Oleh : Yusa Nugroho
Jakarta. Ahad tanggal 11 Januari 2009 sekitar pukul 7 pagi, kawasan tempat haul Syaikh Abubakar bin Salim di Cidodol, Kebayoran Lama - Jakarta Selatan mulai dipadati orang-orang yang ingin menghadiri haul, tampak banyak orang yang mengenakan jaket bertuliskan "Majlis Rasulullah Saw" - majlis Alhabib Munzir Almusawa. Dari kendaraan dan logat mereka bicara dapat diketahui bahwa mereka datang berasal dari berbagai kota, bahkan negara.
Panggung utama tempat tamu undangan dan pusat acara haul yang berwarna merah berhiaskan bunga-bunga kuning ini berada di ujung gang Rawa Kemiri, gang yang tidak lebar ini dihiasi dengan hiasan yang indah. Di pintu utama terdapat umbul-umbul yang bertuliskan "Majlis Rasulullah Saw" dijaga oleh beberapa orang yang mengatur agar jama'ah yang memasuki gang tidak berdesak-desakan untuk mereka bagikan kitab-kitab (kitab wirid harian karya Alhabib Umar bin Hafidz, kitab wirid Kabir + Shoghir dan kitab manaqib Syaikh Abubakar bin Salim) secara cuma-cuma.
Sekitar pukul 8 pagi jama'ah yang sudah hadir dipimpin oleh seorang sayid membacakan wirid-wirid dan tahlil. Tamu-tamu masih saja berdatangan disaat maulid Dhiya'ul Lami' mulai dibacakan yaitu setelah tuan rumah memberikan sambutan dan dibacakan qoshidah. Ketika sampai di bacaan berdiri, jama'ah merapat berdesakan ke arah panggung utama. Setiap tempat di sini istimewa karena semua berkumpul untuk mengingat Allah Swt, mengingat Rosulullah Muhammad Saw, mengingat salaf sholeh khususnya mengingat seorang 'alim yang mengamalkan ilmunya yaitu Syaikh Abubakar bin Salim, tapi meski begitu dengan mendekat ke panggung antara lain karena ingin menambah nikmat dengan ber-tabaruk-an kepada ulama yang hadir.
Seorang sayid Alhamid membacakan manaqib Syaikh Abubakar bin Salim dan kemudian Syaikh Muhammad bin Ismail Alyamani menyampaikan nasehat beliau yang diterjemahkan oleh Alhabib Sholeh Aljufri bahwa Syaikh Muhammad bin Ismail Alyamani mengawali nasehatnya dengan memuji Allah Swt dan Rosulullah Muhammad Saw. Dikatakan dengan berkumpul seperti ini akan mendatangkan rohmat dan ridho Allah Swt. Di sini berkumpul orang dari banyak begara, berkumpul untuk bersilaturrohim satu dengan lainnya, maka lebih baik kita memperbaiki niat kita dan pulang membawa manfaat sampai ke rumah.
Perbaiki diri kita dulu, baru keluarga kita dan masyarakat di sekitar kita! Setiap kita mempunyai tanggung jawab atas syiar Islam. Dengan berkumpulnya kita seperti ini maka ini berarti ruh kita pun berkumpul bertemu dengan ruh yang lain, insya Allah dengan begini akan mendatangkan ridho Allah Swt.
Dan, Alhabib Umar bin Hafidz menyampaikan nasehat beliau yang intinya mengingatkan kita agar lebih taat kepada Allah Swt dan Rosulullah Muhammad Saw agar Allah Swt menolong kita.
Tuesday, January 13, 2009
Monday, January 12, 2009
Syaikh Abubakar bin Salim
Sumber : Rifa Freedom
“Kamilah raja sejati, bukan yang lain. Demi Allah, selain kami, tak diketemukan raja lain. Kekuasaan pada raja hanyalah istilah belaka. Namun mereka bangga dan membuat kerusakan di dunia. Kemuliaan tanpa Allah adalah kehinaan sejati. Dan merasa mulia dengan Allah adalah kemuliaan yang hakiki.”
(Syeikh Abu Bakar bin Salim - Aurad al-Awliya’)
Syeikh Abu Bakar bin Salim adalah syeikh Islam dan teladan manusia. Pemimpin alim ulama. Hiasan para wali. Seorang yang amat jarang ditemukan di zamannya. Da’i yang menunjukkan jalan Illahi dengan wataknya.
Pembimbing kepada kebenaran dengan perkataannya. Para ulama di zamannya mengakui keunggulannya. Beliau telah menyegarkan berbagai warisan pendahulu-pendahulunya yang sholeh. Titisan dari Hadrat Nabawi. Cabang dari pohon besar Alawi. Alim Rabbani. Imam kebanggaan Agama, Abu Bakar bin Salim Al-’Alawi, semoga Allah meredhainya.
Beliau lahir di Kota Tarim yang makmur, salah satu kota di Hadramaut, pada tanggal 13 Jumadi Ats-Tsani, tahun 919 H. Di kota itu, beliau tumbuh dengan pertumbuhan yang sholeh, di bawah tradisi nenek moyangnya yang suci dalam menghafal Al-Quran.
Orang-orang terpercaya telah mengisahkan; manakala beliau mendapat kesulitan menghafal Al-Quran pada awalnya. Ayahnya mengadukan halnya kepada Syeikh Al-Imam Syihabuddin bin Abdurrahman bin Syeikh Ali. Maka Syeikh itu bertutur: “Biarkanlah dia! Dia akan mampu menghafal dengan sendirinya dan kelak dia akan menjadi orang besar. Maka menjadilah dia seperti yang telah diucapkan Syeikh itu. Serta-merta, dalam waktu singkat, dia telah mengkhatamkan Al-Quran.
Kemudian beliau disibukkan dengan menuntut ilmu-ilmu bahasa Arab dan agama dari para pembesar ulama dengan semangat yang kuat, kejernihan batin dan ketulusan niat. Bersamaan dengan itu, beliau memiliki semangat yang menyala dan ruh yang bergelora. Maka tampaklah tanda-tanda keluhurannya, bukti-bukti kecerdasannya dan ciri-ciri kepimpinannya. Sejak itu, sebagaimana diberitakan Asy-Syilly dalam kitab Al-Masyra’ Ar-Rawy, beliau membolak-balik kitab-kitab tentang bahasa Arab dan agama dan bersungguh-sungguh dalam mengkajinya serta menghafal pokok-pokok dan cabang-cabang kedua disiplin tersebut. Sampai akhirnya, beliau mendapat langkah yang luas dalam segala ilmu pengetahuan.
Beliau telah menggabungkan pemahaman, peneguhan, penghafalan dan pendalaman. Beliau alim handal dalam ilmu-ilmu Syariat, mahir dalam sastra Arab dan pandai serta kokoh dalam segenap bidang pengetahuan. Dalam semua bidang tersebut, beliau telah menampakkan kecerdasannya yang nyata. Maka, menonjollah karya-karyanya dalam mengajak dan membimbing hamba-hamba Allah menuju jalan-Nya yang lurus.
Guru-guru beliau.
Para guru beliau antara lain; Umar Basyeban Ba’alawi, ahli fiqih yang sholeh, Abdullah bin Muhammad Basahal Bagusyair dan Faqih Umar bin Abdullah Bamakhramah. Pada merekalah dia mengkaji kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah. Syeikh Ma’ruf bin Abdullah Bajamal Asy-Syibamy dan Ad-Dau’any juga termasuk guru-guru beliau.
Hijrahnya dari Tarim.
Beliau beranjak dari Kota Tarim ke kota lain bertujuan untuk menghidupkan pengajian. memperbarui corak dan menggalakkan dakwah Islamiyah di jantung kota tersebut. Maka berangkatlah beliau ke kota ‘Inat, salah satu negeri Hadramaut. Beliau menjadikan kota itu sebagai kota hijrahnya. Kota itu beliau hidupkan dengan ilmu dan dipilihnya sebagai tempat pendidikan, pengajaran dan pembimbingan. Tinggallah di sana hingga kini, masjid yang beliau dirikan dan pemakaman beliau yang luas. Syahdan, berbondong-bondonglah manusia berdatangan dari berbagai pelosok negeri untuk menimba ilmunya. Murid-murid beliau mengunjunginya dari beragam tempat: Hadramaut, Yaman, Syam, India, Indus, Mesir, Afrika, Aden, Syihr dan Misyqash.
Para murid selalu mendekati beliau untuk mengambil kesempatan merasai gambaran kemuliaan dan menyerap limpahan ilmunya. Dengan merekalah pula, kota ‘Inat yang kuno menjadi berkembang ramai. Kota itu pun berbangga dengan Syeikh Imam Abu Bakar bin Salim Al-’Alawi. Karena berkat kehadiran beliaulah kota tersebut terkenal dan tersohor, padahal sebelumnya adalah kota yang terlupakan.
Tentang hal itu, Muhammad bin Ali bin Ja’far Al-Katsiry bersyair:
Ketika kau datangi ‘Inat, tanahnya pun bedendang
Dari permukaannya yang indah terpancarlah makrifat
Dahimu kau letakkan ke tanah menghadap kiblat
Puji syukur bagi yang membuatmu mencium tanah liatnya
Kota yang di dalamnya diletakkan kesempurnaan
Kota yang mendapat karunia besar dari warganya
Dengan khidmat, masuklah sang Syeikh merendahkan diri
Duhai, kota itu telah terpenuhi harapannya.
Akhlak dan kemuliaannya
Beliau adalah seorang dermawan dan murah hati, menginfakkan hartanya tanpa takut menjadi fakir. Beliau memotong satu dua ekor unta untuk para peziarahnya, jika jumlah mereka banyak. Dan betapa banyak tamu yang mengunjungi ke pemukimannya yang luas.
Beliau amat mempedulikan para tamu dan memperhatikan keadaan mereka. Tidak kurang dari 1000 kerat roti tiap malam dan siangnya beliau sedekahkan untuk fuqara’. Kendati beliau orang yang paling ringan tangannya dan paling banyak infaknya, beliau tetap orang yang paling luhur budi pekertinya, paling lapang dadanya, paling sosial jiwanya dan paling rendah hatinya. Sampai-sampai orang banyak tidak pernah menyaksikannya beristirahat.
Syeikh ahli fiqih, Abdurrahman bin Ahmad Bawazir pernah berkata:
“Syeikh Abu Bakar selama 15 tahun dari akhir umurnya tidak pernah terlihat duduk-duduk bersama orang-orang dekatnya dan orang-orang awam lainnya kecuali untuk menanti didirikannya sholat lima waktu (yaitu duduk seperti tahiyat akhir).”.
Syeikh sangat mengasihani orang-orang lemah dan berkhidmat kepada orang-orang yang menderita kesusahan. Beliau memperlihatkan dan menyenangkan perasaan mereka dan memenuhi hak-hak mereka dengan baik.
Diantara sekian banyak akhlaknya yang mulia itu adalah kuatnya kecintaan, rasa penghormatan dan kemasyhuran nama baiknya di kalangan rakyat. Selain murid-murid dan siswa-siswanya, banyak sekali orang berkunjung untuk menemuinya dari berbagai tempat; baik dari Barat ataupun Timur, dari Syam maupu Yaman, dari orang Arab maupun non-Arab. Mereka semua menghormati dan membanggakan beliau.
Ibadah dan pendidikannya
Seringkali beliau melakukan ibadah dan riyadhah. Sehingga suatu ketika beliau tidak henti-hentinya berpuasa selama beberapa waktu dan hanya berbuka dengan kurma muda berwarna hijau dari Jahmiyyah di kota Lisk yang diwariskan oleh ayahnya. Di abnar, beliau berpuasa selama 90 hari dan selalu sholat Subuh dengan air wudhu Isya’ di Masjid Ba’isa di Kota Lask. Dalam pada itu, setiap malamnya di berangkat berziarah ke makam di Tarim dan sholat di masjid-masjid kota itu. Di masjid Ba’isa tersebut, beliau selalu sholat berjamaah. Menjelang wafat, beliau tidak pernah meningalkan sholat Dhuha dan witr.
Beliau selalu membaca wirid-wirid thoriqoh. Beliau pribadi mempunyai beberapa doa dan sholawat. Ada sebuah amalan wirid besar miliknya yang disebut “Hizb al-Hamd wa Al-Majd” yang dia diktekan kepada muridnya sebelum fajar tiba di sebuah masjid. Itu adalah karya terakhir yang disampaikan ke muridnya, Allamah Faqih Syeikh Muhammad bin Abdurrahman Bawazir pada tanggal 8 bulan Muharram tahun 992 H.
Ziarah ke makam Nabi Allah Hud a.s adalah kelazimannya yang lain. Sehingga Al-Faqih Muhammad bin Sirajuddin mengabarkan bahawa ziarah beliau mencapai 40 kali.
Setiap malam sepanjang 40 tahun, beliau beranjak dari Lask ke Tarim untuk sholat di masjid-masjid kedua kota tersebut sambil membawa beberapa tempat minum untuk wudhu, minum orang dan hewan yang berada di sekitar situ.
Ada banyak pengajaran dan kegiatan ilmiah yang beliau lakukan. Beliau membaca kitab Al-Ihya’ karya Al-Ghazzali sebanyak 40 kali. Beliau juga membaca kitab Al-Minhaj-nya Imam Nawawi dalam fiqih Syafi’i sebanyak tiga kali secara kritis. Kitab Al-Minhaj adalah satu-satunya buku pegangannya dalam fiqih. Kemudian dia juga membaca Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah di depan gurunya, Syaikh Umar bin Abdullah Bamakhramah.
Karya-karyanya
Antara lain:
- Miftah As-sara’ir wa kanz Adz-Dzakha’ir. Kitab ini beliau tulis sebelum usianya melampaui 17 tahun.
- Mi’raj Al-Arwah membahas ilmu hakikat. Beliau memulai menulis buku ini pada tahun 987 H dan menyelesaikannya pada tahun 989 H.
- Fath Bab Al-Mawahib yang juga mendiskusikan masalah-masalah ilmu hakikat. Dia memulainya di bulan Syawwal tahun 991 H dan dirampungkan dalam tahun yang sama tangal 9 bulan Dzul-Hijjah.
- Ma’arij At-Tawhid
- Dan sebuah diwan yang berisi pengalaman pada awal mula perjalanan spiritualnya.
