Monday, July 10, 2006

Berbagi Arah

Assalamu'alaikum wr wb

Malam itu...

"...jadi si fulan tidak boleh kumpul-kumpul tidak resmi seperti itu lagi di mushola tiap malam minggu, tapi kalau resmi habis maghrib atau isya' sih silahkan." kata seorang bapak pembesar mushola di RT saya menyampaikan maksudnya di rapat RT.

Saya kaget! Dalam hati saya berkata kenapa kok langsung si fulan diputuskan seperti ini, kenapa kok 'terdakwa', 'korban' dan 'saksi' tidak dihadirkan, lalu ditanyai, lalu diambil keputus oh begini lho baiknya...aduh, ingin bicara tapi saya tahan, saya tidak mau bicara kalau tidak diminta. Konsekuensinya ya hati ini terus 'ngrundel'...apalagi pemimpin rapat yang dihadiri bapak-bapak se-RT sepertinya mendukung kata-kata ta'mir mushola itu.

Sampai akhirnya..."Karena Yusa ada di sana, silahkan menerangkan gimana yang sebenarnya..." kata pak RT mempersilahkan saya sambil memberikan mikrofon ke saya.

Saya jelaskan bahwa kumpul-kumpul yang dimaksud itu awalnya adalah niat remaja yang sudah besar mengajak remaja meramaikan mushola seperti dulu, menyampaikan saja, lalu tanya jawab serius tapi santai (santai tapi serius) antar teman-teman, yah dalam rangka biar ingat, biar tidak lupa!

Dulu remaja di RT ini serombongan rajin hadir di pengajian-pengajian, majlis-majlis dengan 'kupluk' yang seragam kompak, juara berturut-turut lomba takbir keliling kampung saat malam lebaran, banyak yang memuji kekompakan remaja RT saya, dulu.

Tapi akhir-akhir ini kekompakan dan kerajinan itu makin surut, satu per satu remaja 'menghilang' hingga sekarang hanya beberapa orang saja yang masih sering hadir di majlis-majlis, sementara yang lain ada urusan masing-masing, makin sibuk seiring dengan bertambahnya usia, bertambahnya teman dsb.

Saya pernah berkata ke si fulan, "Mas, si A punya 'jalan'-nya (*) sendiri, si B punya 'jalan'-nya sendiri, si C, si D juga...lalu gimana yang belum punya 'jalan'-nya sendiri ya, mas? Gimana kalau dikumpulkan, lalu disampaikan ini lho 'jalan'-nya si A, oh ini lho 'jalan'-nya si B, si C, si D, ini lho 'jalan'-nya Yusa, ini lho 'jalan'-nya sampeyan...biarkan mereka memilih 'jalan' yang cocok."

Sahabat saya tersenyum, dia sebelumnya juga sudah sering melakukan hal sama, dia mengajak beberapa orang remaja yang mau mengikuti 'jalan'-nya (**), untuk kali ini dia memutuskan mushola sebagai tempat kumpul-kumpul tidak resmi ini. Tidak resmi sebab memang tidak ada guru tidak ada murid, yang ada hanya saling menyampaikan dan saling mengingatkan biar tidak lupa dengan cara yang serius tapi santai...santai tapi serius.

"Yang disampaikan itu tidak hal-hal yang buruk, kalau tidak percaya silahkan tanya mereka yang ikut!" kata saya pada bapak-bapak, "Kenapa kok malam minggu? Karena besok libur...kenapa kok di jam-jam tengah malam ke atas? Karena biasanya anak-anak dari habis maghrib jalan keluar seperti biasanya remaja, malam mingguan...ya dicari waktu yang mereka bisa. Kenapa pakai mushola? Karena biar suka ke mushola...kami di teras, tapi ada teman yang berdzikir di dalam mushola."

Kurang lebih seperti itu yang saya sampaikan...tapi tetap saja secara pribadi banyak yang tidak suka dengan cara yang dilakukan si fulan itu.

Setelah rapat selesai, ada seorang bapak mendekat ke saya dan berkata,
"Mas, yang dikatakan si fulan tidak sama dengan yang kamu katakan tadi! Lain! Orang yang mengari-ajari seperti itu mestinya paling tidak khatam al-Qur'an dulu..."

Saya tersenyum...cara kami ya beda tho pak, tapi insya Allah tujuannya sama, eh apa benar tujuan saya sama dengan tujuan si fulan? Entahlah, Allahu a'lam...


Beberapa hari kemudian saya ketemu si fulan, dia berkata,
"Jangan dulu pakai mushola-lah, pakai rumahku saja, yang mau biar datang ke sana..."



"Demi masa (waktu Asar). Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi sabar."
(Q.S. Al-'Ashr : 1-3)

Semoga tidak termasuk kelompok orang yang merugi...

Subhaanaka-llaahumma wa bihamdika, Asyhadu an-laailaahailla anta, Astaghfiruka wa atuubu ilaika...

Wallahu a'lam bishshowab
Wassalamu'alaikum wr wb


(*) : 'Jalan' itu maksud saya adalah guru.
(**) : 'Jalan' atau guru si fulan adalah dari Wahidiyah (pusatnya ada di Jawa Timur).

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.