Saturday, March 21, 2020

Jauhi Wahn dan Bertaqwalah


Oleh: Ustadz Muhtarifin Sholeh.
Di mushola Nurul Huda, perumahan Gemah Permai, Semarang.


Assalamu'alaikum wa rahmatulah wa barakatuh.

Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Dalam sebuah hadits riwayat Thabrani, Rsulullaah Muhammad Saw suatu hari menjawab permintaan salah seorang sahabat yang minta dinasehati, Rasulullaah Muhammad Saw menyuruh agar perbanyak mengingat kematian maka akan akan terhibur dari kelelahan dunia dan hendaknya kita selalu bersyukur maka Allaah Ta'ala akan menambah kenikmatan, yang terakhir Rasulullaah Muhammad Saw menasehati agar selalu berdo'a karena kita tidak tahu kapan do'a kita akan dikabulkan.

Ada 3 pelajaran di sini, yaitu:
1. Mengingat kematian.
2. Pandai bersyukur.
3. Banyak berdo'a.

1. MENGINGAT KEMATIAN

Kematian itu suatu yang pasti bagi makhluq, bagi manusia. Ini berarti kita hidup di sini tidak selamanya, hanya sebentar hakikatnya, jika melihat ayat-ayat Al Qur'an 1 hari di akhirat setara dengan 1.000 hari di bumi atau 50.000 hari di bumi.

Iman kepada kematian termasuk wajib, oleh sebab itu kita harus cerdas mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah kematian yaitu dengan menghindari keburukan dan memperbanyak amal kebaikan. Jangan terkena penyakit Wahn yaitu terlena dengan keindahan dunia semata dan jangan takut kematian!

Sebagaimana hadits berikut:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

 Artinya:
"Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahn itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.”.
(HR Abu Dawud 3745)

Penyakit Wahn (cinta dunia dan takut mati), ini penyebabnya. Takut mati sering kali disebabkan karena terlalu cinta dunia, terlalu melekat dengan kesenangan duniawi sehingga ketika maut datang, susah lepasnya. Bisa lepas tapi rasana sakit dan sangat berat.

Harus disadari bahwa semua ini adalah milik Allaah Ta'ala, Allaah Ta'ala Maha Berkuasa, kita hanya disuruh mematuhi perintahNya untuk mengelola, merawat dan seterusnya. Jika kita mampu seperti ini, dunia tidak akan melekat di hati dan di pikiran kita, kita tidak akan lelah karena dunia, kita tidak takut lagi dengan kematian.

Kalau melakukan sebaliknya yaitu merasa memiliki dunia ini, maka kita akan melekat erat pada dunia, kita akan mudah lelah, mudah kecewa dan takut dengan kematian (takut menghadapi kematian karena tidak menyiapkan diri dengan amal kebaikan).

2. PANDAI BERSYUKUR

Kita bisa bersyukur jika kita menyadari bahwa semua ini milik Allaah Ta'ala, kita tidak memiliki apapun, bahkan semuanya ditetapkan Allaah Ta'ala mulai dari rejeki, qadla qadr, jodoh, maut dan umur.

Perlu disadari bahwa kebahagiaan itu letaknya di hati, bukan di harta benda. Harta benda memang bisa membahagiakan tapi tidak hakiki, semu. Kebahagiaan yang hakiki itu ketika kita mengingat Allaah Ta'ala dengan segenap hati, pikiran, lisan dan perbuatan.

Dengan mengingat Allaah Ta'ala, kita bisa bersyukur atas semua karuniaNya, itu yang membuat kita bahagia.

Harta benda kalau tidak lillaahi Ta'ala, tidak akan membahagiakan. Harta benda kalau dalam mendapatkannya, dalam pengelelolaannya dan dalam pengeluarannya lillaahi Ta'ala, maka akan membahagiakan kita, bahagia di dunia dan bahagia di Barzah dan bahagia di akhirat.

Kebahagiaan membuat sesuatu yang sedikit menjadi cukup bahkan banyak. Ketidakbahagiaan membuat sesuatu yang banyak menjadi sedikit bahkan kurang.

