini adalah tidak letterleks satu ayat saja, tapi juga ayat sebelumnya atau sesudahnya, karena terkadang ada satu yang yang butuh penjelasan dari ayat sebelumnya atau sesudahnya. Kalau tidak disampaikan semuanya, rawan gagal paham. Sampaikan secara utuh dalam hal maknanya kepada orang-orang, maka in syaa Allaah kita akan mendapatkan pahala meski kita sudah meninggal dunia.

2. MENGALIRKAN SUNGAI
3. MENGGALI SUMUR

Kedua hal ini tentang air, harus diperhatikan keadaan geografis lingkungan Rasulullaah Muhammad Saw jaman dulu. Beliau Saw hidup di tempat yang panas, banyak pasir, tandus, jarang pepohonan dan jarang air. Jadi air di sana sangat utama untuk kehidupan sehari-hari, air sudah menjadi hajat hidup banyak orang, oleh sebab itu barang siapa ada orang membuat sistem pengairan yang baik (misal membuat air sungai sampai ke rumah-rumah penduduk atau membuat sumur) yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, in syaa Allaah dia akan memperoleh pahala meski sudah meninggal dunia.

Ini bisa bermakna di setiap jaman, apapun benda yang menjadi hajat hidup orang banyak, jika ada orang yang mengurusnya demi kepentingan masyarakat luas, maka dia akan tetap mendapat pahala meski dia sudah meninggal dunia, selama itu masih digunakan.

Jika mengurus benda yang menjadi hajat hidup orang banyak mendapatkan pahala, sebaliknya jika ada yang mengambil benda yang menjadi hajat hidup orang banyak untuk kepentingan pribadinya saja bahkan sewenang-wenang maka dia akan mendapatkan dosa dan hukuman.

4. MENANAM POHON

Ini juga harus melihat kondisi geografis jaman Rasulullaah Muhammad Saw dulu dimana di sana pohon sangat jarang sehingga manfaat pohon sangat terasa di sana, selain hasil buahnya bermanfaat, juga untuk berteduh dan secara ekosistem akan terhubung dengan kesuburan tanah dan sebagainya.

Barang siapa memenuhi kebutuhan masyarakat seperti menanam pohon yang sangat dibutuhkan, maka akan dikaruniai pahala meski sudah meninggal dunia.

Ini juga bisa bermakna di setiap jaman, jika kita melakukan apapun yang itu sangat dibutuhkan orang banyak maka kita akan mendapatkan pahala meski kita sudah meninggal dunia, selama pohon tersebut masih ada (kalau dari pohon itu lalu ditanam bijinya dan akhirnya bertambah jumlahnya, in syaa Allaah tetap dikaruniai pahala).

5. MEMBANGUN MASJID

Barang siapa membantu proses pembangunan masjid atau mushola, baik bantuan secara finansial atau bantuan berupa saran ide gagasan atau bantuan tenaga atau lainnya, maka akan dikaruniai pahala meski sudah meninggal dunia, selama masjid masih dipakai.

6. MEWARISKAN KITAB AL QUR'AN

Kita membeli kitab Al Qur'an lalu menghibahkannya ke masjid atau mushola, atau mewariskan kepada anaknya dan sebagainya untuk digunakan, maka kita akan mendapatkan pahala meski kita sudah meninggal dunia, selama kitab Al Qur'an tersebut masih dibaca.

7. ANAK YANG SHOLEH SHOLEHAH

Didiklah anak-anak kita agar mereka dikaruniai kebaikan menjadi sholeh dan sholehah, yang mendo'akan orang tuanya baik selama hidup atau pun sudah meninggal dunia.

Itu 7 hal yang membuat kita terus dikaruniai pahala meski sudah meninggal dunia, berusahalah untuk melakukannya.

Kemudian, ada 3 hal yang menemani kita sampai ke kubur, 2 akan pulang dan 1 akan tetap menemani kita di alam kubur. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ

Artinya:
“Yang mengikuti mayit sampai ke qubur ada tiga, dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di qubur. Yang mengikutinya adalah keluarga, harta dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga dan hartanya. Sedangkan yang tetap bersamanya di qubur adalah amalnya.”
(HR. Bukhari, no. 6514; Muslim, no. 2960)

Rasulullaah Muhammad Saw menyampaikan agar kita terus beramal baik, terus menambah dan menambah amal kebaikan selama masih dikaruniai kehidupan oleh Allaah Ta'ala, karena itu yang akan menemani kita di alam qubur atau Barzah kelak.

Amal-amal kebaikan kita akan menjadikan terang kuburan kita, menjadikan kita dikaruniai kenikmatan di sana. Sebaliknya, amal-amal buruk akan menjadikan kuburan kita gelap yang menakutkan, akan menjadikan kita dihukum dan sebagainya.

