Bercerai memang sangat teramat tidak mengenakkan, paling tidak begitu kata beberapa orang yang sudah mengalami atau hampir mengalaminya. Pantas kalau itu merupakan perkara yang dibenci Allah Swt meskipun diijinkan karena bagaimana pun juga ini solusi bagi ketidak-cocokan dalam berumah tangga.
"Siapa tahu itu jalan terbaik?!", kata seorang wanita suatu hari.
Yah bagaimana pun baiknya hal yang dibenci Allah Swt pasti menimbulkan hal-hal yang akan berdampak pada pelakunya, sering kali pelaku perceraian sendiri tidak bisa menerima akibat yang ditimbulkan dari perceraian itu. Apalagi kalau sudah punya anak, cerai bukannya memberikan solusi terbaik malah bisa-bisa menambah masalah dengan meributkan siapa yang merawat anaklah, bapak anggap ibu kurang peduli anaklah, ibu anggap bapak kurang peduli anaklah dsb.
Kalau tidak disikapi dengan hati-hati, perceraian menimbulkan rasa paling benar dibanding pasangannya, lalu timbul rasa hitung-hitungan, banding-membandingkan, merasa dia yang paling peduli dengan anak sedang pasangannya tidak, hilang rasa simpati dan empati pada mantan istri atau suaminya. Kalu sudah begini, beralasan bahwa itu demi anak, padahal itu demi ego dia sendiri yang benci berlebihan pada mantannya.
Perselisihan dengan pasagan dalam rumah tangga memang biasa, wajar. Sebesar apapun perkaranya, asal tidak terpikir dan terucap kata cerai maka bisa diselesaikan. Tapi kalau salah satu diantara mereka sudah terpikir untuk bercerai maka habis sudah, tamat, tidak ada penyelesaian lagi kecuali perceraian. Masalah kecil jadi dibesar-besarkan. Semua jadi "panas".
Kalu sudah "panas", hilanglah kenangan masa lalu yang indah saat berkumpul dengan keluarganya. Yah bagaimana pun juga, semuanya sudah terlambat untuk diulangi, tinggal disikapi dan diterima apa yang terjadi. Kalau bisa menerima maka semua yang "panas" akan jadi lebih adem.
Allah Swt pasti punya rencana buat kita...
No comments:
Post a Comment
Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.