Kata Mutiara dan Untaian Hikmah
Beliau memiliki banyak kata mutiara dan untaian hikmah yang terkenal, antara lain:
Pertama:
Paling bernilainya saat-saat dalam hidup adalah ketika kamu tidak lagi menemukan dirimu. Sebaliknya adalah ketika kamu masih menemukan dirimu. Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa engkau takkan mencapai Allah sampai kau fanakan dirimu dan kau hapuskan inderamu. Barang siapa yang mengenal dirinya (dalam keadaan tak memiliki apa pun juga), tidak akan melihat kecuali Allah; dan barang siapa tidak mengenal dirinya (sebagai tidak memiliki suatu apapun) maka tidak akan melihat Allah. Karena segala tempat hanya untuk mengalirkan apa yang di dalamnya.
Kedua:
Ungkapan beliau untuk menyuruh orang bergiat dan tidak menyia-nyiakan waktu: “Siapa yang tidak gigih di awal (bidayat) tidak akan sampai garis akhir (nihayat). Dan orang yang tidak bersungguh-sungguh (mujahadat), takkan mencapai kebenaran (musyahadat). Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang berjuang di jalan Kami, maka akan Kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami”. Siapa pun yang tidak menghemat dan menjaga awqat (waktu-waktu) tidak akan selamat dari berbagia afat (malapetaka). Orang-orang yang telah melakukan kesalahan, maka layak mendapat siksaan.
Ketiga:
Tentang persahabatan: “Siapa yang bergaul bersama orang baik-baik, dia layak mendapatkan makrifat dan rahasia (sirr). Dan mereka yang bergaul dengan para pendosa dan orang bejat, akan berhak mendapat hina dan api neraka”.
Keempat:
Penafsirannya atas sabda Rasul s.a.w: “Aku tidaklah seperti kalian. Aku selalu dalam naungan Tuhanku yang memberiku makan dan minum”. Makanan dan minuman itu, menurutnya, bersifat spiritual yang datang datang dari haribaan Yang Maha Suci”.
Kelima:
Engkau tidak akan mendapatkan berbagai hakikat, jika kamu belum meninggalkan benda-benda yang kau cintai (’Ala’iq). Orang yang rela dengan pemberian Allah (qana’ah), akan mendapt ketenteraman dan keselamatan. Sebaliknya, orang yang tamak, akan menjadi hina dan menyesal. Orang arif adalah orang yang memandang aib-aib dirinya. Sedangkan orang lalai adalah orang yang menyoroti aib-aib orang lain. Banyaklah diam maka kamu akan selamat. Orang yang banyak bicara akan banyak menyesal.
Keenam:
Benamkanlah wujudmu dalam Wujud-Nya. Hapuskanlah penglihatanmu, (dan gunakanlah) Penglihatan-Nya. Setelah semua itu, bersiaplah mendapat janji-Nya. Ambillah dari ilmu apa yang berguna, manakala engkau mendengarkanku. Resapilah, maka kamu akan meliht ucapan-ucapanku dlam keadaan terang-benderang. Insya-Allah….! Mengertilah bahawa Tuhan itu tertampakkan dalam kalbu para wali-Nya yang arif. Itu karena mereka lenyap dari selain-Nya, raib dari pandangan alam-raya melaluiKebenderangan-Nya. Di pagi dan sore hari, mereka menjadi orang-orang yang taat dalam suluk, takut dan berharap, ruku’ dan sujud, riang dan digembirakan (dengan berita gembira), dan rela akan qadha’ dan qadar-Nya. Mereka tidak berikhtiar untuk mendapat sesuatu kecuali apa-apa yang telah ditetapkan Tuhan untuk mereka”.
Ketujuh:
Orang yang bahagia adalah orang yang dibahagiakan Allah tanpa sebab (sebab efesien yang terdekat, melainkan murni anugerah fadhl dari Allah). Ini dalam bahasa Hakikat. Adapun dalam bahasa Syari’at, orang bahagia adalah orang yang Allah bahagiakan mereka dengan amal-amal saleh. Sedang orang yang celaka, adalah orang yang Allah celakakan mereka dengan meninggalkan amal-amal saleh serta merusak Syariat - kami berharap ampunan dan pengampunan dari Allah.
Kelapan:
Orang celaka adalah yang mengikuti diri dan hawa nafsunya. Dan orang yang bahagia adalah orang yang menentang diri dan hawa nafsunya, minggat dri bumi menuju Tuhannya, dan selalu menjalankan sunnah-sunnah Nabi s.a.w.
Kesembilan:
Rendah-hatilah dan jangan bersikap congkak dan angkuh.
Kesepuluh:
Kemenanganmu teletak pada pengekangan diri dan sebaliknya kehancuranmu teletak pada pengumbaran diri. Kekanglah dia dan jangan kau umbar, maka engkau pasti akn menang (dalam melawan diri) dan selamat, Insya-Allah. Orang bijak adalah orang yang mengenal dirinya sedangkan orang jahil adalah orang yang tidak mengenal dirinya. Betapa mudah bagi para ‘arif billah untuk membimbing orang jahil. Karena, kebahagiaan abadi dapt diperoleh dengan selayang pandang. Demikian pula tirai-tirai hakikat menyelubungi hati dengan hanya sekali memandang selain-Nya. Padahal Hakikat itu juga jelas tidak erhalang sehelai hijab pun. Relakan dirimu dengan apa yang telah Allah tetapkan padamu. Sebagian orang berkata: “40 tahun lamanya Allah menetapkan sesuatu pada diriku yang kemudian aku membencinya”.
Kesebelas:
Semoga Allah memberimu taufik atas apa yang Dia ingini dan redhai. Tetapkanlah berserah diri kepada Allah. Teguhlah dalam menjalankan tatacara mengikut apa yang dilarang dan diperintahkan Rasul s.a.w. Berbaik prasangkalah kepada hamba-hamba Allah. Karena prasangka buruk itu bererti tiada taufik. Teruslah rela dengan qadha’ walaupun musibah besar menimpamu. Tanamkanlah kesabaran yang indah (Ash-Shabr Al-Jamil) dalam dirimu. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah mengganjar orang-orang yang sabar itu tanpa perhitungan. Tinggalkanlah apa yang tidak menyangkut dirimu dan perketatlah penjagaan terhadap dirimu”.
Keduabelas:
Dunia ini putra akhirat. Oleh karena itu, siapa yang telah menikahi (dunia), haramlah atasnya si ibu (akhirat).
Masih banyak lagi ucapan beliau r.a. yang lain yang sangat bernilai.
Manaqib (biografi) beliau
Banyak sekali buku-buku yang ditulis mengenai biorafi beliau yang ditulis para alim besar. Antara lain:
- Bulugh Azh-Zhafr wa Al-Maghanim fi Manaqib Asy-Syaikh Abi Bakr bin Salim karya Allamah Syeikh Muhammad bin Sirajuddin.
- Az-Zuhr Al-Basim fi Raba Al-Jannat; fi Manaqib Abi Bakr bin Salim Shahib ‘Inat oleh Allamah Syeikh Abdullah bin Abi Bakr bin Ahmad Basya’eib.
- Sayyid al-Musnad pemuka agama yang masyhur, Salim bin Ahmad bin Jindan Al-’Alawy mengemukakan bahawa dia memiliki beberapa manuskrip (naskah yang masih berbentuk tulisan tangan) tentang Syeikh Abu Bakar bin Salim. Di antaranya; Bughyatu Ahl Al-Inshaf bin Manaqib Asy-Syeikh Abi Bakr bin Salim bin Abdullah As-Saqqaf karya Allamah Muhammad bin Umar bin Shalih bin Abdurraman Baraja’ Al-Khatib.
“Kamilah raja sejati, bukan yang lain. Demi Allah, selain kami, tak diketemukan raja lain. Kekuasaan pada raja hanyalah istilah belaka. Namun mereka bangga dan membuat kerusakan di dunia. Kemuliaan tanpa Allah adalah kehinaan sejati. Dan merasa mulia dengan Allah adalah kemuliaan yang hakiki.”
(Syeikh Abu Bakar bin Salim - Aurad al-Awliya’)
Syeikh Abu Bakar bin Salim adalah syeikh Islam dan teladan manusia. Pemimpin alim ulama. Hiasan para wali. Seorang yang amat jarang ditemukan di zamannya. Da’i yang menunjukkan jalan Illahi dengan wataknya.
Pembimbing kepada kebenaran dengan perkataannya. Para ulama di zamannya mengakui keunggulannya. Beliau telah menyegarkan berbagai warisan pendahulu-pendahulunya yang sholeh. Titisan dari Hadrat Nabawi. Cabang dari pohon besar Alawi. Alim Rabbani. Imam kebanggaan Agama, Abu Bakar bin Salim Al-’Alawi, semoga Allah meredhainya.
Beliau lahir di Kota Tarim yang makmur, salah satu kota di Hadramaut, pada tanggal 13 Jumadi Ats-Tsani, tahun 919 H. Di kota itu, beliau tumbuh dengan pertumbuhan yang sholeh, di bawah tradisi nenek moyangnya yang suci dalam menghafal Al-Quran.
Orang-orang terpercaya telah mengisahkan; manakala beliau mendapat kesulitan menghafal Al-Quran pada awalnya. Ayahnya mengadukan halnya kepada Syeikh Al-Imam Syihabuddin bin Abdurrahman bin Syeikh Ali. Maka Syeikh itu bertutur: “Biarkanlah dia! Dia akan mampu menghafal dengan sendirinya dan kelak dia akan menjadi orang besar. Maka menjadilah dia seperti yang telah diucapkan Syeikh itu. Serta-merta, dalam waktu singkat, dia telah mengkhatamkan Al-Quran.
Kemudian beliau disibukkan dengan menuntut ilmu-ilmu bahasa Arab dan agama dari para pembesar ulama dengan semangat yang kuat, kejernihan batin dan ketulusan niat. Bersamaan dengan itu, beliau memiliki semangat yang menyala dan ruh yang bergelora. Maka tampaklah tanda-tanda keluhurannya, bukti-bukti kecerdasannya dan ciri-ciri kepimpinannya. Sejak itu, sebagaimana diberitakan Asy-Syilly dalam kitab Al-Masyra’ Ar-Rawy, beliau membolak-balik kitab-kitab tentang bahasa Arab dan agama dan bersungguh-sungguh dalam mengkajinya serta menghafal pokok-pokok dan cabang-cabang kedua disiplin tersebut. Sampai akhirnya, beliau mendapat langkah yang luas dalam segala ilmu pengetahuan.
Beliau telah menggabungkan pemahaman, peneguhan, penghafalan dan pendalaman. Beliau alim handal dalam ilmu-ilmu Syariat, mahir dalam sastra Arab dan pandai serta kokoh dalam segenap bidang pengetahuan. Dalam semua bidang tersebut, beliau telah menampakkan kecerdasannya yang nyata. Maka, menonjollah karya-karyanya dalam mengajak dan membimbing hamba-hamba Allah menuju jalan-Nya yang lurus.
Guru-guru beliau.
Para guru beliau antara lain; Umar Basyeban Ba’alawi, ahli fiqih yang sholeh, Abdullah bin Muhammad Basahal Bagusyair dan Faqih Umar bin Abdullah Bamakhramah. Pada merekalah dia mengkaji kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah. Syeikh Ma’ruf bin Abdullah Bajamal Asy-Syibamy dan Ad-Dau’any juga termasuk guru-guru beliau.
Hijrahnya dari Tarim.
Beliau beranjak dari Kota Tarim ke kota lain bertujuan untuk menghidupkan pengajian. memperbarui corak dan menggalakkan dakwah Islamiyah di jantung kota tersebut. Maka berangkatlah beliau ke kota ‘Inat, salah satu negeri Hadramaut. Beliau menjadikan kota itu sebagai kota hijrahnya. Kota itu beliau hidupkan dengan ilmu dan dipilihnya sebagai tempat pendidikan, pengajaran dan pembimbingan. Tinggallah di sana hingga kini, masjid yang beliau dirikan dan pemakaman beliau yang luas. Syahdan, berbondong-bondonglah manusia berdatangan dari berbagai pelosok negeri untuk menimba ilmunya. Murid-murid beliau mengunjunginya dari beragam tempat: Hadramaut, Yaman, Syam, India, Indus, Mesir, Afrika, Aden, Syihr dan Misyqash.
Para murid selalu mendekati beliau untuk mengambil kesempatan merasai gambaran kemuliaan dan menyerap limpahan ilmunya. Dengan merekalah pula, kota ‘Inat yang kuno menjadi berkembang ramai. Kota itu pun berbangga dengan Syeikh Imam Abu Bakar bin Salim Al-’Alawi. Karena berkat kehadiran beliaulah kota tersebut terkenal dan tersohor, padahal sebelumnya adalah kota yang terlupakan.
Tentang hal itu, Muhammad bin Ali bin Ja’far Al-Katsiry bersyair:
Ketika kau datangi ‘Inat, tanahnya pun bedendang
Dari permukaannya yang indah terpancarlah makrifat
Dahimu kau letakkan ke tanah menghadap kiblat
Puji syukur bagi yang membuatmu mencium tanah liatnya
Kota yang di dalamnya diletakkan kesempurnaan
Kota yang mendapat karunia besar dari warganya
Dengan khidmat, masuklah sang Syeikh merendahkan diri
Duhai, kota itu telah terpenuhi harapannya.
Akhlak dan kemuliaannya
Beliau adalah seorang dermawan dan murah hati, menginfakkan hartanya tanpa takut menjadi fakir. Beliau memotong satu dua ekor unta untuk para peziarahnya, jika jumlah mereka banyak. Dan betapa banyak tamu yang mengunjungi ke pemukimannya yang luas.
Beliau amat mempedulikan para tamu dan memperhatikan keadaan mereka. Tidak kurang dari 1000 kerat roti tiap malam dan siangnya beliau sedekahkan untuk fuqara’. Kendati beliau orang yang paling ringan tangannya dan paling banyak infaknya, beliau tetap orang yang paling luhur budi pekertinya, paling lapang dadanya, paling sosial jiwanya dan paling rendah hatinya. Sampai-sampai orang banyak tidak pernah menyaksikannya beristirahat.
Syeikh ahli fiqih, Abdurrahman bin Ahmad Bawazir pernah berkata:
“Syeikh Abu Bakar selama 15 tahun dari akhir umurnya tidak pernah terlihat duduk-duduk bersama orang-orang dekatnya dan orang-orang awam lainnya kecuali untuk menanti didirikannya sholat lima waktu (yaitu duduk seperti tahiyat akhir).”.
Syeikh sangat mengasihani orang-orang lemah dan berkhidmat kepada orang-orang yang menderita kesusahan. Beliau memperlihatkan dan menyenangkan perasaan mereka dan memenuhi hak-hak mereka dengan baik.
