Bike to work sebenarnya bukan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia, khususnya kalangan pedesaan. Kebanyakan mereka pakai sepeda buat pergi kerja, entah ke sawah, ke pasar, main-main, ke Masjid dsb, mereka pakai sepeda. Mereka apa adanya, tidak neko-neko misalnya memodifikasi sepedanya dengan pernak-pernik yang kurang perlu sebenarnya atau mereka tidak pakai pakaian "khusus" saat b2w, semua terlihat alami jadi asyik dilihat dan dirasakan meski kepanasan hingga kulit mereka hitam "terbakar" matahari. Kalau semua dinikmati dengan hati, maka panas akan terasa adem di kulit meski tanpa lotion sekalipun.
Tapi bukan berarti mereka yang akhir-akhir ini hobi bersepeda dengan segala pernak-pernik yang harganya tidak murah itu tidak asyik, tidaaakkk...semua tergantung niatnya, semua akan jadi asyik kalau kita tidak memaksakan diri untuk menjadi seperti orang lain. Orang lain punya sepeda yang wah, dia pengen lalu dengan segala cara dia paksakan agar bisa memenuhi keinginannya, memaksakan diri adalah kurang afdhol, eh ini bukan buat dia senang malah bisa-bisa dia pusing stress karena jauh kenyataan dari harapan. Padahal apa adanya adalah jauh lebih asyik. Apa yang berasal dari hati akan sampai ke hati juga. Dan, apa adanya ini tidak sama antara satu orang dengan orang yang lain, menyesuaikan diri dengan kebutuhan adalah jauh lebih asyik.
Yang asyik itu yang alami, yang apa adanya, sepeda hanya alat dan sarana, sedang tujuan bersepeda adalah tergantung kita yang memancal pedal sepeda itu mau dibawa kemana, kalau niat dibawa buat kerja jemput rizqi yang halal ya semua jadi asyik meski pakai sepeda kuno plus karatan di sana-sini, semua jadi asyik kalau diawali dengan niat yang baik. Memancal sepeda pun jadi asyik dan makin tambah asyik karena kita berangkat pagi dan pulang sore (bahkan malam) dengan "membawa" rizqi kita buat keluarga kita yang menunggu dan mendoakan kita di rumah.
Rizqi itu bisa uang, sepeda, tas, makanan, minuman, jaket, helm, sepatu, pakaian, kesehatan anggota badan dsb karunia-Nya yang banyak itu hingga kita kita bisa memancal sepeda menyalurkan hobi kita menyusuri sepanjang jalan.
Tidak ada keasyikan melebihi melihat anak istri kita yang dengan gegap gempitanya menyambut kedatangan kita di depan rumah saat kita pulang kerja, mereka tidak peduli dengan sepeda kita bagus atau tidak tapi mereka bahagia kita pulang dengan selamat.
Senyum dan canda mereka bagai jamu bagi semua kepenatan kita. Aaahhh..saya rindu dengan semua ini.
menarik sekali
ReplyDelete