Saturday, July 22, 2006

Majlis Romadhon Lalu 4

Assalamu'alaikum wr wb

Malam ke 27 bulan Ramadhon lalu, bib Hasan mengatakan bahwa bib Ali berkata bahwa setiap beliau membaca Qur'an surat al-Fatehah, kalau sampai pada ayat: Iyyakana'bud (Ya Allah, hanya kepada-Mu kami menyembah), datang dalam akal pikiran bib Ali macam-macam dari banyaknya macam ibadah (puasa, sedekah, dzikir, baca al-Qur'an dsb)

Macamnya ibadah dikatakan sebagian sangat sulit, bib Ali mengatakan bahwa beliau tidak mampu untuk mendirikan semuanya. Lalu Allah SWT memberikan ilham pada beliau lewat ayat sambungannya: Wa iyyakanas ta'in (Dengan-Mu aku mohon perlindungan, petunjuk, pertolongan, kekuatan agar bisa melakukan ibadah ini ya, Allah).

Kita memohon pada Allah maka dikasih tahu oleh Allah, maka bib Ali mengatakan bahwa ini do'a yang paling baik yang ada di al-Qur'an.

Bib Hasan lalu mengatakan bahwa sudah disebutkan bahwa ya Allah, hanya pada-Mu kami menyembah, gimana caranya menyembah? Tak tahu? Tidak punya kekuatan? Maka wa iyyakanas ta'in, dan hanya pada-Mu kami mohon perlindungan dengan macam-macamnya ibadah. Alhamdulillah kalau seseorang diberi oleh Allah SWT hidayah sholat, maka dia diberi nikmat untuk ibadah sholat. Kalau seseorang diberi hidayah membaca al-Qur'an, maka dia diberi nikmat untuk membaca al-Qur'an. Kalau seseorang diberi hidayah wara' dalam dunia, maka dia diberi nikmat untuk wara'. Segala hal ibadah pada Allah SWT, di situ berarti dia diberi nikmat oleh Allah SWT. Kalau dia tambah terus maka dia akan ditambah nikmat oleh Allah SWT.

Bib Ali melanjutkan dengan: Ihdinash shirothol mustaqim, jalan yang lurus jalan yg menuju kepada Allah SWT. Ada macam-macam jalan, semuanya lurus, sholat jalan menuju pada Allah, zakat menuju pada Allah, puasa menuju kepada Allah.

Saat majlis subuh di mushola dekat rumah bib Hasan, beliau berkata bahwa kalau orang barat punya ucapan: Banyak Jalan Menuju Roma, maka kita tidak boleh kalah: Ada Banyak Jalan Menuju Allah SWT. Banyak jalan mencari ridho Allah SWT. Tinggal kita jalani jalan yang kita mampu, sholat itu jalan menuju pada Allah, puasa jalan menuju kepada Allah, dzikir jalan menuju kepada Allah. Segala macam ibadah yang di situ mencari ridho Allah, maka itu jalan menuju kepada Allah.

Masing-masing dikatakan tidak mampu banyak melakukan sholat tapi dia mampu banyak membaca al-Qur'an, maka ini jalan menuju kepada Allah dengan jalan memperbanyak membaca al-Qur'an. Seseorang mungkin tidak bisa banyak membaca al-Qur'an tapi dia bisa sering hadir bertemu dengan orang sholeh (bisa bersalaman, bisa duduk mendengarkan orang sholeh), maka dia diberi nikmat oleh Allah menuju kepada Allah dengan cara mendekatkan diri kepada orang-orang sholeh. Berarti ada banyak jalan menuju kepada Allah SWT.

Jadi dimana di situ ada jalan menuju Allah maka gunakan, cari manfaatnya, cari rahasianya, cari sir-nya sebab di situ ada nikmat dari Allah SWT!