Diantara sekian banyak akhlaknya yang mulia itu adalah kuatnya kecintaan, rasa penghormatan dan kemasyhuran nama baiknya di kalangan rakyat. Selain murid-murid dan siswa-siswanya, banyak sekali orang berkunjung untuk menemuinya dari berbagai tempat; baik dari Barat ataupun Timur, dari Syam maupu Yaman, dari orang Arab maupun non-Arab. Mereka semua menghormati dan membanggakan beliau.
Ibadah dan pendidikannya
Seringkali beliau melakukan ibadah dan riyadhah. Sehingga suatu ketika beliau tidak henti-hentinya berpuasa selama beberapa waktu dan hanya berbuka dengan kurma muda berwarna hijau dari Jahmiyyah di kota Lisk yang diwariskan oleh ayahnya. Di abnar, beliau berpuasa selama 90 hari dan selalu sholat Subuh dengan air wudhu Isya’ di Masjid Ba’isa di Kota Lask. Dalam pada itu, setiap malamnya di berangkat berziarah ke makam di Tarim dan sholat di masjid-masjid kota itu. Di masjid Ba’isa tersebut, beliau selalu sholat berjamaah. Menjelang wafat, beliau tidak pernah meningalkan sholat Dhuha dan witr.
Beliau selalu membaca wirid-wirid thoriqoh. Beliau pribadi mempunyai beberapa doa dan sholawat. Ada sebuah amalan wirid besar miliknya yang disebut “Hizb al-Hamd wa Al-Majd” yang dia diktekan kepada muridnya sebelum fajar tiba di sebuah masjid. Itu adalah karya terakhir yang disampaikan ke muridnya, Allamah Faqih Syeikh Muhammad bin Abdurrahman Bawazir pada tanggal 8 bulan Muharram tahun 992 H.
Ziarah ke makam Nabi Allah Hud a.s adalah kelazimannya yang lain. Sehingga Al-Faqih Muhammad bin Sirajuddin mengabarkan bahawa ziarah beliau mencapai 40 kali.
Setiap malam sepanjang 40 tahun, beliau beranjak dari Lask ke Tarim untuk sholat di masjid-masjid kedua kota tersebut sambil membawa beberapa tempat minum untuk wudhu, minum orang dan hewan yang berada di sekitar situ.
Ada banyak pengajaran dan kegiatan ilmiah yang beliau lakukan. Beliau membaca kitab Al-Ihya’ karya Al-Ghazzali sebanyak 40 kali. Beliau juga membaca kitab Al-Minhaj-nya Imam Nawawi dalam fiqih Syafi’i sebanyak tiga kali secara kritis. Kitab Al-Minhaj adalah satu-satunya buku pegangannya dalam fiqih. Kemudian dia juga membaca Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah di depan gurunya, Syaikh Umar bin Abdullah Bamakhramah.
Karya-karyanya
Antara lain:
- Miftah As-sara’ir wa kanz Adz-Dzakha’ir. Kitab ini beliau tulis sebelum usianya melampaui 17 tahun.
- Mi’raj Al-Arwah membahas ilmu hakikat. Beliau memulai menulis buku ini pada tahun 987 H dan menyelesaikannya pada tahun 989 H.
- Fath Bab Al-Mawahib yang juga mendiskusikan masalah-masalah ilmu hakikat. Dia memulainya di bulan Syawwal tahun 991 H dan dirampungkan dalam tahun yang sama tangal 9 bulan Dzul-Hijjah.
- Ma’arij At-Tawhid
- Dan sebuah diwan yang berisi pengalaman pada awal mula perjalanan spiritualnya.
Kata Mutiara dan Untaian Hikmah
Beliau memiliki banyak kata mutiara dan untaian hikmah yang terkenal, antara lain:
Pertama:
Paling bernilainya saat-saat dalam hidup adalah ketika kamu tidak lagi menemukan dirimu. Sebaliknya adalah ketika kamu masih menemukan dirimu. Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa engkau takkan mencapai Allah sampai kau fanakan dirimu dan kau hapuskan inderamu. Barang siapa yang mengenal dirinya (dalam keadaan tak memiliki apa pun juga), tidak akan melihat kecuali Allah; dan barang siapa tidak mengenal dirinya (sebagai tidak memiliki suatu apapun) maka tidak akan melihat Allah. Karena segala tempat hanya untuk mengalirkan apa yang di dalamnya.
Kedua:
Ungkapan beliau untuk menyuruh orang bergiat dan tidak menyia-nyiakan waktu: “Siapa yang tidak gigih di awal (bidayat) tidak akan sampai garis akhir (nihayat). Dan orang yang tidak bersungguh-sungguh (mujahadat), takkan mencapai kebenaran (musyahadat). Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang berjuang di jalan Kami, maka akan Kami tunjukkan kepadanya jalan-jalan Kami”. Siapa pun yang tidak menghemat dan menjaga awqat (waktu-waktu) tidak akan selamat dari berbagia afat (malapetaka). Orang-orang yang telah melakukan kesalahan, maka layak mendapat siksaan.
Ketiga:
Tentang persahabatan: “Siapa yang bergaul bersama orang baik-baik, dia layak mendapatkan makrifat dan rahasia (sirr). Dan mereka yang bergaul dengan para pendosa dan orang bejat, akan berhak mendapat hina dan api neraka”.
Keempat:
Penafsirannya atas sabda Rasul s.a.w: “Aku tidaklah seperti kalian. Aku selalu dalam naungan Tuhanku yang memberiku makan dan minum”. Makanan dan minuman itu, menurutnya, bersifat spiritual yang datang datang dari haribaan Yang Maha Suci”.
Kelima:
Engkau tidak akan mendapatkan berbagai hakikat, jika kamu belum meninggalkan benda-benda yang kau cintai (’Ala’iq). Orang yang rela dengan pemberian Allah (qana’ah), akan mendapt ketenteraman dan keselamatan. Sebaliknya, orang yang tamak, akan menjadi hina dan menyesal. Orang arif adalah orang yang memandang aib-aib dirinya. Sedangkan orang lalai adalah orang yang menyoroti aib-aib orang lain. Banyaklah diam maka kamu akan selamat. Orang yang banyak bicara akan banyak menyesal.
Keenam:
Benamkanlah wujudmu dalam Wujud-Nya. Hapuskanlah penglihatanmu, (dan gunakanlah) Penglihatan-Nya. Setelah semua itu, bersiaplah mendapat janji-Nya. Ambillah dari ilmu apa yang berguna, manakala engkau mendengarkanku. Resapilah, maka kamu akan meliht ucapan-ucapanku dlam keadaan terang-benderang. Insya-Allah….! Mengertilah bahawa Tuhan itu tertampakkan dalam kalbu para wali-Nya yang arif. Itu karena mereka lenyap dari selain-Nya, raib dari pandangan alam-raya melaluiKebenderangan-Nya. Di pagi dan sore hari, mereka menjadi orang-orang yang taat dalam suluk, takut dan berharap, ruku’ dan sujud, riang dan digembirakan (dengan berita gembira), dan rela akan qadha’ dan qadar-Nya. Mereka tidak berikhtiar untuk mendapat sesuatu kecuali apa-apa yang telah ditetapkan Tuhan untuk mereka”.
Ketujuh:
Orang yang bahagia adalah orang yang dibahagiakan Allah tanpa sebab (sebab efesien yang terdekat, melainkan murni anugerah fadhl dari Allah). Ini dalam bahasa Hakikat. Adapun dalam bahasa Syari’at, orang bahagia adalah orang yang Allah bahagiakan mereka dengan amal-amal saleh. Sedang orang yang celaka, adalah orang yang Allah celakakan mereka dengan meninggalkan amal-amal saleh serta merusak Syariat - kami berharap ampunan dan pengampunan dari Allah.
Kelapan:
Orang celaka adalah yang mengikuti diri dan hawa nafsunya. Dan orang yang bahagia adalah orang yang menentang diri dan hawa nafsunya, minggat dri bumi menuju Tuhannya, dan selalu menjalankan sunnah-sunnah Nabi s.a.w.
Kesembilan:
Rendah-hatilah dan jangan bersikap congkak dan angkuh.
Kesepuluh:
Kemenanganmu teletak pada pengekangan diri dan sebaliknya kehancuranmu teletak pada pengumbaran diri. Kekanglah dia dan jangan kau umbar, maka engkau pasti akn menang (dalam melawan diri) dan selamat, Insya-Allah. Orang bijak adalah orang yang mengenal dirinya sedangkan orang jahil adalah orang yang tidak mengenal dirinya. Betapa mudah bagi para ‘arif billah untuk membimbing orang jahil. Karena, kebahagiaan abadi dapt diperoleh dengan selayang pandang. Demikian pula tirai-tirai hakikat menyelubungi hati dengan hanya sekali memandang selain-Nya. Padahal Hakikat itu juga jelas tidak erhalang sehelai hijab pun. Relakan dirimu dengan apa yang telah Allah tetapkan padamu. Sebagian orang berkata: “40 tahun lamanya Allah menetapkan sesuatu pada diriku yang kemudian aku membencinya”.
Kesebelas:
Semoga Allah memberimu taufik atas apa yang Dia ingini dan redhai. Tetapkanlah berserah diri kepada Allah. Teguhlah dalam menjalankan tatacara mengikut apa yang dilarang dan diperintahkan Rasul s.a.w. Berbaik prasangkalah kepada hamba-hamba Allah. Karena prasangka buruk itu bererti tiada taufik. Teruslah rela dengan qadha’ walaupun musibah besar menimpamu. Tanamkanlah kesabaran yang indah (Ash-Shabr Al-Jamil) dalam dirimu. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah mengganjar orang-orang yang sabar itu tanpa perhitungan. Tinggalkanlah apa yang tidak menyangkut dirimu dan perketatlah penjagaan terhadap dirimu”.
Keduabelas:
Dunia ini putra akhirat. Oleh karena itu, siapa yang telah menikahi (dunia), haramlah atasnya si ibu (akhirat).
Masih banyak lagi ucapan beliau r.a. yang lain yang sangat bernilai.
Manaqib (biografi) beliau
Banyak sekali buku-buku yang ditulis mengenai biorafi beliau yang ditulis para alim besar. Antara lain:
- Bulugh Azh-Zhafr wa Al-Maghanim fi Manaqib Asy-Syaikh Abi Bakr bin Salim karya Allamah Syeikh Muhammad bin Sirajuddin.
- Az-Zuhr Al-Basim fi Raba Al-Jannat; fi Manaqib Abi Bakr bin Salim Shahib ‘Inat oleh Allamah Syeikh Abdullah bin Abi Bakr bin Ahmad Basya’eib.
- Sayyid al-Musnad pemuka agama yang masyhur, Salim bin Ahmad bin Jindan Al-’Alawy mengemukakan bahawa dia memiliki beberapa manuskrip (naskah yang masih berbentuk tulisan tangan) tentang Syeikh Abu Bakar bin Salim. Di antaranya; Bughyatu Ahl Al-Inshaf bin Manaqib Asy-Syeikh Abi Bakr bin Salim bin Abdullah As-Saqqaf karya Allamah Muhammad bin Umar bin Shalih bin Abdurraman Baraja’ Al-Khatib.
Mendengarkan dan Menyimak
Nasehat Alhabib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Syaikh Abubakar bin Salim yang disampaikan dalam rangkaian acara haul Syaikh Abubakar bin Salim di Cidodol - Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, ahad 11 Januari 2009, diterjemahkan oleh Alhabib Jindan bin Naufal bin Salim bin Jindan.
Alhabib Umar bin Hafidz mengawali nasehat dengan mengucapkan syukur kepada Allah Swt atas berkumpulnya kita di tempat yang mulia untuk mengenang orang mulia dengan bacaan-bacaan yang mulia. Beliau mengingatkan agar kita yang hadir juga menghadirkan hati kita masing-masing di sini.
Alhabib Umar menceritakan keadaan para shohabat Rosulullah Muhammad Saw jaman dulu yang begitu indah, mereka mendengarkan dan menyimak apa yang diajarkan, apa yang disampaikan, apa yang diteladankan oleh Rosulullah Muhammad Saw kepada mereka.
Para shohabat mendengar, menyimak untuk kemudian dipahami dan diamalkan. Keadaan membuat mereka diridhoi oleh Allah Swt, mereka diridhoi oleh Allah Swt karena ketaatan mereka kepada Rosulullah Muhammad Saw. Barang siapa dikatakan taat kepada Allah Swt jikalau dia mentaati Rosulullah Muhammad Saw, dikatakan mentaati Rosulullah jikalau dia menjalankan sunnah-sunnah beliau Saw.
Apa yang dilakukan para shohabat berlangsung hingga Rosulullah Muhammad Saw wafat. Suatu ketika di saat sayid Abubakar sedang menyampaikan nasehat-nasehat beliau di hadapan banyak orang, ada orang yang begitu mendengarkan dan menyimak apa yang beliau sampaikan, maka sayid Abubakar berkata beginilah keadaan kami pada waktu mendengarkan nasehat Rosulullah Muhammad Saw.
Dengan mendengarkan dan menyimak apa yang disampaikan akan mendatangkan ridho Alah Swt. Lihatlah perang Badr! Pasukan Islam hanya sekitar 300 orang tapi menghadapi musuh yang jumlahnya jauh lebih banyak di atas mereka. Musuh yang sudah sangat siapa berperang, sedangkan pasukan Islam awal hanya bermaksud mencegat saja, bukan berperang, tapi mereka sanggup mengalahkan pasukan musuh dan mendapat kemenangan yang gemilang. Kemenangan itu mereka dapatkan karena mereka mentaati perintah Rosulullah Muhammad Saw, semua perintah Rosulullah Muhammad Saw mereka lakukan.
Sekarang coba lihat perang Uhud, pasukan Islam siap berperang tapi mereka mengalami banyak kerugian, pasukan banyak yang wafat bahkan Rosulullah Muhammad Saw pun ikut terluka karenanya. Kenapa, bukankah kali ini mereka sudah siap untuk berperang daripada perang Badr? Mereka mengalami banyak kerugian karena pasukan Islam tidak melakukan perintah Rosulullah Muhammad Saw, hanya satu perintah Rosulullah Muhammad Saw tidak mereka lakukan yaitu Rosulullah Muhammad Saw memerintahkan agar pasukan panah jangan turun dari gunung. Tapi pasukan panah Islam melihat pasukan musuh yang terlihat kalah, mereka mengira sudah menang sehingga mereka mengejar musuh ke bawah gunung. Ternyata ini jebakan sehingga pasukan Islam kalah. Lihatlah apa akibat tidak melakukan perintah Rosulullah Muhammad Saw, kita akan mengalami suatu kerugian yang sangat besar! Jangan katakan "Ah, hanya satu dari perintah Rosulullah Muhammad Saw yang tidak aku jalankan!", jangan katakan begitu! Meski satu perintah tidak kita lakukan tapi itu akan mengakibatkan kerugian besar bagi kita.
