Thursday, August 07, 2008

Jangan Abaikan Ibu Kita !

Ustad Yanto :
”Orang gitu ya bib, di saat ibu kita sehat jarang kita perhatikan dengan alasan segala kesibukan kita, meski ada tapi sering kali kita anggap tidak ada, kehadiran beliau tidak dianggap. Tapi di saat ibu kita sudah sakit tidak bisa apa-apa, baru kita merasakan kehadiran beliau itu penting, kita kehilangan nasehat-nasehat beliau, canda tawa beliau, kita baru merasakan bahwa kita butuh beliau.”

Habib Alwi bin Abdullah Alhasni :
“Nah, disitu perlunya ilmu! Sering kita jauh-jauh ke luar kota untuk silaturrahim dengan ustad itu, habaib ini, kyai anu, kita rela merendahkan diri kita untuk sekedar mencium tangan beliau-beliau itu tapi di rumah kita tidak mau cium tangan ibu kita. Kalau ditanya kenapa tidak cium tangan ibu akan dijawab dengan berbagai alasan. Tidak usah jauh-jauh cari wali, ibu kita wali yang terdekat dengan kita. Jangan cari barokah orang alim tapi lupa dengan ibu kita!”.

Muliakan ibu kita, maka rizqi kita akan lancar.

Wednesday, August 06, 2008

Niat Makan

Saya :
“Bib, dalam suatu acara jamuan makan ada orang yang menolak makan makanan yang dihidangkan dengan alasan sudah kenyang (atau berhenti makan sebelum kenyang), lalu ada lagi orang yang tetap makan makanan yang dihidangkan meskipun dia sudah kenyang dengan alasan tabaruk.an ingin mengambil barokah majlis, orang alim yang ada di sana dsb…gimana bib?”

Habib Hasan bin Abdurrahman bin Zain Aljufri :
“Keduanya boleh, tidak apa-apa.”

Habaib dan Kyai

Habib Hasan bin Abdurrahman bin Zain Aljufri :
“Saya pernah ditanya seseorang lewat telepon bagaimana tentang perselisihan antara habaib dan kyai di suatu tempat, saya jawab kamu ke sini saja nanti saya jelaskan. Saya jelaskan saat dia datang agar dia jangan ikut-ikut perselisihan diantara mereka. Seandainya ada habaib yang keliru maka berbaik sangka saja padanya, lihat saja siapa datuknya, Nabi Muhammad Saw (agar kita bisa lebih berbaik sangka).”

Kita diajarkan untuk menghormati habaib dan berbaik sangka pada semua orang khususnya habaib. Kalau kita ketemu orang yang kurang kita sukai perbuatannya maka daripada berburuk sangka adalah lebih baik jangan kumpul lagi dengan beliau, bukan memutuskan silaturrahim tapi demi kita agar tidak berburuk sangka. Ini berlaku untuk siapa pun juga.

Adab dan Wirid

Saya :
“Bib, mana yang lebih utama diantara baca wirid tapi tidak menerapkan adab atau adab dulu baru baca wirid atau bersamaan ya adab ya wirid?”

Habib Shodiq bin Abubakar Baharun :
“Lebih utama adab dulu. Sekarang banyak yang membaca wirid tapi tidak mempunyai adab. Oleh sebab itu tidak aneh jika banyak ketaatan tapi banyak pula bencana sebab melupakan adab.”

Hal senada dikatakan juga oleh habib Alwi bin Abdullah bin Hasan Alhasni bahwa sekarang ini banyak orang mengaku berguru tapi tidak melakukan perintah gurunya. Melakukan perintah guru adalah termasuk salah satu diantara adab-adab berguru.

Ilmu dan amal kurang sempurna kalau tanpa diikuti oleh adab. Barokah ilmu ada pada adab.

Niat

Dari ustadz Yanto, berkata habib Shodiq bin Abubakar Baharun bercerita bahwa suatu hari beliau dititipi oleh seseorang yang ingin memberikan hadiah yang banyak kepada habib Umar bin Hafidz tapi hadiah ini ditolak habib Umar. Lalu tatkala beliau diberi hadiah yang lebih sedikit dibandingkan dengan hadiah yang pertama tadi malah diterima.

Mungkin yang habib Umar lihat adalah niat dari pemberi hadiah…meski sedikit tapi kalau didasari dengan niat yang baik maka ini lebih utama. Wallahu a’lam.

Pilihan diantara Pilihan

Menyesal atas segala perbuatan buruk kita adalah harus agar kita tahu salah kita, lalu kita perbaiki demi mentaati perntah Allah Swt dan Rasul-Nya Saw.

Semua kesalahan kita tentu bukan tanpa makna sebab Allah Swt menciptakan semuanya ini dengan penuh makna. Semua yang kita lakukan adalah bagian dari rangkaian besar cerita kita yang mana cerita kita sangat berhubungan dengan cerita orang lain di sekitar kita bahkan mereka yang jauh di belahan bumi sana (baik yang wujud maupun yang ghoib) mempunyai hubungan cerita dengan kita, cerita yang sangat indah dari kehidupan yang sudah ditentukan oleh Allah Swt.

Yang kita terima saat ini adalah akibat dari semua perbuatan kita yang sudah terjadi, yang sudah kita lakukan atau yang orang lain lakukan, baik itu yang dianggap buruk atau baik. Kalau kita baru saja melakukan kesalahan, maka ada dua kemungkinan yaitu bisa jadi kesalahan ini awal dari keburukan kita di masa depan tapi bisa jadi juga kesalahan kita itu merupakan awal dari kesenangan kita di masa yang akan datang. Sebenarnya bukan hanya untuk kesenangan kita saja, bisa jadi juga merupakan awal dari kesenangan orang lain. Berbaik sangka terhadap Allah Swt adalah lebih baik dan semuanya kembali pada kita…sehabis melakukan kesalahan apa yang akan kita lakukan:

Apakah tetap akan melakukan kesalahan yang sama bahkan yang lebih buruk lagi?

…atau…

Apakah kita akan memperbaiki kesalahan kita agar kita menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang?

Kita diperkenankan untuk memilih apa yang terbaik buat kita. Semua pilihan sudah disediakan oleh Allah untuk kita. Memilih yang terbaik menurut Rasul Saw lewat salaf yang sholeh dan kholaf yang sholeh adalah pilihan yang lebih baik bagi kita. Kalau kita memilih yang baik bagi kita maka kebaikan ini akan menyebar ke sekitar kita, kita menjadi perantara tersebarnya barokah Allah Swt kepada mereka.

Kalau hal ini tertanam di hati kita maka suatu saat kita akan lebih menghargai kesusahan orang lain dan membantu mereka. Tapi jangan menyusahkan diri di saat kita sedang senang, itu hawa nafsu! Manfaatkan saja apa yang dikaruniakan Allah Swt kepada kita dengan sebaik-baiknya.

Malaikat...

Ada begitu malaikat di alam ini dengan tugasnya masing-masing. Mereka begitu patuh melakukan perintah Allah Swt untuk mereka. Mereka perantara kita dengan Allah Swt. Mereka menjaga dan mengawasi kita, niat kita dan amal kita serta semua hal yang terlintas di benak dan hati kita, bahkan yang lembut dari itu...

Mereka memenuhi bumi demi menjalankan perintah Allah Swt, tidak ada perbuatan kita yang tersembunyi dari pengawasan mereka. Kalau mereka begini istimewa maka Allah Swt tentu jauh lebih istimewa lagi, Maha Istimewa, Maha Mengawasi kita, Maha Menjaga kita.

Lalu kenapa kita masih tetap melakukan keburukan padahal kita sudah tahu?