Bib Ali mengatakan bahwa dari bib Abubakar bin Abdullah al-'Atthos (Guru bib Ali) mengatakan bahwa di Mesir selamanya ada 10.000 wali sampai akhir jaman. Dikatakan oleh al-Imam al-Haddad bahwa di dunia ini tidak akan kosong dari 160.000 wali yang menyebar di seluruh dunia. Ada yang kelihatan ada yang tidak. Jumlah 160.000 ini mengambil dari jumlah sahabat Rasul SAW setelah Rasul SAW meninggal, dan jumlah wali tidak akan melebihi jumlah 160.000. Tapi maqom Quthb ini lain lagi, nanti ada lagi, maqom-nya lebih tinggi lagi. Ada Ahdal, Quthb Ghauts (yang memegang keseluruhan dari wali)

Kekuasaan wali bisa satu rumah, bisa satu kampung, bisa satu daerah, bisa satu kota, bisa satu negara, jadi memegang maqom wilayah, ini termasuk orang-orang yang dicintai oleh Allah SWT. Allah SWT menurunkan rahmat terkadang karena mereka (para wali Allah), dan terkadang Allah SWT menurunkan adzab karena mereka.

Bib Ali mengatakan bahwa di jaman beliau jarang terlihat para wali, maka bib Ali lalu membuka sir orang-orang yang di dekat mereka, dan mereka tidak tahu kalau orang-orang di dekat mereka itu sebenarnya wali, tapi mereka yang dibuka sir-nya bahwa sebenarnya dia itu wali berkata cukup jangan dibuka lagi, mereka tidak kuat, takut terkena riya', takut nanti orang-orang mengejar mereka. Para wali ada yang mastur dan ada yang masyhur, semuanya itu adalah wakil dari Allah SWT.

Seluruh dunia ini tidak akan kosong dari wali-wali, kalau kosong dari wali maka akan dihancurkan oleh Allah SWT, apalagi anak-anak kecil maqom mereka termasuk kedudukan seorang wali, 40 orang Islam kumpul dalam satu tempat maka kedudukannya termasuk maqom seorang wali, ini kita diberi nikmat oleh Allah SWT, apalagi kalau di majlis yang di situ ada wali maka insya Allah do'anya akan lebih dikabulkan oleh Allah SWT.

Ada seseoang penjual seperti ikan asin di sini, dari ikan Hiu, yang biasa menjual kepada keluarga bib Ahmad bin Zein al-Habsyi. Saat bib Ali bertemu dengan penjual ikan itu maka beliau mengenali bahwa penjual ikan itu adalah wali, langsung dipanggil dan dibongkar rahasinya, akhirnya sering mengobrol dengan bib Ali. Penjual ikan yang ternyata wali itu berkata pada bib Ali bahwa cukup bib Ali saja yang tahu rahasinya, dan penjual ikan itu sering datang ke bib Ali, sampai guru bib Ali yaitu bib Idrus bin Umar menegur bib Ali dengan berkata bahwa ternyata bib Ali tahu juga penjual ikan tadi adalah wali. Itu adalah kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT.

Ada satu istilah: "Tidak kenal wali kecuali juga sama-sama wali." Para wali oleh Allah diberi cahaya khusus, dan dikatakan bahwa bekas sujud bukan hanya bekas hitam di dahi, itu hanya salah satu tanda bahwa orang itu sering sujud. Maksudnya sujud ini adalah orang yg benar-benar takut pada Allah, sujud mengharap rahmat-Nya Allah SWT.

Dikatakan oleh bib Ali bahwa suatu hari syeikh Umar Muhayyaris berkata bahwa orang di dekat bib Ali sebenarnya adalah wali juga, dan bib Ali tidak tahu kalau dia itu juga wali.

"Ya Ali, fulan bin fulan ini khal-nya lebih besar dari aku, maqom-nya lebih tinggi dari aku!" kata syeikh Umar.

Ketika mereka-mereka itu melihat orang-orang yang kedudukannya jauh lebih tinggi, lebih mulia dari mereka bukannya mereka saling menjatuhkan, bahkan mereka saling mendo'akan, humornya mereka adalah humor yang sama-sama mengajak mendekatkan diri pada Allah SWT.

Orang-orang yang tinggal di surga dicabut oleh Allah dari rasa iri, dengki...ini tidak ada di ahli surga, atau pun tidak memasukkan orang ke dalam surga. Jadi kalau kita punya penyakit iri dan dengki cepat-cepatlah minta obat pada Allah SWT.