Instropeksi diri kita sendiri, perbaiki diri kita dulu, baru keluarga dan lingkungan kita! Lihat berapa banyak yang bermasiat kepada Allah Swt? Kalau kita mentaati Allah Swt maka Allah Swt akan menolong kita. Tidak cukup kita hanya berteriak-teriak saja, tapi perbaiki diri kita dulu. Keadaan di Palestine sekarang banyak yang terbunuh, jika niat mereka benar maka mereka mati dalam keadaan syahid. Mati syahid adalah mulia!
Yang perlu dikhawatirkan adalah keadaan orang Islam yang tidak melakukan atau meremehkan syari'at Islam, bukankah di sekitar kita sangat banyak orang Islam yang meremehkan sholat bahkan tidak sholat, sangat banyak orang Islam yang sholat Subuh-nya selalu saja terlambat dengan berbagai macam alasan mereka, sangat banyak orang Islam yang tidak mengeluarkan zakat, tidak melakukan puasa Romadhon dan lain sebagainya. Jika mereka ini mati, maka mereka akan mati dalam keadaan celaka karena tidak melakukan perintah Allah Swt dan Rosulullah Muhammad Saw!
Pertolongan dari Allah Swt itu berkat ketaatan kita kepada Allah Swt, musuh-musuh kita kalah karena mereka tidak taat kepada Allah Swt. Ada tiga hal yang diandalkan oleh musuh-musuh Islam, yaitu :
1. Harta, mereka terbuai dengan harta benda.
2. Teknologi, mereka terbuai dengan teknologi yang mereka punyai.
3. Bangunan, mereka terbuai dengan megahnya bangunan yang mereka bangun.
Mereka terbuai dengan ketiga hal tersebut dan mereka dengan berbagai cara menanamkan ini kepada umat Islam. Waspadalah! Padahal Rosulullah Muhammad Saw sudah mengingatkan kepada mereka agar tidak terbuai dengan hal-hal tersebut, tapi mereka tidak mentaatinya. Karena mereka tidak mentaati perintah Rosulullah Muhammad Saw, maka menjadi tidak bermanfaat apa yang mereka andalkan tersebut.
Ada orang yang dipahamkan oleh Allah Swt untuk mentaati perintah Rosulullah Muhammad Saw, tapi ada orang yang tidak dipahamkan oleh Allah Swt untuk mentaati perintah Rosulullah Muhammad Saw (jadi meski disampaikan tentang perintah-perintah Rosulullah Muhammad Saw, maka mereka tidak akan mentaatinya; sungguh celaka orang yang seperti ini!). Sebagaimana dikatakan oleh Alhabib Umar bin Hafidz bahwa orang yang berdzikir itu berarti mereka diijinkan oleh Allah Swt untuk berdzikir, sedangkan mereka yang tidak mau berdzikir maka mereka ini tidak diijinkan oleh Allah Swt untuk berdzikir. Jadi kita wajib bersyukur seandainya di saat ini kita masih mau untuk berdzikir dan mentaati perintah Rosulullah Muhammad Saw, karena Allah Swt mengijinkan kita untuk mengingat-Nya dan masih mengijinkan kita untuk mentaati perintah Rosulullah Muhammad Saw.
Rosulullah Muhammad Saw setiap malam menangis untuk umat beliau Saw, berdakwah untuk umat beliau Saw dan berkorban banyak untuk umat maka kita wajib mendengarkan dan menyimak apa yang beliau Saw sampaikan. Apa yang terjadi sekarang ini kembali kepada kita, maknanya adalah kapan kita kembali ke Allah Swt? Kapan kita kembali jalannya Allah Swt yang diajarkan oleh Rosulullah Muhammad Saw?
Taatlah kepada Alah Swt dan kepada Rosulullah Muhammad Saw agar Allah Swt menolong kita sebagaimana yang sudah terjadi di perang Badr.
Alhabib Umar bin Hafidz mengawali nasehat dengan mengucapkan syukur kepada Allah Swt atas berkumpulnya kita di tempat yang mulia untuk mengenang orang mulia dengan bacaan-bacaan yang mulia. Beliau mengingatkan agar kita yang hadir juga menghadirkan hati kita masing-masing di sini.
Alhabib Umar menceritakan keadaan para shohabat Rosulullah Muhammad Saw jaman dulu yang begitu indah, mereka mendengarkan dan menyimak apa yang diajarkan, apa yang disampaikan, apa yang diteladankan oleh Rosulullah Muhammad Saw kepada mereka.
Para shohabat mendengar, menyimak untuk kemudian dipahami dan diamalkan. Keadaan membuat mereka diridhoi oleh Allah Swt, mereka diridhoi oleh Allah Swt karena ketaatan mereka kepada Rosulullah Muhammad Saw. Barang siapa dikatakan taat kepada Allah Swt jikalau dia mentaati Rosulullah Muhammad Saw, dikatakan mentaati Rosulullah jikalau dia menjalankan sunnah-sunnah beliau Saw.
Apa yang dilakukan para shohabat berlangsung hingga Rosulullah Muhammad Saw wafat. Suatu ketika di saat sayid Abubakar sedang menyampaikan nasehat-nasehat beliau di hadapan banyak orang, ada orang yang begitu mendengarkan dan menyimak apa yang beliau sampaikan, maka sayid Abubakar berkata beginilah keadaan kami pada waktu mendengarkan nasehat Rosulullah Muhammad Saw.
Dengan mendengarkan dan menyimak apa yang disampaikan akan mendatangkan ridho Alah Swt. Lihatlah perang Badr! Pasukan Islam hanya sekitar 300 orang tapi menghadapi musuh yang jumlahnya jauh lebih banyak di atas mereka. Musuh yang sudah sangat siapa berperang, sedangkan pasukan Islam awal hanya bermaksud mencegat saja, bukan berperang, tapi mereka sanggup mengalahkan pasukan musuh dan mendapat kemenangan yang gemilang. Kemenangan itu mereka dapatkan karena mereka mentaati perintah Rosulullah Muhammad Saw, semua perintah Rosulullah Muhammad Saw mereka lakukan.
Sekarang coba lihat perang Uhud, pasukan Islam siap berperang tapi mereka mengalami banyak kerugian, pasukan banyak yang wafat bahkan Rosulullah Muhammad Saw pun ikut terluka karenanya. Kenapa, bukankah kali ini mereka sudah siap untuk berperang daripada perang Badr? Mereka mengalami banyak kerugian karena pasukan Islam tidak melakukan perintah Rosulullah Muhammad Saw, hanya satu perintah Rosulullah Muhammad Saw tidak mereka lakukan yaitu Rosulullah Muhammad Saw memerintahkan agar pasukan panah jangan turun dari gunung. Tapi pasukan panah Islam melihat pasukan musuh yang terlihat kalah, mereka mengira sudah menang sehingga mereka mengejar musuh ke bawah gunung. Ternyata ini jebakan sehingga pasukan Islam kalah. Lihatlah apa akibat tidak melakukan perintah Rosulullah Muhammad Saw, kita akan mengalami suatu kerugian yang sangat besar! Jangan katakan "Ah, hanya satu dari perintah Rosulullah Muhammad Saw yang tidak aku jalankan!", jangan katakan begitu! Meski satu perintah tidak kita lakukan tapi itu akan mengakibatkan kerugian besar bagi kita.
Instropeksi diri kita sendiri, perbaiki diri kita dulu, baru keluarga dan lingkungan kita! Lihat berapa banyak yang bermasiat kepada Allah Swt? Kalau kita mentaati Allah Swt maka Allah Swt akan menolong kita. Tidak cukup kita hanya berteriak-teriak saja, tapi perbaiki diri kita dulu. Keadaan di Palestine sekarang banyak yang terbunuh, jika niat mereka benar maka mereka mati dalam keadaan syahid. Mati syahid adalah mulia!
Yang perlu dikhawatirkan adalah keadaan orang Islam yang tidak melakukan atau meremehkan syari'at Islam, bukankah di sekitar kita sangat banyak orang Islam yang meremehkan sholat bahkan tidak sholat, sangat banyak orang Islam yang sholat Subuh-nya selalu saja terlambat dengan berbagai macam alasan mereka, sangat banyak orang Islam yang tidak mengeluarkan zakat, tidak melakukan puasa Romadhon dan lain sebagainya. Jika mereka ini mati, maka mereka akan mati dalam keadaan celaka karena tidak melakukan perintah Allah Swt dan Rosulullah Muhammad Saw!
Pertolongan dari Allah Swt itu berkat ketaatan kita kepada Allah Swt, musuh-musuh kita kalah karena mereka tidak taat kepada Allah Swt. Ada tiga hal yang diandalkan oleh musuh-musuh Islam, yaitu :
1. Harta, mereka terbuai dengan harta benda.
2. Teknologi, mereka terbuai dengan teknologi yang mereka punyai.
3. Bangunan, mereka terbuai dengan megahnya bangunan yang mereka bangun.
Mereka terbuai dengan ketiga hal tersebut dan mereka dengan berbagai cara menanamkan ini kepada umat Islam. Waspadalah! Padahal Rosulullah Muhammad Saw sudah mengingatkan kepada mereka agar tidak terbuai dengan hal-hal tersebut, tapi mereka tidak mentaatinya. Karena mereka tidak mentaati perintah Rosulullah Muhammad Saw, maka menjadi tidak bermanfaat apa yang mereka andalkan tersebut.
Ada orang yang dipahamkan oleh Allah Swt untuk mentaati perintah Rosulullah Muhammad Saw, tapi ada orang yang tidak dipahamkan oleh Allah Swt untuk mentaati perintah Rosulullah Muhammad Saw (jadi meski disampaikan tentang perintah-perintah Rosulullah Muhammad Saw, maka mereka tidak akan mentaatinya; sungguh celaka orang yang seperti ini!). Sebagaimana dikatakan oleh Alhabib Umar bin Hafidz bahwa orang yang berdzikir itu berarti mereka diijinkan oleh Allah Swt untuk berdzikir, sedangkan mereka yang tidak mau berdzikir maka mereka ini tidak diijinkan oleh Allah Swt untuk berdzikir. Jadi kita wajib bersyukur seandainya di saat ini kita masih mau untuk berdzikir dan mentaati perintah Rosulullah Muhammad Saw, karena Allah Swt mengijinkan kita untuk mengingat-Nya dan masih mengijinkan kita untuk mentaati perintah Rosulullah Muhammad Saw.
Rosulullah Muhammad Saw setiap malam menangis untuk umat beliau Saw, berdakwah untuk umat beliau Saw dan berkorban banyak untuk umat maka kita wajib mendengarkan dan menyimak apa yang beliau Saw sampaikan. Apa yang terjadi sekarang ini kembali kepada kita, maknanya adalah kapan kita kembali ke Allah Swt? Kapan kita kembali jalannya Allah Swt yang diajarkan oleh Rosulullah Muhammad Saw?
Taatlah kepada Alah Swt dan kepada Rosulullah Muhammad Saw agar Allah Swt menolong kita sebagaimana yang sudah terjadi di perang Badr.
Friday, January 09, 2009
Meneliti Diri Kita
Oleh : Ustadz Abdussalam
(Disampaikan dalam rangka khotbah jumu'ah di Masjid Baytun Na'im - Mranggen, Demak)
Bersyukurlah kita semua kepada Allah Swt atas segala yang dikaruniakan-Nya kepada kita semua. Atas segala yang kita miliki, meskipun berbeda antara satu dengan yang lain tetapi itu adalah karunia Allah Swt yang terbaik yang diberikan kepada kita. Bersyukurlah kepada Allah Swt maka Allah Swt akan menambah nikmat kita.
Bersyukur itu bisa mengakibatkan kita mengistropeksi diri, meneliti diri kita apakah kita sudah melakukan perbuatan-perbuatan baik atau belum, apakah kita masih melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt lewat nabi Muhammad Saw atau tidak? Di saat kita sudah mampu mengistropeksi diri kita maka kita akan mengakui bahwa diri kita ternyata masih banyak melakukan hal-hal yang seharusnya tidak kita lakukan, ternyata kita belum banyak melakukan hal-hal yang seharusnya kita lakukan, ternyata masih banyak dosa pada diri kita, ternyata kita masih menyia-nyiakan umur kita untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kita.
Oleh karena itu perbanyaklah istighfar, perbanyaklah memohon ampunan Allah Swt atas dosa-dosa kita, akui kesalahan-kesalahan kita dengan bertaubat nashuha yaitu taubat yang sebenar-benarnya taubat maka kita akan aman.
Rubahlah kebiasaan-kebiasaan kita yang jelek menjadi kebiasaan yang baik dan bermanfaat bagi kita dengan usaha maksimal. Perbanyaklah juga amal shodaqoh dan makmurkan masjid-masijd serta istiqomah dalam kebaikan-kebaikan.
(Disampaikan dalam rangka khotbah jumu'ah di Masjid Baytun Na'im - Mranggen, Demak)
Bersyukurlah kita semua kepada Allah Swt atas segala yang dikaruniakan-Nya kepada kita semua. Atas segala yang kita miliki, meskipun berbeda antara satu dengan yang lain tetapi itu adalah karunia Allah Swt yang terbaik yang diberikan kepada kita. Bersyukurlah kepada Allah Swt maka Allah Swt akan menambah nikmat kita.
Bersyukur itu bisa mengakibatkan kita mengistropeksi diri, meneliti diri kita apakah kita sudah melakukan perbuatan-perbuatan baik atau belum, apakah kita masih melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt lewat nabi Muhammad Saw atau tidak? Di saat kita sudah mampu mengistropeksi diri kita maka kita akan mengakui bahwa diri kita ternyata masih banyak melakukan hal-hal yang seharusnya tidak kita lakukan, ternyata kita belum banyak melakukan hal-hal yang seharusnya kita lakukan, ternyata masih banyak dosa pada diri kita, ternyata kita masih menyia-nyiakan umur kita untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kita.
Oleh karena itu perbanyaklah istighfar, perbanyaklah memohon ampunan Allah Swt atas dosa-dosa kita, akui kesalahan-kesalahan kita dengan bertaubat nashuha yaitu taubat yang sebenar-benarnya taubat maka kita akan aman.
Rubahlah kebiasaan-kebiasaan kita yang jelek menjadi kebiasaan yang baik dan bermanfaat bagi kita dengan usaha maksimal. Perbanyaklah juga amal shodaqoh dan makmurkan masjid-masijd serta istiqomah dalam kebaikan-kebaikan.