Di dalam Al Qur'an surat ke-14 Ibraahim : 7 dijelaskan sebagai berikut:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti adzab-Ku sangat berat.".

Bersyukur itu berterima kasih kepada Allaah Ta'ala atas semua karuniaNya dengan kesadaran bahwa semuanya itu milikNya, kemudian sebagai bukti kita bersyukur maka kita gunakan semua karuniaNya untuk melakukan berbagai macam kebaikan seperti yang diperintahkan.

Kita menggunakan tangan untuk mencuri itu bukti bahwa kita tidak bersyukur, kalau bersyukur maka gunakan tangan untuk menolong orang lain, untuk ibadah lainnya. Hal-hal lain juga seperti ini, tidak menggunakan karuniaNya untuk keburukan itu tanda kita bersyukur.

Barang siapa bersyukur maka akan ditambah rejeki kita. Contoh bukti bersyukur adalah dengan bersedekah, sebagian rejeki kita keluarkan untuk orang lain, selain di satu sisi itu pembuktian atas rasa syukur kita, di sisi lain dijelaskan ada hak orang miskin di harta kita, yaitu di Al Qur'an surat ke-51 Adz-Dzaariyaat : 19 sebagai berikut:

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ

Artinya:
"Dan pada harta benda mereka ada hak orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak meminta."

Kurang lebih seperti ini, si A miskin kurang banyak hal untuk kehidupannya, si B lalu membantu si A, hikmahnya Allaah Ta'ala memberikan rejeki kepada si A lewat perantara si B. Jika si A butuh banyak uang, sementara dia miskin, maka Allaah Ta'ala menggerakkan hati dan pikiran si B untuk membantu si A, bahkan Allaah Ta'ala akan memudahkan urusan si B dalam mencari rejeki supaya nantinya si B membantu si A. Rejeki si B bertambah. Barang siapa bersyukur maka akan ditambah rejekinya, ditambah karena kita membantu orang lain. Ada banyak contoh, itu tadi salah satunya.

Tidak hanya sedekah harta yang bertambah kalau disedekahkan, sedekah ilmu juga bertambah, sedekah tenaga juga dan sebagainya.

Satu hal, bersyukurlah dalam tiap keadaan, dalam kondisi bahagia ataupun dalam kondisi susah harus bersyukur dan memuji Allaah Ta'ala.

Rasulullaah Muhammad Saw mengajarkan jika kita dalam kondisi tidak menyenangkan, ucapkan:
"Alhamdulillah 'ala kulli hal"
(Segala puji bagi Allaah dalam setiap keadaan)
Jika dalam keadaan menyenangkan, ucapkanlah:
"Alhamdulilah bi ni'matihi tattimush sholihat"
(Segala puji bagi Allaah yang dengan nikmatNya, segala kebaikan menjadi sempurna).

3. PERBANYAK DO'A

Setiap kita membutuhkan sesuatu, menginginkan sesuatu, berdo'alah kepada Allaah Ta'ala agar mengabulkan do'a kita. Jika do'a kita belum dikabulkan bisa jadi karena kita masih banyak khilaf, bisa jadi karena menurut Allaah Ta'ala permintaan kita tidak baik untuk kita maka diganti dengan yang lain atau ditunda.

Ulama menasehati agar kita memperbaiki diri, menjauhi perbuatan dosa dan memperbanyak ibadah agar do'a kita dikabulkan.

Kita tidak tahu do'a-do'a kita yang mana yang akan dikabulkan oleh Allaah Ta'ala, oleh karena itu Rasulullaah Muhammad Saw menyuruh kita memperbanyak do'a, seringlah berdo'a.

Berdo'a itu ada banyak macamnya, ada lewat lisan, ada lewat perbuatan. Berdo'a lewat perbuatan sekaligus lisan itu misal sholat, sholat itu selain kita bergerak mematuhi perintah Allaah Ta'ala juga bacaan-bacaannya juga merupakan do'a. Jadi nasehat memperbanyak do'a itu bisa dimaknai memperbanyak sholat.

Di dalam Al Qur'an surat ke-2 Al-Baqarah : 186 dijelaskan ssbagai berikut:

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Artinya:
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran."