Bib Hasan menjelaskan bahwa bib Ali mendapatkan kedudukan mengetahui kedudukan orang-orang yang merupakan wali berkat guru beliau, bib Abubakar Abdullah al-'Atthos, dengan lihat matanya saja beliau tahu orang itu wali atau bukan, tidak perlu lagi dengan melihat cahaya Nabawiyah tapi cukup dengan lihat matanya saja beliau sudah tahu orang itu wali atau bukan. Itu salah satu kemuliaan dari bib Ali al-Habsyi.

Bib Hasan bin Abdurrahman al-Jufri lalu menjelaskan tentang kalam bib Hasan bin Abdullah al-'Atthos, bahwa ketika bib Hasan al-'Atthos belajar kitab al-Muadab tahu-tahu beliau tidur, tapi sewaktu beliau tidur ini beliau didatangi oleh penulis kitab itu yaitu syeikh Iskhaq. (Diceritakan oleh bib Abdurrahman Assegaf bahwa barang siapa belum membaca kitab Muadab itu maka dia belum punya adab, orang yang belajar fiqh kalau belum belajar kitab itu maka belum punya adab)

Bib Hasan al-'Atthos lalu bertanya pada syeikh Ikhaq kenapa di dalam kitab syeikh Ikhaq ini kebanyakan menerangkan 2 hal, dan syeikh Iskhaq tidak mengatakan mana yang lebih baik...padahal kebanyakan orang-orang sekarang minta mana yang lebih baik, meskipun mereka mengamalkan tapi mereka bertanya dulu mana yang lebih baik. "Sholat yang lebih baik itu yang mana tho?" seperti itu padahal mereka tidak ada niat untuk mengamalkan, mereka hanya bertanya mana yang lebih baik agar kalau ada yang mereka bisa mengatakan ini yang lebih baik. Dikatakan bahwa sekarang ini kebanyakan keberkahan ilmu itu banyak yang hilang karena orang-orangnya meninggalkan maksud dari ilmu.

Bib Hasan al-'Atthos mengatakan bahwa orang yang belajar kitab Muadab ini yang menanggung urusan syeikh-nya ini bib Abdurrahman Assegaf. Mereka tidak keluar dari jalur orang-orang tuanya dahulu, hingga mereka tidak keluar dari jalur, jadi yang mereka lakukan ya seperti itu juga.

Syair al-Imam al-Haddad: Selangkah demi selangkah, setapak demi setapak, yang mereka menutupi tapak-tapak mereka dengan sungguh-sungguh dan semangat mereka mendapat bagian dari Allah SWT.

Selangkah demi selangkah, setapak demi setapak ini ceritanya Baginda Rosulullah Muhammad SAW waktu hijrah dari kota Mekkah ke Madinah. Saat masuk gua Tsur, sayyidina Abubakar berjalan di atas telapaknya Rasulullah, persis di atas tapak Rosulullah, jejak telapak sayyidina Abubakar tidak keluar dari jejak telapaknya Rosulullah, karena tidak mau ketahuan jejaknya. Orang-orang jaman Rosul dulu terkenal pencari jejak, jangankan jejak hari itu bahkan jejak bulanan pun bisa mereka temukan.

Saat pencari jejak melihat jejak telapak itu, dikatakan bahwa itu adalah bukan jejak telapak satu orang tapi jejak telapak dua orang, sedang yang satu ini sama dengan jejak yang ada di Ka'bah dekat makam Ibrahim. Jadi jejak telapaknya Rosulullah ini sama dengan jejak telapak di makam Ibrohim, padahal jejak telapak Rosulullah kecil.

Maka sayyidina Abubakar berjalan di atas jejak telapak Rosulullah dengan mengkaburkan pakai dahan pohon kurma yang disapu-sapukan ke jejak telapak mereka biar orang-orang tidak bisa cari jejaknya. Tapi di sini Allah SWT melindungi mereka-mereka dengan kejadian burung dara dan sarang laba-laba. Sebenarnya Allah SWT bisa saja menghancurkan orang-orang kafir tapi ini pelajaran buat kita, selama kita mau berusaha maka akan diberi jalan oleh Allah SWT.

Wallahu a'lam bishshowab
Wassalamu'alaikum wr wb

No comments:

Post a Comment

Silahkan sampaikan tanggapan Anda atas tulisan di atas.