Sifat Mukmin
Oleh : Bisyaroh
Kalam Al-'Arif Billah Al-Habib Abdullah bin Muhsin Al-'Atthas. Kalam beliau pada majlisnya yang dicatat oleh Asy-Syeikh Al-'Alim Abdurrahman bin Muhammad 'Arfan Baradja.
Berkata Al-Habib Abdullah bin Husin Bin Thohir,
"Terima kasih kepada Allah atas setiap kebaikan yang ada di balik musibah-musibah, yang mana (musibah-musibah) itu memberikan kepada kami ilmu-ilmu yang bermanfaat".
Manusia di dunia ini selalu berubah-ubah hidup di antara kemudahan dan kesulitan, bahagia dan sedih, kaya dan miskin, sehat dan sakit. Manusia (dengan keadaan ini) harus bisa hidup dengan dua keadaan, yaitu keadaan bersyukur dan keadaan sabar, sehingga ia harus bisa bersikap syukur dan sabar.
Berkata seseorang yang hadir (di majlis tersebut),
"Apakah manusia itu masih mendapat pahala jika ia kurang bersabar?".
Sayyidi (Al-Habib Abdullah bin Muhsin Al-'Atthas) menjawab,
"Ya. Ia masih mendapat pahala sesuai dengan kadar kesabarannya dan kadar rasa syukurnya. Tidaklah hilang kesabaran manusia kecuali hanya berkurang dan bertambah."
Kemudian aku (Asy-Syeikh Abdurrahman bin Muhammad 'Arfan Baradja) bertanya kepada beliau,
"Apakah makna firman Allah Ta'ala , 'Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat gundah atau tidak sabar. Jika ia ditimpa kesulitan, ia berkeluh kesah. Dan jika ia mendapat kebaikan, ia amat kikir.' (QS. Al-Ma'arij: 19-21)".
Beliau ra menjawab,
"Maknanya adalah sesungguhnya keluh kesah dan sifat kikir itu merupakan suatu bawaan pada watak manusia. Akan tetapi seorang mukmin tidak seharusnya berperilaku yang demikian karena sesungguhnya ia diperintahkan untuk menghilangkan perilaku tersebut. Oleh karena itu, ia akan mendapatkan pahala atas mujahadahnya untuk menghilangkan sifat-sifat itu. (Ketahuilah bahwa) semua sifat itu, baik yang terpuji ataupun yang tercela, ada pada watak manusia. Akan tetapi sifat-sifat yang tergolong terpuji itu harus benar-benar dimiliki oleh seorang mukmin, sedangkan sifat-sifat yang tergolong tercela harus ditinggalkan."
[Majmu' kalam Al-Habib Abdullah bin Muhsin Al-'Atthas, disusun oleh Al-Habib Alwi bin Muhammad Alhaddad dan Asy-Syeikh Abdurrahman bin Muhammad 'Arfan Baradja, hal. 63, manuskrip]
Kalam Al-'Arif Billah Al-Habib Abdullah bin Muhsin Al-'Atthas. Kalam beliau pada majlisnya yang dicatat oleh Asy-Syeikh Al-'Alim Abdurrahman bin Muhammad 'Arfan Baradja.
Berkata Al-Habib Abdullah bin Husin Bin Thohir,
"Terima kasih kepada Allah atas setiap kebaikan yang ada di balik musibah-musibah, yang mana (musibah-musibah) itu memberikan kepada kami ilmu-ilmu yang bermanfaat".
Manusia di dunia ini selalu berubah-ubah hidup di antara kemudahan dan kesulitan, bahagia dan sedih, kaya dan miskin, sehat dan sakit. Manusia (dengan keadaan ini) harus bisa hidup dengan dua keadaan, yaitu keadaan bersyukur dan keadaan sabar, sehingga ia harus bisa bersikap syukur dan sabar.
Berkata seseorang yang hadir (di majlis tersebut),
"Apakah manusia itu masih mendapat pahala jika ia kurang bersabar?".
Sayyidi (Al-Habib Abdullah bin Muhsin Al-'Atthas) menjawab,
"Ya. Ia masih mendapat pahala sesuai dengan kadar kesabarannya dan kadar rasa syukurnya. Tidaklah hilang kesabaran manusia kecuali hanya berkurang dan bertambah."
Kemudian aku (Asy-Syeikh Abdurrahman bin Muhammad 'Arfan Baradja) bertanya kepada beliau,
"Apakah makna firman Allah Ta'ala , 'Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat gundah atau tidak sabar. Jika ia ditimpa kesulitan, ia berkeluh kesah. Dan jika ia mendapat kebaikan, ia amat kikir.' (QS. Al-Ma'arij: 19-21)".
Beliau ra menjawab,
"Maknanya adalah sesungguhnya keluh kesah dan sifat kikir itu merupakan suatu bawaan pada watak manusia. Akan tetapi seorang mukmin tidak seharusnya berperilaku yang demikian karena sesungguhnya ia diperintahkan untuk menghilangkan perilaku tersebut. Oleh karena itu, ia akan mendapatkan pahala atas mujahadahnya untuk menghilangkan sifat-sifat itu. (Ketahuilah bahwa) semua sifat itu, baik yang terpuji ataupun yang tercela, ada pada watak manusia. Akan tetapi sifat-sifat yang tergolong terpuji itu harus benar-benar dimiliki oleh seorang mukmin, sedangkan sifat-sifat yang tergolong tercela harus ditinggalkan."
[Majmu' kalam Al-Habib Abdullah bin Muhsin Al-'Atthas, disusun oleh Al-Habib Alwi bin Muhammad Alhaddad dan Asy-Syeikh Abdurrahman bin Muhammad 'Arfan Baradja, hal. 63, manuskrip]
Wednesday, January 07, 2009
Peristiwa Ghaza
Oleh : Habib Ali Aljufri
Wasiat Habib Ali Aljufri mengenai peristiwa Ghaza
Al-Habib Ali bin Abdurrahman Aljufri berwasiat kepada segenap kaum muslimin untuk membantu doa kepada saudara-saudara kita kaum muslimin di Ghaza khususnya, dan di segenap penjuru dunia umumnya, dengan berlindung kepada Allah, bertaubat kepada-Nya dan merendahkan diri di hadapan-Nya, seraya membaca firman Allah,
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ
فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ
وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
"(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,' maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, 'Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.' "
(QS. Ali Imron: 173)
حسبنا الله ونعم الوكيل
"HasbunaAllah wa ni'mal wakiil" - dibaca 450 kali.
فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ
وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ
"Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar."
(QS. Ali Imron: 174)
- dibaca sedikitnya 70 kali di waktu sore.
Wasiat Habib Ali Aljufri mengenai peristiwa Ghaza
Al-Habib Ali bin Abdurrahman Aljufri berwasiat kepada segenap kaum muslimin untuk membantu doa kepada saudara-saudara kita kaum muslimin di Ghaza khususnya, dan di segenap penjuru dunia umumnya, dengan berlindung kepada Allah, bertaubat kepada-Nya dan merendahkan diri di hadapan-Nya, seraya membaca firman Allah,
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ
فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ
وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
"(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, 'Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,' maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, 'Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.' "
(QS. Ali Imron: 173)
حسبنا الله ونعم الوكيل
"HasbunaAllah wa ni'mal wakiil" - dibaca 450 kali.
فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ
وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ
"Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar."
(QS. Ali Imron: 174)
- dibaca sedikitnya 70 kali di waktu sore.
Habib 'Umar bin Hafîdz
Oleh : Habib Naufal bi Muhammad Alaydrus
Sekilas Sejarah Dakwah
Habib 'Umar bin Hafîdz Di Indonesia
Dikutip Dari Obat Hati-1; Ringkasan Ihya Ulumiddin.
Saduran ceramah Habib Umar bin Hafidz
Penyadur : Naufal bin Muhammad ALaydrus
Penerbit : Taman Ilmu
Habib 'Umar bin Muhammad bin Sâlim bin Hafîdz merupakan seorang pendidik dan sekaligus ahli dakwah. Meski berasal dari tempat yang terpencil, Tarim, Hadhramaut, namun gema dakwah beliau sampai ke Mekah, Madinah, Oman, Bahrain, Yordania, beberapa negara di Afrika, India, Malaysia, Indonesia, Amerika, Inggris, Kanada dan lain-lain. Dalam sebagian kunjungan dakwahnya tersebut, CNN, BBC, stasiun TV Bahrain mengambil kesempatan untuk mewawancarainya.
Pada tahun 1993 beliau berdakwah ke berbagai kota di Indonesia. Usia beliau saat itu 32 tahun. Masyarakat Indonesia terpesona melihat kesalehan, keluhuran budi, dan keluasan ilmunya. Beberapa orang tua, sebagian dari kalangan pondok pesantren, lalu mempercayakan pendidikan putra-putra mereka kepada beliau. Pada tahun 1998, beliau kembali ke Indonesia menyerahkan sendiri 30 anak yang telah dititipkan kepada beliau setelah dididik dan digembleng di pesantren beliau.
Tentang hal ini, di dalam ceramah yang beliau di hadapan guru kami, Al-Marhûm Habib Muhammad Anîs bin 'Alwî bin 'Alî Al-Habsyî, dalam kesempatan Haul Habib 'Alî bin Muhammad Al-Habsyî yang diselenggarakan setiap tahun di kota Solo, beliau berkata, "Para pelajar lulusan Tarim yang kalian lihat ini memiliki cerita menarik. Ketika Habib Anîs berkunjung ke Hadhramaut untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi di Anîsah, beliau bertemu dengan Habib 'Abdulqâdir bin Ahmad Assaqqâf dan mertua saya, Habib Muhammad bin 'Abdullâh Al-Haddâr.
Pada kesempatan itu Habib Anîs berkata kepada 'Abdulqâdir bin Ahmad Assaqqâf, "Aku ingin anak kita, 'Umar, berkunjung ke Indonesia untuk mengingatkan kami pada sejarah para salaf dan apa yang mereka miliki. Aku ingin anak-anak kita mengetahuinya."
Habib 'Abdulqâdir berkata, "Wahai 'Umar, bulatkan tekadmu, bangkitlah dan bertawakkal-lah kepada Allâh."
Pada saat itu mertua saya berkata, "Persiapkanlah dirimu, berangkatlah. Kami sungguh mengkhawatirkan sejarah salaf. Pergilah, agar mereka mengingat salaf dan keluarga mereka yang akan menyampaikan mereka kepada Allâh."
Akhirnya, berangkatlah saya ke Indonesia lima tahun yang lalu (1993), menghadiri haul ini, pertemuan ini. Setelah itu saya berkeliling ke berbagai kota. Berkat Habib 'Alî bin Muhammad Al-Habsyî dan niat baik ini (niat Habib Anîs), tergeraklah hati masyarakat. Mereka satu demi satu datang ke Hadhramaut. Jumlah mereka saat itu kurang lebih 30 orang yang datang dari berbagai kota di negeri ini; dari kalangan pondok pesantren dan orang-orang yang memiliki perhatian pada dakwah."[1]
Kedatangan awal Habib 'Umar ke negeri ini adalah berkat niat dan tekad mulia Habib Anîs. Dan Alhamdulillâh, cita-cita mulia beliau tersebut terwujud dengan baik. Semoga Allâh membalas Al-Marhûm Habib Muhammad Anîs bin 'Alwî bin 'Alî Al-Habsyî dengan sebaik-baik balasan, menempatkan beliau di Surga, bersama para Nabi, Shiddîqîn, Syuhadâ` dan kaum sholihin, Amin.
Kendati masih muda, Habib 'Umar disegani alim ulama, tua maupun muda. Beliau juga dikenal sebagai pemuda yang tak kenal lelah. Setiap tarikan napas, setiap energi yang dikeluarkan tubuhnya beliau gunakan untuk mengajar, berdakwah dan beribadah. Kader-kader Dârul Musthafâ terus mengalir ke berbagai belahan dunia, dan kehadiran mereka selalu disambut gembira.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Dârul Musthafâ memiliki nama harum dan berkembang pesat, tetapi faktor yang paling menonjol adalah karena pondok ini dikelola oleh seorang pengasuh yang memenuhi segala persyaratan. Habib 'Umar adalah seorang alim yang mengamalkan ilmunya. Beliau memiliki visi jauh ke depan; menerapkan dengan ketat managemen dakwah dan pendidikan. Beliau juga dicintai murid-muridnya sehingga memudahkan beliau untuk mengelola, menempa dan mencetak kader-kadernya sebelum diterjunkan ke dalam masyarakat. Beliau menjaga murid-muridnya, yang dekat maupun yang jauh, seperti seorang ayah terhadap anak-anaknya.
Semoga Allâh memanjangkan usia beliau dalam curahan kebaikan dan kesehatan, serta menjadikan kita sebagai orang-orang yang dapat memetik manfaat dari beliau. Amin.
----------------------------------
[1] Ulama Hadhramaut, Putera Riyadi, Cet.I, Maret 1999, hal.67-68
Sekilas Sejarah Dakwah
Habib 'Umar bin Hafîdz Di Indonesia
Dikutip Dari Obat Hati-1; Ringkasan Ihya Ulumiddin.
Saduran ceramah Habib Umar bin Hafidz
Penyadur : Naufal bin Muhammad ALaydrus
Penerbit : Taman Ilmu
Habib 'Umar bin Muhammad bin Sâlim bin Hafîdz merupakan seorang pendidik dan sekaligus ahli dakwah. Meski berasal dari tempat yang terpencil, Tarim, Hadhramaut, namun gema dakwah beliau sampai ke Mekah, Madinah, Oman, Bahrain, Yordania, beberapa negara di Afrika, India, Malaysia, Indonesia, Amerika, Inggris, Kanada dan lain-lain. Dalam sebagian kunjungan dakwahnya tersebut, CNN, BBC, stasiun TV Bahrain mengambil kesempatan untuk mewawancarainya.
Pada tahun 1993 beliau berdakwah ke berbagai kota di Indonesia. Usia beliau saat itu 32 tahun. Masyarakat Indonesia terpesona melihat kesalehan, keluhuran budi, dan keluasan ilmunya. Beberapa orang tua, sebagian dari kalangan pondok pesantren, lalu mempercayakan pendidikan putra-putra mereka kepada beliau. Pada tahun 1998, beliau kembali ke Indonesia menyerahkan sendiri 30 anak yang telah dititipkan kepada beliau setelah dididik dan digembleng di pesantren beliau.
Tentang hal ini, di dalam ceramah yang beliau di hadapan guru kami, Al-Marhûm Habib Muhammad Anîs bin 'Alwî bin 'Alî Al-Habsyî, dalam kesempatan Haul Habib 'Alî bin Muhammad Al-Habsyî yang diselenggarakan setiap tahun di kota Solo, beliau berkata, "Para pelajar lulusan Tarim yang kalian lihat ini memiliki cerita menarik. Ketika Habib Anîs berkunjung ke Hadhramaut untuk menghadiri peringatan Maulid Nabi di Anîsah, beliau bertemu dengan Habib 'Abdulqâdir bin Ahmad Assaqqâf dan mertua saya, Habib Muhammad bin 'Abdullâh Al-Haddâr.