Di ayat tersebut dijelaskan Allaah Ta'ala mengabulkan do'a kita tetapi kita harus memenuhi syarat terkabulnya do'a yaitu sebagai berikut:
1. Kita melakukan perintah-perintah Allaah Ta'ala (kita taat).
2. Kita beriman.

Melakukan perintah-perintah Allaah Ta'ala tanpa landasan iman kepada Allaah Ta'ala tidak sempurna. Contoh perintah Allaah Ta'ala adalah tidak mengkonsumsi khamr, ini bisa dilakukan oleh siapapun juga meski dia tidak Islam. Padahal syarat do'a dikabulkan adalah taat dan iman. Jadi jangan konsumsi khamr itu atas dasar karena taat dan iman kepada Allaah Ta'ala, in syaa Allaah do'a-do'a kita dikabulkan.

Manusia sering memandang baik terhadap sesuatu sehingga manusia menginginkannya dan berdo'a agar Allaah Ta'ala mengabulkan keinginannya, tapi yang manusia pandang baik belum tentu baik menurut Allaah Ta'ala, sebaliknya yang buruk menurut manusia belum tentu buruk menurut Allaah Ta'ala.

Ada hikmah di dalam setiap perkara, masalahnya manusia sering tidak sadar hikmah apa di balik setiap kejadian. Saat ini sedang mewabah coronavirus, menurut manusia itu buruk tapi di balik keburukan ini tentu ada hikmah yang Allaah Ta'ala kehendaki untuk terjadi.

Khusnudlon kepada Allaah Ta'ala atas apa yang terjadi, ditambah dengan usaha memperbaiki diri dan lingkungan. Jangan diri sendiri sehat tapi membiarkan sekitar kita tidak sehat, kita sendiri yang akan merasakan efek ketidaksehatan sekitar kita.

Terlebih yang utama adalah kita membiasakan dengan kebersihan, sebenarnya wudlu itu hikmahnya adalah kita menjaga kebersihan, bagaimana tidak, wudlu mengajarkan kita bersih dari hadats dan juga najis.

Dikisahkan, Rasulullaah Muhammad Saw menyebutkan suara sandal Bilal sudah terdengar di Surga padahal Bilal masih hidup, itu karena Bilal menjaga wudlu, tiap kali batal maka Bilal wudlu lagi. Berikut hadits nya, dari Abu Buraidah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam di pagi hari memanggil Bilal lalu berkata,

يَا بِلاَلُ بِمَ سَبَقْتَنِى إِلَى الْجَنَّةِ مَا دَخَلْتُ الْجَنَّةَ قَطُّ إِلاَّ سَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِى دَخَلْتُ الْبَارِحَةَ الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِى

“Wahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk surga sama sekali melainkan aku mendengar suara sendalmu di hadapanku. Aku memasuki surga di malam hari dan aku dengar suara sendalmu di hadapanku.”

Bilal menjawab,

يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَذَّنْتُ قَطُّ إِلاَّ صَلَّيْتُ رَكْعَتَيْنِ وَمَا أَصَابَنِى حَدَثٌ قَطُّ إِلاَّ تَوَضَّأْتُ عِنْدَهَا وَرَأَيْتُ أَنَّ لِلَّهِ عَلَىَّ رَكْعَتَيْنِ

Artinya:
“Wahai Rasulullah, aku biasa tidak meninggalkan shalat dua raka’at sedikit pun. Setiap kali aku berhadats, aku lantas berwudhu dan aku membebani diriku dengan shalat dua raka’at setelah itu.”.
(HR. Tirmidzi no. 3689 dan Ahmad 5: 354. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits tersebut hasan)

Di dunia sekarang ini sedang mewabah Coronavirus (Covid 19), pemerintah menganjurkan kita setiap menyentuh sesuatu maka harus dicuci agar aman dari Coronavirus. Alangkah lebih baik jika tidak sekedar cuci tangan dengan sabun atau sanitizer saja, tapi kita sekalian wudlu. Selain kita akan terjaga wudlu kita, juga in syaa Allaah aman dari Coronavirus.

