Duhai anakku,
Malam Nishfu Sya’ban lalu bapak melihat seorang anak kecil berkacamata. Ketika bapak tanya kepada pakdhe Bakir siapa dia, dijawab itu saudaranya. Anak itu sudah hafal 4 juz Alqur’an. Bapak kagum padahal dia masih kecil, baru lulus SD. Dia menunda sekolahnya hingga dia menghafal seluruh Alqur'an, setelah itu dia akan meneruskan belajar di pondok pesantren di Sarang sekaligus sekolah.
“Cepat ya, mas!”, kata bapak kepada pakdhe.
“Iya lha wong sudah ada jalurnya!”, kata pakdhe Bakir.
Iya bapak lihat memang lihat keluarga besar anak itu keluarga yang senang mengaji, keturunan ustad dan kyai serta penghafal Alqur’an. Tapi bukankah dalam setiap hal selalu ada awalnya duhai Anakku? Seandainya kita melakukan kebaikan, selalu ada awal untuk kebaikan yang kita lakukan dan ini akan diikuti berbagai kebaikan lain yang dilakukan oleh keluarga kita, demikian hal ini berjalan bersambungan hingga seterusnya tersebar kebaikan ini menjadi kesukaan keluarga besar kita.
Kalau anak tadi berasal dari keluarga penghafal Alqur’an maka tentu ada diantara kakek dan neneknya yang mengawali menjadi penghafal Alqur’an terlebih dulu, lalu menikah dengan mereka yang berasal dari kesukaan yang sama hingga akhirnya kesukaannya ini diturunkan kepada anak cucunya sehingga keluarga besarnya menjadi penghafal Alqur’an.
Duhai anakku,
Kita berasal dari keluarga yang tidak sama dengan mereka tapi bukankah selalu ada kesempatan kalau kita punya niat? Kalau kita kita punya cita-cita yang baik, ayo kita mulai anakku mulai dari sekarang! Kita mulai dari bapak yang akan berusaha semaksimal mungkin memperbaiki yang keliru dari bapak, lalu kau akan mengikuti yang baik dari bapak.
Kita awali dengan yang terbaik anakku, bapak ingin melihatmu menjadi seorang yang sholeh, kalau diijinkan Allah Swt bapak ingin melihatmu menjadi penghafal Alqur’an duhai anakku. Meski tidak mudah sebab butuh perjuangan tapi bapak tidak putus asa duhai anakku, sesulit apapun akan bapak coba mengantarkanmu menjadi seseorang yang jauh lebih baik daripada kami orang-tuamu.
Duhai anakku,
Sekarang, bersenang-senanglah dulu duhai anakku sebab usiamu belum genap 3 tahun, nikmatilah apa yang membuatmu senang anakku, bapak akan selalu berusaha membuatmu tertawa. Tidak akan bapak biarkan kau menangis sekarang duhai anakku! Belum saatnya kau menangis, tertawalah dulu semaumu sebab tawamu membuat bapak kuat duhai anakku, kerianganmu membuat dunia semakin indah, kelincahanmu membuat bapak semakin berani menempuh hidup.
Bermain-mainlah dulu anakku...
No comments:
Post a Comment
Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.