Pada kesempatan itu Habib Anîs berkata kepada 'Abdulqâdir bin Ahmad Assaqqâf, "Aku ingin anak kita, 'Umar, berkunjung ke Indonesia untuk mengingatkan kami pada sejarah para salaf dan apa yang mereka miliki. Aku ingin anak-anak kita mengetahuinya."
Habib 'Abdulqâdir berkata, "Wahai 'Umar, bulatkan tekadmu, bangkitlah dan bertawakkal-lah kepada Allâh."
Pada saat itu mertua saya berkata, "Persiapkanlah dirimu, berangkatlah. Kami sungguh mengkhawatirkan sejarah salaf. Pergilah, agar mereka mengingat salaf dan keluarga mereka yang akan menyampaikan mereka kepada Allâh."
Akhirnya, berangkatlah saya ke Indonesia lima tahun yang lalu (1993), menghadiri haul ini, pertemuan ini. Setelah itu saya berkeliling ke berbagai kota. Berkat Habib 'Alî bin Muhammad Al-Habsyî dan niat baik ini (niat Habib Anîs), tergeraklah hati masyarakat. Mereka satu demi satu datang ke Hadhramaut. Jumlah mereka saat itu kurang lebih 30 orang yang datang dari berbagai kota di negeri ini; dari kalangan pondok pesantren dan orang-orang yang memiliki perhatian pada dakwah."[1]
Kedatangan awal Habib 'Umar ke negeri ini adalah berkat niat dan tekad mulia Habib Anîs. Dan Alhamdulillâh, cita-cita mulia beliau tersebut terwujud dengan baik. Semoga Allâh membalas Al-Marhûm Habib Muhammad Anîs bin 'Alwî bin 'Alî Al-Habsyî dengan sebaik-baik balasan, menempatkan beliau di Surga, bersama para Nabi, Shiddîqîn, Syuhadâ` dan kaum sholihin, Amin.
Kendati masih muda, Habib 'Umar disegani alim ulama, tua maupun muda. Beliau juga dikenal sebagai pemuda yang tak kenal lelah. Setiap tarikan napas, setiap energi yang dikeluarkan tubuhnya beliau gunakan untuk mengajar, berdakwah dan beribadah. Kader-kader Dârul Musthafâ terus mengalir ke berbagai belahan dunia, dan kehadiran mereka selalu disambut gembira.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Dârul Musthafâ memiliki nama harum dan berkembang pesat, tetapi faktor yang paling menonjol adalah karena pondok ini dikelola oleh seorang pengasuh yang memenuhi segala persyaratan. Habib 'Umar adalah seorang alim yang mengamalkan ilmunya. Beliau memiliki visi jauh ke depan; menerapkan dengan ketat managemen dakwah dan pendidikan. Beliau juga dicintai murid-muridnya sehingga memudahkan beliau untuk mengelola, menempa dan mencetak kader-kadernya sebelum diterjunkan ke dalam masyarakat. Beliau menjaga murid-muridnya, yang dekat maupun yang jauh, seperti seorang ayah terhadap anak-anaknya.
Semoga Allâh memanjangkan usia beliau dalam curahan kebaikan dan kesehatan, serta menjadikan kita sebagai orang-orang yang dapat memetik manfaat dari beliau. Amin.
----------------------------------
[1] Ulama Hadhramaut, Putera Riyadi, Cet.I, Maret 1999, hal.67-68
Tuesday, January 06, 2009
Jauhi Syirik !
Oleh : Habib Shodiq bin Abubakar Baharun
(Disampaikan di majlis Madadun Nabawiy di masjid Alhikmah, Gemah - Semarang, tanggal 3 januari 2009)
Ingatlah, awal yang maka akhir akan baik pula dan yang tengah akan mengikuti! Semua yang kita lakukan akan dima'afkan oleh Allah Swt kecuali syirik. Syirik yaitu semua yang menduakan Allah Swt baik dhohir ataupun batin.
Syirik secara dhohir sebagaimana diketahui adalah menyembah dan mengakui Tuhan selain Allah Swt dengan diikuti oleh gerak badan kita, misal menyembah patung, menyembah pohon, mengakui lewat lesan bahwa dia yakin kepada selain Allah Swt dsb. Syirik secara dhohir seperti ini maka jika dilakukan oleh orang yang semula islam maka dia diharuskan mengucapkan lagi kalimat syahadat, mengakui lagi lewat lesannya bahwa dia hanya ber-Tuhan kepada Allah Swt saja dan hanya nabi Muhammad Saw sebagai nabi terakhir.
Syirik batin terlihat kecil tapi lebih berbahaya daripada syirik dhohir karena orang yang seperti ini mungkin secara dhohir tidak terlihat menyembah Tuhan selain Allah Swt tapi keyakinannya sudah berpindah kepada selain Allah Swt. Orang yang seperti ini lesan mengakui Allah Swt tapi hatinya tidak, hatinya meragukan Allah Swt! Inilah letak bahayanya!
Sebagian contoh dari syirik batin adalah sebagaimana diketahui bahwa Allah Swt menjamin rizqi semua makhluq, tapi sering kali kita masih saja khawatir akan rizqi kita manakala kita mempunyai sedikit uang, manakala kita tidak bekerja dsb. Kita sering berkata, "Mau makan apa kalau tidak bekerja?" Perkataan semacam ini menimbulkan keraguannya kepada Allah Swt. Betul kerja memang salah satu washilah untuk menjemput rizqi dari Allah Swt, tapi tidak boleh kita meyakini bahwa kalau tidak bekerja maka tidak mendapat rizqi. Kita tidak boleh meyakini rizqi itu dari pabrik ini, kalau tidak tidak lewat pabrik itu maka kita tidak mendapatkan rizqi...yang seperti ini yang tidak boleh. Rizqi itu datangnya dari Allah Swt, Allah Swt menyampaikan rizqi kepada kita lewat berbagai jalan yang tidak kita duga. Yakin saja maka Allah Swt akan memenuhi rizqi kita! Tentu harus disertai usaha.
Begitu juga dengan berobat, obat memang bisa membuat sembuh penyakit kita tapi kita harus meyakini bahwa yang menyembuhkan kita bukanlah obat, Allah Swt-lah yang menyembuhkan kita.
Jika kita melakukan syirik batin maka oleh Allah Swt kita dikasih berbagai kejadian yang semakin membuat kita jauh dari Allah Swt, makin kuat syirik batinnya, durhaka kepada orang tua kita (red. Semua perbuatan kita yang membuat sakit orang tua kita itu tercela, penuhi perintah mereka selama sesuai dengan syari'at. Jika melanggar syari'at maka bantahlah dengan cara yang baik), memutuskan tali silaturrohim sebab akan dilaknat di alam barzah, mahsyar dan di siroth (red. Balaslah keburukan dengan kebaikan sebab keburukan yang dibalas dengan kebaikan akan bermanfaat bagi kita dan keturunan kita hingga kiamat nanti).
Allah Swt sesuai dengan keyakinan kita, meskipun kita membaca wirid yang mulia tapi kalau kita meyakini bahwa wirid itu yang menyelematkan kita maka ini termasuk syirik batin. Keselamatan hanya dari Allah Swt, hanya saja lewat wirid dsb. Perantara atau washilah itu boleh sebab tidak ada yang tidak butuh perantara. Dengan ijin Allah Swt maka wirid bisa membantu menyampaikan kita sampai di surga, setelah kita sampai di surga maka wirid pergi meninggalkan kita. Inilah manfaat amal baik yang membantu kita di dunia dan akhirat.
Semua tergantung kita, oleh karena itu manfaatkan semua yang ada untuk berbuat baik! Semua benda akan menyerap apapun yang dibacakan kepadanya, maka bacakan kalimat-kalimat yang baik yaitu kalimat yang mengingat Allah Swt dan nabi Muhammad Saw agar benda-benda tersebut menjadi baik dan bermanfaat bagi kita.
(Disampaikan di majlis Madadun Nabawiy di masjid Alhikmah, Gemah - Semarang, tanggal 3 januari 2009)
Ingatlah, awal yang maka akhir akan baik pula dan yang tengah akan mengikuti! Semua yang kita lakukan akan dima'afkan oleh Allah Swt kecuali syirik. Syirik yaitu semua yang menduakan Allah Swt baik dhohir ataupun batin.
Syirik secara dhohir sebagaimana diketahui adalah menyembah dan mengakui Tuhan selain Allah Swt dengan diikuti oleh gerak badan kita, misal menyembah patung, menyembah pohon, mengakui lewat lesan bahwa dia yakin kepada selain Allah Swt dsb. Syirik secara dhohir seperti ini maka jika dilakukan oleh orang yang semula islam maka dia diharuskan mengucapkan lagi kalimat syahadat, mengakui lagi lewat lesannya bahwa dia hanya ber-Tuhan kepada Allah Swt saja dan hanya nabi Muhammad Saw sebagai nabi terakhir.
Syirik batin terlihat kecil tapi lebih berbahaya daripada syirik dhohir karena orang yang seperti ini mungkin secara dhohir tidak terlihat menyembah Tuhan selain Allah Swt tapi keyakinannya sudah berpindah kepada selain Allah Swt. Orang yang seperti ini lesan mengakui Allah Swt tapi hatinya tidak, hatinya meragukan Allah Swt! Inilah letak bahayanya!
Sebagian contoh dari syirik batin adalah sebagaimana diketahui bahwa Allah Swt menjamin rizqi semua makhluq, tapi sering kali kita masih saja khawatir akan rizqi kita manakala kita mempunyai sedikit uang, manakala kita tidak bekerja dsb. Kita sering berkata, "Mau makan apa kalau tidak bekerja?" Perkataan semacam ini menimbulkan keraguannya kepada Allah Swt. Betul kerja memang salah satu washilah untuk menjemput rizqi dari Allah Swt, tapi tidak boleh kita meyakini bahwa kalau tidak bekerja maka tidak mendapat rizqi. Kita tidak boleh meyakini rizqi itu dari pabrik ini, kalau tidak tidak lewat pabrik itu maka kita tidak mendapatkan rizqi...yang seperti ini yang tidak boleh. Rizqi itu datangnya dari Allah Swt, Allah Swt menyampaikan rizqi kepada kita lewat berbagai jalan yang tidak kita duga. Yakin saja maka Allah Swt akan memenuhi rizqi kita! Tentu harus disertai usaha.
Begitu juga dengan berobat, obat memang bisa membuat sembuh penyakit kita tapi kita harus meyakini bahwa yang menyembuhkan kita bukanlah obat, Allah Swt-lah yang menyembuhkan kita.
Jika kita melakukan syirik batin maka oleh Allah Swt kita dikasih berbagai kejadian yang semakin membuat kita jauh dari Allah Swt, makin kuat syirik batinnya, durhaka kepada orang tua kita (red. Semua perbuatan kita yang membuat sakit orang tua kita itu tercela, penuhi perintah mereka selama sesuai dengan syari'at. Jika melanggar syari'at maka bantahlah dengan cara yang baik), memutuskan tali silaturrohim sebab akan dilaknat di alam barzah, mahsyar dan di siroth (red. Balaslah keburukan dengan kebaikan sebab keburukan yang dibalas dengan kebaikan akan bermanfaat bagi kita dan keturunan kita hingga kiamat nanti).
Allah Swt sesuai dengan keyakinan kita, meskipun kita membaca wirid yang mulia tapi kalau kita meyakini bahwa wirid itu yang menyelematkan kita maka ini termasuk syirik batin. Keselamatan hanya dari Allah Swt, hanya saja lewat wirid dsb. Perantara atau washilah itu boleh sebab tidak ada yang tidak butuh perantara. Dengan ijin Allah Swt maka wirid bisa membantu menyampaikan kita sampai di surga, setelah kita sampai di surga maka wirid pergi meninggalkan kita. Inilah manfaat amal baik yang membantu kita di dunia dan akhirat.
Semua tergantung kita, oleh karena itu manfaatkan semua yang ada untuk berbuat baik! Semua benda akan menyerap apapun yang dibacakan kepadanya, maka bacakan kalimat-kalimat yang baik yaitu kalimat yang mengingat Allah Swt dan nabi Muhammad Saw agar benda-benda tersebut menjadi baik dan bermanfaat bagi kita.
Monday, January 05, 2009
Pengganti Amal buruk
Oleh : Kyai Imam Suyuti
(Disampaikan dalam majlis Ahbabun Nabi, yaitu majlis pembacaan rotib Alhaddad dan maulid Simthud Durror setiap 35 hari sekali di Rowosari - Semarang, hari jum'at tanggal 26 Desember 2008)
Alhamdulillah kita masih dikaruniai oleh Allah Swt nikmat iman dan islam sampai dengan saat ini, semoga kita semua dikaruniakan khusnul khotimah. Amin. Kita berada di akhir bulan dzulhijjah (red. pada saat ini disampaikan masih berada di bulan Dzulhijjah 1429), sebentar lagi kita memasuki bulan Muharrom 1430 Hijriyah. Ini berarti kita semakin berkurang umur kita, maka perbanyak amal ibadah kita dan kurangi hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kita. Setiap kita perlu rekreasi, maka pilihlah rekreasi yang baik bagi kita, yang bermanfaat bagi kita, jangan pilih jenis rekreasi yang memperburuk keadaan kita!
Memperbanyak mengingat Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw adalah salah satu jenis rekreasi utama yang akan menyenangkan hati kita. Dengan usaha mengingat Allah Swt ini maka berarti kita menginstropeksi diri kita, menginstropeksi kesalahan kita. Instropeksi dengan tujuan agar kita menyesal lalu taubat nashuha dan memperbanyak amal-amal kebaikan.
Amal kebaikan tersebut sebagai pengganti keburukan yang sudah kita lakukan. Tangan yang dulu kita gunakan untuk menyakiti orang lain, sekarang gunakan tangan kita untuk membantu orang lain dalam kebaikan. Kaki kita yang dulu kita gunakan untuk melangkah ke tempat-tempat maksiat, sekarang langkahkan kaki kita untuk menuju ke tempat-tempat kebaikan, tempat-tempat yang mengajak kita untuk selalu mengingat Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw. Mulut kita yang dulu kita gunakan untuk mencaci orang lain, untuk menggunjing orang lain, untuk memfitnah orang lain; sekarang gunakan mulut kita untuk mengajak orang lain untuk berbuat baik, untuk membaca Alqur'an, dsb. Mata kita, pikiran kita, hati kita pun demikian, gunakan untuk kebaikan semaksimal mungkin. Jangan gunakan untuk mengulangi perbuatan maksiat yang sudah kita lakukan!