---------
Hadits berikutnya:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ قَالَ أَمْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ

Artinya:
Dari ‘Uqbah bin ‘Aamir, dia berkata, “Aku bertanya, wahai Rasulallah, apakah sebab keselamatan?” Beliau menjawab, “Kuasailah lidahmu, hendaklah rumahmu luas bagimu, dan tangisilah kesalahanmu”.
(H.R. Tirmidzi, no.2406)

Rasulullaah Muhammad Saw memerintahkan 3 hal untuk kita lakukan agar kita selamat yaitu:
1. Jaga lidah kita.
2. Lapangkan rumahmu.
3. Tangisi kesalahanmu.

1. MENJAGA LIDAH

Menjaga lidah itu maksudnya menjaga lisan kita, hati-hati berbicara, jangan sampai mencelakakan diri kita sendiri dan orang lain. Ssbagaimana dijelaskan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Artinya:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”
(HR. Bukhari No. 6475, Muslim No. 47)

Jika kita beriman pada Allaah Ta'ala dan hari akhir maka kita wujudkan dengan berkata yang baik, kalau susah berkata baik maka lebih baik diam.

Kalau kita mampu berkata baik yang wajib dan bermanfaat bagi kita dan orang lain, tidak masalah, tapi kalau kita tidak mampu berkata baik yang wajib atau kita ragu-ragu maka lebih baik kita diam. Ulama menjelaskan bahkan untuk perkataan mubah pun, lebih dianjurkan kita untuk diam karena perkara mubah bisa menjerumuskan kita ke keburukan jika terlena.

2. LAPANGKAN RUMAH

Secara bahasa letterleks, ini artinya Rasulullaah Muhammad Saw memerintahkan kita untuk memperluas rumah kita (misal dari tipe 21 diperluas jadi tipe 36), tapi ulama menafsirkan agar kita merasa betah di rumah untuk beribadah kepada Allaah Ta'ala, bisa ibadah ritual (sholat sunnah, puasa sunnah misal) atau ibadah aktual (bercengkrama dengan anak istri, merawat keluarga dan sebagainya).

Ada tafsir lain untuk "melapangkan rumah" yaitu melapangkan hati para penghuni rumah tersebut, rumah sempit akan terasa cukup luas bahkan luas bagi mereka yang hatinya lapang atau legawa (mampu menerima pendapat dari siapapun, plong tidak ada beban). Tapi mereka yang hatinya sempit, rumah seluas apapun akan terasa sempit bagi mereka, akan selalu merasa tidak cukup dalam hal keduniawian.

3. MENANGISI KESALAHAN

ini berarti kita harus menimbulkan kesadaran diri bahwa kita tidak sempurna, kita punya banyak salah baik yang kita sengaja atau tidak. Sadar dengan sesadar-sadarnya. Kesadaran ini akan membuat kita menyesal telah melakukan kesalahan, bahkan akan mudah menangis karena begitu menyesalnya kita. Kita menangis menyesal sembari bermohon ampunan dosa kepada Allaah Ta'ala dan minta maaf kepada orang-orang yang telah kita dlolimi.

Mengapa menangisi perbuatan buruk? Karena hakikatnya ketika kita mulai melakukan perbuatan buruk maka di saat itulah kita mulai menjauhi Allaah Ta'ala. Makin berbuat buruk maka makin kita menjauhi Allaah Ta'ala.

Menjauhi Allaah Ta'ala ini maknanya kita meninggalkan perintahNya dan kita melakukan yang Allaah Ta'ala larang.

Oleh sebab itu kita diperintahkan untuk segera minta ampunan atas dosa-dosa kita seperti yang dijelaskan di Al Qur'an surat ke-3 Aali 'Imraan : 133 sebagai berikut:

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Artinya:
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa.".

Ini salah satu ciri orang-orang yang bertaqwa yaitu cepat-cepat menyesal atas kesalahan dan minta ampunan dosa kepada Allaah Ta'ala.

Semoga kita diampuni dosa-dosa kita, dijadikan orang-orang yang bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa.

Wassalamu 'alaikum wa rahmatullah wa barakatuh.


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Artinya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan segala puji bagi-Mu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku memohon ampunan dan bertaubat pada-Mu."

1 comment:

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.