Ada 4 amalan yang dapat menerangi kuburan kita dan terhindar dari siksa kubur. Sebagaimana yang disebutkan oleh Abul Laits dalam kitabnya Tanbihul Ghofilin. Beliau berkata, “Siapa yang ingin selamat dari siksa kubur maka harus menjaga empat dan meninggalkan empat.”

Adapun 4 (empat) amalan yang harus dijaga adalah:

1. Menjaga shalat lima waktu.
2. Memperbanyak sedekah.
3. Banyak membaca Al Quran.
4. Memperbanyak bertasbih (mengakui keMahaSucian Allaah Ta'ala, dan mengaku kita ini penuh dosa untuk kemudian mohon ampunan).

4 hal inilah yang dapat menerangi kubur dan meluaskannya.

Sedangkan, 4 hal yang harus ditinggalkan yaitu:
1. Berdusta.
2. Berkhianat.
3. Adu domba.
4. Menjaga kebersihan setelah buang air kecil. Sebab Rasulullah bersabda, yang artinya, “Jika istinja’ (membersihkan kemaluan setelah buang air kecil atau besar), jangan sampai ada sisanya, harus bersih dan tuntas.”

Tetap berbuat baik dan menjauhi keburukan selama kita hidup, karena yang akan menemani kita di Barzah adalah amal-amal kita. Rasulullah pun bersabda:

إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدَهُ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ، إِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَمِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ، وَإِنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَمِنْ أَهْلِ النَّارِ فَيُقَالُ: هَذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya:
Rasulullaah bersabda, “Sesungguhnya apabila salah seorang di antara kalian mati maka akan ditampakkan kepadanya calon tempat tinggal pada waktu pagi dan sore. Bila dia termasuk calon penghuni surga maka ditampakkan kepadanya surga. Bila dia termasuk calon penghuni neraka maka ditampakkan kepadanya neraka, dikatakan kepadanya; ini calon tempat tinggalmu, hingga Allaah membangkitkanmu pada hari kiamat.
(HR. Bukari & Muslim)

Setelah manusia meninggal dunia, ruh ditempatkan di Barzah, kondisi ruh di Barzah bergantung kepada amal ibadah manusia selama hidup di dunia, jika banyak amal baiknya maka akan diperlihatkan surga sebagai tanda bahwa dia adalah calon ahli jannah, sedangkan jika selama hidup banyak amal jeleknya maka akan diperlihatkan neraka sebagai tanda bahwa dia adalah calon ahli neraka.

Bagi calon ahli jannah, sungguh akan dikaruniai kenikmatan yang luar biasa selama di Barzah. Bagi calon ahli neraka, sungguh akan mendapat siksa dan ketidaknyamanan selama di Barzah sehingga membuat ruh mengeluh betapa tersiksanya mereka di Barzah, bahkan ada ruh yang memohon agar dikembalikan ke dunia lagi dan berjanji akan hidup lebih baik, tapi semua itu tidak mungkin dikabulkan.

Ini harus benar-benar dicamkan oleh kita yang masih hidup, bahwa kehidupan setelah kematian iti benar-benar ada dan nyata. Kematian adalah proses perpindahan dari alam dunia ke Barzah. Barzah itu alam pembatas antara alam dunia dan akhirat. Segera bertaubatlah, mohon ampunan dosa dan perbaiki diri.

Manusia pasti ada masalah, itu ujian bagi manusia, yang dengan itu maka akan masuk kelompok orang yang bertaqwa atau masuk kelompok orang yang inkar. Jangan bunuh diri ketika sedang bermasalah, haram baginya surga, Rasulullaah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

كان فيمن كان قبلكم رجل به جرح فجزع فأخذ سكيناً فحز بها يده فما رقأ الدم حتى مات . قال الله تعالى : بادرني عبدي بنفسه حرمت عليه الجنة

Artinya:
"Dahulu ada seorang lelaki yang terluka, ia putus asa lalu mengambil sebilah pisau dan memotong tangannya. Darahnya terus mengalir hingga ia mati. Allaah Ta’ala berfirman: ”HambaKu mendahuluiKu dengan dirinya, maka Aku haramkan baginya surga”.
(HR. Bukhari no. 3463, Muslim no. 113).

Adzab orang yang bunuh diri sangat pedih, bahkan begitu pedihnya sehingga digambarkan sehari penyiksaan di Barzah setara dengan ribuan tahun di dunia.

Di hadits di atas pada kalimat "HambaKu mendahuluiKu dengan dirinya...", maksudnya adalah kematian itu secara alami dimana dicabut oleh malaikat maut, bukan karena bunuh diri. Kalau kematian itu dikarenakan bunuh diri, maka sama saja dengan menuruti hawa nafsunya dan melupakan Allaah Ta'ala. Itu haram!

Semoga dengan nyadran (ziarah qubur), membuat kita menjadi lebih bertaqwa kepada Allaah Ta'ala. Aaamiiin aaamiiin aaamiiin yaa Rabbal 'aalamiin.

Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu."

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.