Hati-hati dengan musuh kita yitu iblis, jauhi sifat sombong seperti iblis! Berusahalah dengan kerja keras untuk mendapatkan hasil yang terbaik untuk hal-hal yang baik!
Berusahalah melakukan apa yang kita katakan, dusta jika mengaku mencintai Nabi Muhammad Saw tetapi tidak melakukan sunnah-sunnah beliau Saw! Manfaatkan umur kita dengan amal-amal yang baik, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw bahwa sebaik-baiknya orang adalah yang berumur panjang dengan banyak kebaikan padanya.
Berbahagialah kita yang dipertemukan Allah Swt dengan tahun baru ini, ini kesempatan kita untuk taubat nashuha. Ikhlaskan niat kita agar kita bahagia di dunia dan di akhirat!
(Disampaikan dalam majlis Ahbabun Nabi, yaitu majlis pembacaan rotib Alhaddad dan maulid Simthud Durror setiap 35 hari sekali di Rowosari - Semarang, hari jum'at tanggal 26 Desember 2008)
Alhamdulillah kita masih dikaruniai oleh Allah Swt nikmat iman dan islam sampai dengan saat ini, semoga kita semua dikaruniakan khusnul khotimah. Amin. Kita berada di akhir bulan dzulhijjah (red. pada saat ini disampaikan masih berada di bulan Dzulhijjah 1429), sebentar lagi kita memasuki bulan Muharrom 1430 Hijriyah. Ini berarti kita semakin berkurang umur kita, maka perbanyak amal ibadah kita dan kurangi hal-hal yang tidak bermanfaat bagi kita. Setiap kita perlu rekreasi, maka pilihlah rekreasi yang baik bagi kita, yang bermanfaat bagi kita, jangan pilih jenis rekreasi yang memperburuk keadaan kita!
Memperbanyak mengingat Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw adalah salah satu jenis rekreasi utama yang akan menyenangkan hati kita. Dengan usaha mengingat Allah Swt ini maka berarti kita menginstropeksi diri kita, menginstropeksi kesalahan kita. Instropeksi dengan tujuan agar kita menyesal lalu taubat nashuha dan memperbanyak amal-amal kebaikan.
Amal kebaikan tersebut sebagai pengganti keburukan yang sudah kita lakukan. Tangan yang dulu kita gunakan untuk menyakiti orang lain, sekarang gunakan tangan kita untuk membantu orang lain dalam kebaikan. Kaki kita yang dulu kita gunakan untuk melangkah ke tempat-tempat maksiat, sekarang langkahkan kaki kita untuk menuju ke tempat-tempat kebaikan, tempat-tempat yang mengajak kita untuk selalu mengingat Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw. Mulut kita yang dulu kita gunakan untuk mencaci orang lain, untuk menggunjing orang lain, untuk memfitnah orang lain; sekarang gunakan mulut kita untuk mengajak orang lain untuk berbuat baik, untuk membaca Alqur'an, dsb. Mata kita, pikiran kita, hati kita pun demikian, gunakan untuk kebaikan semaksimal mungkin. Jangan gunakan untuk mengulangi perbuatan maksiat yang sudah kita lakukan!
Hati-hati dengan musuh kita yitu iblis, jauhi sifat sombong seperti iblis! Berusahalah dengan kerja keras untuk mendapatkan hasil yang terbaik untuk hal-hal yang baik!
Berusahalah melakukan apa yang kita katakan, dusta jika mengaku mencintai Nabi Muhammad Saw tetapi tidak melakukan sunnah-sunnah beliau Saw! Manfaatkan umur kita dengan amal-amal yang baik, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw bahwa sebaik-baiknya orang adalah yang berumur panjang dengan banyak kebaikan padanya.
Berbahagialah kita yang dipertemukan Allah Swt dengan tahun baru ini, ini kesempatan kita untuk taubat nashuha. Ikhlaskan niat kita agar kita bahagia di dunia dan di akhirat!
Berhijrahlah !
Oleh : Habib Ghozi bin Ahmad bin Mushthofa Shihab
(Disampaikan dalam majlis Ahbabun Nabi, majlis pembacaan rotib Alhaddad dan maulid Simthud Durror setiap 35 hari sekali di Rowosari - Semarang, hari jum'at 26 Desember 2008)
Mudah-mudahan kita berada di dalam nikmat Allah Swt, saat ini kita berada di dalam majlis yang menyebut-nyebut sholawat kepada Nabi Muhammad Saw, majlis yang mengajak kita bersholawat kepada Nabi Muhammad Saw, sebagaimana dikatakan bahwa setiap satu kali sholawat kita baca maka maka Allah Swt akan membalas dengan 10 X sholawat. Berapa banyak sholawat yang sudah kita baca tadi, maka 10 X lipat Allah Swt membalasnya.
Allah Swt berfirman bahwa Allah Swt menciptakan bulan itu ada 12 bulan, dan di dalamnya ada 4 bulan harom, termasuk bulan Muharrom. Sebagaimana diketahui bahwa tahun hijriyah dihitung berdasarkan hijrahnya Nabi Muhammad Saw. Semua Nabi pernah hijrah, baik hijrah secara fisik maupun hijrah secara batin (pindah dari yang kurang sempurna menjadi lebih sempurna).
Sebagaimana dikatakan bahwa amal itu tergantung niat kita, jadi berniatlah yang lurus dan baik karena Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw, jangan berniat karena hal-hal keduniaan semata. Jika kita berniat karena hal keduniaan saja tanpa karena Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw maka sudah itu saja yang kita dapatkan. Akan tetapi jika kita berniat karena Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw maka semua kebutuhan kita akan terpenuhi.
Berdo'alah maka akan dikabulkan oleh Allah Swt. Jika kita menjaga syari'at kita, kita menjaga perut kita dari masuknya makanan yang harom maka Allah Swt akan memudahkan semua urusan kita baik urusan dunia atau pun akhirat seperti kita dimudahkan menghafal ilmu dan sebagainya.
(Disampaikan dalam majlis Ahbabun Nabi, majlis pembacaan rotib Alhaddad dan maulid Simthud Durror setiap 35 hari sekali di Rowosari - Semarang, hari jum'at 26 Desember 2008)
Mudah-mudahan kita berada di dalam nikmat Allah Swt, saat ini kita berada di dalam majlis yang menyebut-nyebut sholawat kepada Nabi Muhammad Saw, majlis yang mengajak kita bersholawat kepada Nabi Muhammad Saw, sebagaimana dikatakan bahwa setiap satu kali sholawat kita baca maka maka Allah Swt akan membalas dengan 10 X sholawat. Berapa banyak sholawat yang sudah kita baca tadi, maka 10 X lipat Allah Swt membalasnya.
Allah Swt berfirman bahwa Allah Swt menciptakan bulan itu ada 12 bulan, dan di dalamnya ada 4 bulan harom, termasuk bulan Muharrom. Sebagaimana diketahui bahwa tahun hijriyah dihitung berdasarkan hijrahnya Nabi Muhammad Saw. Semua Nabi pernah hijrah, baik hijrah secara fisik maupun hijrah secara batin (pindah dari yang kurang sempurna menjadi lebih sempurna).
Sebagaimana dikatakan bahwa amal itu tergantung niat kita, jadi berniatlah yang lurus dan baik karena Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw, jangan berniat karena hal-hal keduniaan semata. Jika kita berniat karena hal keduniaan saja tanpa karena Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw maka sudah itu saja yang kita dapatkan. Akan tetapi jika kita berniat karena Allah Swt dan Nabi Muhammad Saw maka semua kebutuhan kita akan terpenuhi.
Berdo'alah maka akan dikabulkan oleh Allah Swt. Jika kita menjaga syari'at kita, kita menjaga perut kita dari masuknya makanan yang harom maka Allah Swt akan memudahkan semua urusan kita baik urusan dunia atau pun akhirat seperti kita dimudahkan menghafal ilmu dan sebagainya.
Menyambut Muharrom 1430 H
Oleh : Al-Habib Salim bin Abdullah Asy-Syathiry
Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah Yang memiliki keagungan dan kemuliaan, Yang memiliki kekuatan dan kenikmatan, Yang memberikan karunia kepada kita dengan kenikmatan iman dan Islam, Yang menjadikan perputaran tahun sebagai sebab perpindahan manusia dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Muhammad, pemuka manusia yang terbaik dalam berhaji, bershalat dan berpuasa, dan juga kepada para keluarga dan para sahabatnya panutan umat.
Amma ba'du.
Bulan Muharram telah datang kepada kita. Dengan datangnya bulan yang penuh berkah ini, kita menyambut tahun baru 1430 H dan meninggalkan tahun sebelumnya 1429 H. Kita memohon kepada Allah untuk menjadikan datangnya tahun hijriyah ini sebagai datangnya kebaikan, keberkahan, kemenangan dan penguatan kepada Islam dan kaum muslimin, insya Allah.
Bulan Muharram adalah termasuk dari bulan-bulan haram. Disebutkan di dalam hadits Nabi SAW berkenaan dengan turunnya firman Allah Ta'ala,
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram".
(QS. At-Taubah: 36)
Yang dimaksud empat bulan haram tersebut adalah Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Juga disebutkan di dalam hadits yang lain bahwa paling utamanya puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa bulan Muharram. Berpuasa satu hari di bulan Muharram menyamai puasa tiga puluh hari.
Oleh karena itu, seharusnya bagi kita untuk menyambut bulan yang penuh berkah ini dengan taubat nashuhah, dan berubah dari keadaan yang buruk yang pernah dilakukan sebelumnya menuju ke keadaan yang baik.
Bulan Muharram ini dijadikan patokan sebagai awal tahun untuk penanggalan hijriyah yang baru, meskipun sesungguhnya peristiwa hijrah Nabi terjadi pada bulan Rabi'ul Awwal, akan tetapi bulan Muharram ditetapkan sebagai bulan pertama dalam penanggalan hijriyah. Hal itu terjadi pada tahun ke -17 H, pada masa khalifah Umar bin Khatthab ra.
Di saat itu para sahabat bersepakat menjadikan bulan Muharram sebagai awal bulan dalam penanggalan hijriyah dikarenakan berbagai pertimbangan, diantaranya, bahwa bulan Muharram adalah bulan yang tiba sesudah kewajiban haji yang manusia dari berbagai penjuru menunaikannya. Pertimbangan yang lain yaitu bahwa bulan Muharram adalah bulan yang di dalamnya tercetus ketekadan berhijrah dimana manusia saat itu atau para sahabat Rasulullah SAW bertekad untuk berhijrah. Munculnya tekad dalam kaitannya dengan hijrah yang ke Habasyah dan juga ke Madinah ini terjadi pada bulan Muharram. Sehingga dengan pertimbangan-pertimbangan itulah bulan Muharram dijadikan sebagai bulan pertama dalam penanggalan hijriyah.
Seharusnya pada bulan Muharram ini kita mempersiapkan diri untuk menyambutnya dengan tekad kuat, usaha keras dan amal-amal kebajikan, serta menjadikan pada setiap tahunnya lebih baik daripada tahun yang sebelumnya. Karenanya seseorang pernah berkata,
"Wahai pemalas, betapa banyak engkau mengulur-ulur taubatmu dari tahun ke tahun dan engkau tidak tahu pada tahun manakah yang mendatangimu sebagai tahun yang penuh kekurangan ataukah kesempurnaan"
Seputar bulan Muharram ini banyak manusia memperingati peristiwa besar, yaitu hijrah Nabi SAW dari kota Mekkah menuju ke kota Madinah. Dalam hal ini, istilah hijrah mengandung dua makna: yaitu hijrah hissiyah dan hijrah ma'nawiyyah.
Adapun hijrah ma'nawiyyah adalah manusia meninggalkan kemaksiatan dan bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, berubah dengan cara kehidupan yang baru dan menuju jalan kehidupan yang baru yang membawanya, dengan tekad kuat, usaha keras dan amal-amal kebajikan. Inilah yang dinamakan dengan hijrah ma'nawiyyah. Nabi SAW menunjukkan hal ini pada Hadits Shahih yang menyebutkan,
"Seorang muslim adalah yang menjadikan kaum muslimin aman dari lisan dan tangannya. Dan seorang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari apa-apa yang dilarang Allah atasnya"
Adapun hijrah hissiyah adalah berpindahnya manusia dari suatu tempat ke tempat lain, yaitu berpindahnya manusia dari tempat kekufuran dan kesyirikan menuju ke tempat yang Islami. Hijrah dengan makna ini terbagi menjadi dua bagian:
1. Hijrah yang telah berlalu dan selesai, yaitu hijrahnya kaum muslimin dari Mekkah dimana saat itu merupakan tempat yang penuh kekufuran dan kesyirikan, menuju ke kota Madinah Al-Munawwarah. Hijrah yang seperti ini telah berakhir dengan Fath Mekkah (peristiwa pembukaan kota Mekkah), dimana Rasulullah SAW berkata,
"Tidak ada hijrah setelah Fath (Mekkah)"
2. Hijrah yang sampai sekarang selalu ada, yaitu hijrahnya manusia dari suatu tempat kekufuran dan kerusakan dimana kaum muslimin tidak sanggup untuk berdiam disana dalam rangka melaksanakan agamanya dan mendidik anak-anaknya diatas ajaran Islam. Di saat itulah wajib baginya untuk berhijrah menuju ke suatu tempat yang Islami yang memungkinkan disana untuk melaksanakan agamanya. Hijrah dengan makna ini sampai sekarang masih tetap ada. Setiap muslim yang tinggal di tempat kekufuran, jika ia masih mampu melaksanakan agamanya dan mendidik anak-anaknya dengan pendidikan Islam yang benar, maka tidak jadi masalah ia tetap bermukim disana. Akan tetapi, jika ia tidak mampu melaksanakan ajaran Islam di tempat tersebut, maka wajib baginya untuk berhijrah ke tempat yang Islami sehingga ia mampu melaksanakan ajaran agama Islam disitu.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala,
"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya, 'Dalam keadaan bagaimana kamu ini?.' Mereka menjawab, 'Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).' Para malaikat berkata, 'Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?.' "
(QS. An-Nisa': 97).
Inilah makna istilah hijrah. Dan hijrah yang paling agung yang tercatat dalam sejarah adalah hijrahnya Nabi SAW. Selanjutnya adalah hijrahnya para nabi dan rasul. Tercatat di dalamnya adalah hijrahnya Nabi Ibrahim dari Mesir menuju Palestina, dan hijrahnya Nabi Musa dari Mesir menuju Madyan sebagaimana yang difirmankan oleh Allah,
"Dan Ibrahim berkata, 'Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.' "
(QS. Ash-Shaaffaat: 99)
Dan ayat-ayat lain yang membicarakan tentang hijrahnya kaum Muhajirin. Istilah kaum Muhajirin sendiri adalah suatu julukan bagi para sahabat yang ikut berhijrah dari Mekkah menuju kota Madinah. Sedangkan bagi para sahabat yang berdiam di kota Madinah disebut dengan kaum Anshar. Dan mereka semua adalah dalam kebaikan dan petunjuk.
Maka sudah seharusnya pada bulan Muharram ini kita menyebarkan kisah tentang hijrahnya Nabi SAW. Disebutkan tentang hijrahnya beliau SAW terjadi pada malam Kamis, hari pertama dari bulan Rabi'ul Awwal. Saat itu berkumpulnya (kaum musyrikin) utuk menghabisi Nabi yang mana direncanakan dengan matang pada hari Rabu terakhir pada bulan Safar, yaitu pada tanggal 29 Safar. Malam harinya, yaitu malam Kamis awal dari bulan Rabi'ul Awwal, Nabi SAW berhijrah menuju kota Madinah dan sampai disana pada hari ke-12 Rabi'ul Awwal. Kisah ini banyak diceritakan di dalam kitab-kitab sejarah.
Pada bulan Muharram ini juga banyak terjadi peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah yang membawa kegembiraan dan kesedihan. Terlalu panjang untuk diceritakan (di sini), akan tetapi yang paling besar sepanjang sejarah, yang menghancurkan hati dan menangiskan kalbu, adalah peristiwa syahidnya sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib ra di Karbala pada hari Asyura', yakni hari ke-10 bulan Muharram. Dan sampai sekarang pun masih terkenang bekas-bekas perbuatan keji yang dilakukan oleh Yazid bin Muawiyah dan kroni-kroninya. Semoga Allah membalas orang-orang yang berbuat hal itu dengan keadilan-Nya, bukan dengan kemurahan-Nya. Adapun hakikatnya, sesungguhnya sayyidina Husain tidaklah mendapatkan kecuali kesyahidan, kemuliaan yang agung dan derajat yang tinggi di surga. Semoga Allah meridhoinya dan juga orang-orang mati syahid bersamanya daripada keluarganya semuanya.
Dan pada hari Asyura' disunnahkan untuk berpuasa, sebagaimana sabda Nabi SAW,
"Berpuasa pada hari Asyura' menghilangkan dosa-dosa setahun sebelumnya."
Puasa Asyura' ini sebelumnya merupakan suatu puasa wajib berdasarkan sumber-sumber Islam yang paling kuat, kemudian di-naskh (diganti) dengan puasa Ramadhan.
Pada hari Asyura' ini seharusnya juga memberikan kelapangan pada keluarga karena Nabi SAW bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dalam Shahihnya,
"Barang siapa memberikan kelapangan kepada keluarganya pada hari Asyura', Allah akan memberikan kelapangan padanya sepanjang tahun."
Setiap amal kebajikan yang dituntut pada setiap waktu, juga dituntut pada hari-hari yang suci, dan diantaranya adalah hari Asyura' tanpa terkecuali. Akan tetapi yang paling utama untuk hal itu adalah puasa dan memberikan kelapangan kepada keluarga sebagaimana yang hadits-hadits shahih mengkhususkannya. Dan sudah seharusnya bagi seorang mukmin untuk melakukannya dengan penuh semangat. Disamping itu seharusnya seorang mukmin juga menambahkan amal-amal kebajikan, seperti menyambung silaturrahmi, bersedekah, mengusap kepala anak yatim, dan juga berziarah kepada orang-orang yang mempunyai keutamaan dan ilmu.
Kita memohon kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala pada seputar tahun ini untuk melimpahkan kepada kita kebaikan, keberkahan, kemenangan dan penguatan kepada Islam dan kaum muslimin, insya Allah.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah penguasa alam semesta.
[Diterjemahkan oleh Bisyarah dari Rubat Tarim]
Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah Yang memiliki keagungan dan kemuliaan, Yang memiliki kekuatan dan kenikmatan, Yang memberikan karunia kepada kita dengan kenikmatan iman dan Islam, Yang menjadikan perputaran tahun sebagai sebab perpindahan manusia dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Muhammad, pemuka manusia yang terbaik dalam berhaji, bershalat dan berpuasa, dan juga kepada para keluarga dan para sahabatnya panutan umat.
Amma ba'du.
Bulan Muharram telah datang kepada kita. Dengan datangnya bulan yang penuh berkah ini, kita menyambut tahun baru 1430 H dan meninggalkan tahun sebelumnya 1429 H. Kita memohon kepada Allah untuk menjadikan datangnya tahun hijriyah ini sebagai datangnya kebaikan, keberkahan, kemenangan dan penguatan kepada Islam dan kaum muslimin, insya Allah.
Bulan Muharram adalah termasuk dari bulan-bulan haram. Disebutkan di dalam hadits Nabi SAW berkenaan dengan turunnya firman Allah Ta'ala,
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram".
(QS. At-Taubah: 36)
Yang dimaksud empat bulan haram tersebut adalah Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab. Juga disebutkan di dalam hadits yang lain bahwa paling utamanya puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa bulan Muharram. Berpuasa satu hari di bulan Muharram menyamai puasa tiga puluh hari.
Oleh karena itu, seharusnya bagi kita untuk menyambut bulan yang penuh berkah ini dengan taubat nashuhah, dan berubah dari keadaan yang buruk yang pernah dilakukan sebelumnya menuju ke keadaan yang baik.
Bulan Muharram ini dijadikan patokan sebagai awal tahun untuk penanggalan hijriyah yang baru, meskipun sesungguhnya peristiwa hijrah Nabi terjadi pada bulan Rabi'ul Awwal, akan tetapi bulan Muharram ditetapkan sebagai bulan pertama dalam penanggalan hijriyah. Hal itu terjadi pada tahun ke -17 H, pada masa khalifah Umar bin Khatthab ra.
Di saat itu para sahabat bersepakat menjadikan bulan Muharram sebagai awal bulan dalam penanggalan hijriyah dikarenakan berbagai pertimbangan, diantaranya, bahwa bulan Muharram adalah bulan yang tiba sesudah kewajiban haji yang manusia dari berbagai penjuru menunaikannya. Pertimbangan yang lain yaitu bahwa bulan Muharram adalah bulan yang di dalamnya tercetus ketekadan berhijrah dimana manusia saat itu atau para sahabat Rasulullah SAW bertekad untuk berhijrah. Munculnya tekad dalam kaitannya dengan hijrah yang ke Habasyah dan juga ke Madinah ini terjadi pada bulan Muharram. Sehingga dengan pertimbangan-pertimbangan itulah bulan Muharram dijadikan sebagai bulan pertama dalam penanggalan hijriyah.
Seharusnya pada bulan Muharram ini kita mempersiapkan diri untuk menyambutnya dengan tekad kuat, usaha keras dan amal-amal kebajikan, serta menjadikan pada setiap tahunnya lebih baik daripada tahun yang sebelumnya. Karenanya seseorang pernah berkata,
"Wahai pemalas, betapa banyak engkau mengulur-ulur taubatmu dari tahun ke tahun dan engkau tidak tahu pada tahun manakah yang mendatangimu sebagai tahun yang penuh kekurangan ataukah kesempurnaan"
Seputar bulan Muharram ini banyak manusia memperingati peristiwa besar, yaitu hijrah Nabi SAW dari kota Mekkah menuju ke kota Madinah. Dalam hal ini, istilah hijrah mengandung dua makna: yaitu hijrah hissiyah dan hijrah ma'nawiyyah.
Adapun hijrah ma'nawiyyah adalah manusia meninggalkan kemaksiatan dan bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya, berubah dengan cara kehidupan yang baru dan menuju jalan kehidupan yang baru yang membawanya, dengan tekad kuat, usaha keras dan amal-amal kebajikan. Inilah yang dinamakan dengan hijrah ma'nawiyyah. Nabi SAW menunjukkan hal ini pada Hadits Shahih yang menyebutkan,
"Seorang muslim adalah yang menjadikan kaum muslimin aman dari lisan dan tangannya. Dan seorang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari apa-apa yang dilarang Allah atasnya"
Adapun hijrah hissiyah adalah berpindahnya manusia dari suatu tempat ke tempat lain, yaitu berpindahnya manusia dari tempat kekufuran dan kesyirikan menuju ke tempat yang Islami. Hijrah dengan makna ini terbagi menjadi dua bagian:
1. Hijrah yang telah berlalu dan selesai, yaitu hijrahnya kaum muslimin dari Mekkah dimana saat itu merupakan tempat yang penuh kekufuran dan kesyirikan, menuju ke kota Madinah Al-Munawwarah. Hijrah yang seperti ini telah berakhir dengan Fath Mekkah (peristiwa pembukaan kota Mekkah), dimana Rasulullah SAW berkata,
"Tidak ada hijrah setelah Fath (Mekkah)"
2. Hijrah yang sampai sekarang selalu ada, yaitu hijrahnya manusia dari suatu tempat kekufuran dan kerusakan dimana kaum muslimin tidak sanggup untuk berdiam disana dalam rangka melaksanakan agamanya dan mendidik anak-anaknya diatas ajaran Islam. Di saat itulah wajib baginya untuk berhijrah menuju ke suatu tempat yang Islami yang memungkinkan disana untuk melaksanakan agamanya. Hijrah dengan makna ini sampai sekarang masih tetap ada. Setiap muslim yang tinggal di tempat kekufuran, jika ia masih mampu melaksanakan agamanya dan mendidik anak-anaknya dengan pendidikan Islam yang benar, maka tidak jadi masalah ia tetap bermukim disana. Akan tetapi, jika ia tidak mampu melaksanakan ajaran Islam di tempat tersebut, maka wajib baginya untuk berhijrah ke tempat yang Islami sehingga ia mampu melaksanakan ajaran agama Islam disitu.
Sebagaimana firman Allah Ta'ala,
"Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya, 'Dalam keadaan bagaimana kamu ini?.' Mereka menjawab, 'Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).' Para malaikat berkata, 'Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?.' "
(QS. An-Nisa': 97).
Inilah makna istilah hijrah. Dan hijrah yang paling agung yang tercatat dalam sejarah adalah hijrahnya Nabi SAW. Selanjutnya adalah hijrahnya para nabi dan rasul. Tercatat di dalamnya adalah hijrahnya Nabi Ibrahim dari Mesir menuju Palestina, dan hijrahnya Nabi Musa dari Mesir menuju Madyan sebagaimana yang difirmankan oleh Allah,
"Dan Ibrahim berkata, 'Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku.' "
(QS. Ash-Shaaffaat: 99)
Dan ayat-ayat lain yang membicarakan tentang hijrahnya kaum Muhajirin. Istilah kaum Muhajirin sendiri adalah suatu julukan bagi para sahabat yang ikut berhijrah dari Mekkah menuju kota Madinah. Sedangkan bagi para sahabat yang berdiam di kota Madinah disebut dengan kaum Anshar. Dan mereka semua adalah dalam kebaikan dan petunjuk.
Maka sudah seharusnya pada bulan Muharram ini kita menyebarkan kisah tentang hijrahnya Nabi SAW. Disebutkan tentang hijrahnya beliau SAW terjadi pada malam Kamis, hari pertama dari bulan Rabi'ul Awwal. Saat itu berkumpulnya (kaum musyrikin) utuk menghabisi Nabi yang mana direncanakan dengan matang pada hari Rabu terakhir pada bulan Safar, yaitu pada tanggal 29 Safar. Malam harinya, yaitu malam Kamis awal dari bulan Rabi'ul Awwal, Nabi SAW berhijrah menuju kota Madinah dan sampai disana pada hari ke-12 Rabi'ul Awwal. Kisah ini banyak diceritakan di dalam kitab-kitab sejarah.
Pada bulan Muharram ini juga banyak terjadi peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah yang membawa kegembiraan dan kesedihan. Terlalu panjang untuk diceritakan (di sini), akan tetapi yang paling besar sepanjang sejarah, yang menghancurkan hati dan menangiskan kalbu, adalah peristiwa syahidnya sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib ra di Karbala pada hari Asyura', yakni hari ke-10 bulan Muharram. Dan sampai sekarang pun masih terkenang bekas-bekas perbuatan keji yang dilakukan oleh Yazid bin Muawiyah dan kroni-kroninya. Semoga Allah membalas orang-orang yang berbuat hal itu dengan keadilan-Nya, bukan dengan kemurahan-Nya. Adapun hakikatnya, sesungguhnya sayyidina Husain tidaklah mendapatkan kecuali kesyahidan, kemuliaan yang agung dan derajat yang tinggi di surga. Semoga Allah meridhoinya dan juga orang-orang mati syahid bersamanya daripada keluarganya semuanya.
Dan pada hari Asyura' disunnahkan untuk berpuasa, sebagaimana sabda Nabi SAW,
"Berpuasa pada hari Asyura' menghilangkan dosa-dosa setahun sebelumnya."
Puasa Asyura' ini sebelumnya merupakan suatu puasa wajib berdasarkan sumber-sumber Islam yang paling kuat, kemudian di-naskh (diganti) dengan puasa Ramadhan.
Pada hari Asyura' ini seharusnya juga memberikan kelapangan pada keluarga karena Nabi SAW bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dalam Shahihnya,
"Barang siapa memberikan kelapangan kepada keluarganya pada hari Asyura', Allah akan memberikan kelapangan padanya sepanjang tahun."
Setiap amal kebajikan yang dituntut pada setiap waktu, juga dituntut pada hari-hari yang suci, dan diantaranya adalah hari Asyura' tanpa terkecuali. Akan tetapi yang paling utama untuk hal itu adalah puasa dan memberikan kelapangan kepada keluarga sebagaimana yang hadits-hadits shahih mengkhususkannya. Dan sudah seharusnya bagi seorang mukmin untuk melakukannya dengan penuh semangat. Disamping itu seharusnya seorang mukmin juga menambahkan amal-amal kebajikan, seperti menyambung silaturrahmi, bersedekah, mengusap kepala anak yatim, dan juga berziarah kepada orang-orang yang mempunyai keutamaan dan ilmu.
Kita memohon kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala pada seputar tahun ini untuk melimpahkan kepada kita kebaikan, keberkahan, kemenangan dan penguatan kepada Islam dan kaum muslimin, insya Allah.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Muhammad, beserta keluarga dan para sahabatnya. Dan segala puji bagi Allah penguasa alam semesta.
[Diterjemahkan oleh Bisyarah dari Rubat Tarim]